Ekonomi RI Tumbuh 5,11%, Apa Iya Sanggup Dongkrak IHSG-Rupiah?
- Pasar keuangan Indonesia kompak mengakhiri perdagangan di zona positif, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
- Wall Street kompak menguat menyusul ekspektasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga
- Data pertumbuhan RI, ekonomi China dan AS diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini pasar keuangan ditutup dengan penguatan. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan juga rupiah kompak berada di zona positif pada akhir perdagangan Senin (6/5/2024). Rupiah masih mempertahankan di level psikologis Rp16.000/US$1, meski sempat menyentuh level terendah pada perdagangan kemarin di level Rp15.970/US$1.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada haru ini. Pergerakan IHSG dan rupiah akan dipengaruhi oleh banyaknya data dan agenda penting sepanjang pekan ini.
Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (6/5/2024) ditutup menguat 0,02% di level 7.315,89. Tercatat turnover IHSG berada di angka Rp11,65 triliun, turun dibandingkan pada perdagangan sebelumnya sebesar Rp12,07 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 21,36 miliar lembar, dimana 309 saham naik, 261 turun dan 209 tidak berubah.
Penguatan IHSG didorong dari kenaikan delapan sektor di mana sektor properti menjadi sektor dengan kenaikan terbesar sebesar 2,56%, kemudian disusul sektor teknologi sebesar 1,49%.
Kenaikan sektor di properti, didorong dari kenaikan saham-saham real estate dan properti.
Kenaikan saham-saham properti tidak serta-merta tanpa alasan. Kenaikan harga saham didorong dari peningkatan kinerja keuangan saham-saham properti pada kuartal pertama tahun 2024.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan kenaikan laba bersih pada kuartal I-2024 menjadi Rp483 miliar, dibandingkan kuartal I-2023 sebesar Rp413 miliar.
Adapula, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang mencatatkan kinerja ciamik dengan membukukan laba pada kuartal I 2024 sebesar Rp441 miliar, melesat dibandingkan pada kuartal I 2023 sebesar Rp272 miliar.
Selain sektor properti, saham-saham di sektor teknologi juga mencatatkan kinerja keuangan yang cukup baik pada kuartal I 2024 yang mendorong kenaikan saham-saham di sektor teknologi.
Kenaikan IHSG juga didorong dari sentiment positif rilisnya data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 tumbuh 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sedangkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi. Konsensus memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,09%.
Dari data BPS, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I 2024 mencapai Rp 5.288,3 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Rp 3.112,9 triliun.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (6/5/2024) rupiah masih bertahan di level psikologis Rp16.000/US$1, meskipun sempat menyentuh level Rp15.970/US$1 pada perdagangan intraday. Rupiah kembali berhasil ditutup menguat 0,37% terhadap dolar AS di posisi Rp16.020/US$1. Hal ini menjadikan penguatan rupiah tiga hari beruntun.
Euforia pasar keuangan domestik termasuk rupiah terpantau menguat pasca BPS merilis data pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan konsensus.
Selain itu, terpantau pula investor asing masuk ke pasar keuangan domestik yang menunjukkan bahwa investor asing mulai optimis dengan pasar keuangan domestik.
Bank Indonesia (BI) telah merilis data transaksi 29 April - 2 Mei 2024, bahwa investor asing di pasar keuangan domestik tercatat tercatat beli neto Rp3,06 triliun terdiri dari beli neto Rp3,75 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,27 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,58 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 2 Mei 2024, investor asing jual neto Rp53,76 triliun di pasar SBN, beli neto Rp6,11 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp13,87 triliun di SRBI.
Hal ini memberikan angin segar yang berujung pada penguatan pada pasar keuangan domestik termasuk rupiah.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun kembali anjlok sebesar 1,13% di level 6,93% pada perdagangan Senin (6/5/2024). Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
(saw/saw)