
Menjadi Sumber Kehidupan, Air Kerap Menjadi Penyebab Konflik

Jakarta, CNBC Indonesia - Kecukupan akan air menjadi sangat esensial bagi kebutuhan manusia. Air yang bersifat untuk melengkapi sumber daya lainnya, membuat keberadaannya menjadi sangat krusial. Tidak ada kehidupan tanpa air.
Nilai penting air ini seringkali dapat menimbulkan konflik karena perebutan sumber daya. Di saat ada sebagian wilayah yang memiliki kekayaan air melimpah, sebagian lainnya justru mengalami kekeringan.
Selama satu dekade terakhir, terjadi perubahan signifikan terhadap pertikaian geopolitik dunia yang kian memanas. Seperti yang terjadi di Timur Tengah, mulai dari krisis Suriah, perang Israel - Hamas (Palestina), hingga melebar ke Iran, sampai memicu konfrontasi Houthi di Yaman.
Pertikaian di Timur Tengah tersebut sangat memukul semua sektor bisnis hingga kebutuhan yang paling esensial, termasuk air. Ketegangan beberapa negara tersebut kemudian berdampak pada pengelolaan sumber daya air yang bersumber dari Sungai Yordan.
Sungai tersebut merupakan sumber air utama di Timur Tengah, yang melintasi Israel, Yordania, Palestina, dan Lebanon. Pertikaian terjadi utamanya terkait pemindahan air untuk irigasi, konsumsi, dan proyek-proyek pembangunan.
Selain itu ada Sungai Tigris dan Efrat, yang juga memunculkan pertikaian di Turki, Irak, dan Suriah. Hal ini terjadi ketika pembangunan bendungan oleh Turki di hulu sungai telah memicu kekhawatiran dan ketegangan di negara-negara hilir yang bergantung pada air tersebut untuk irigasi dan suplai air.
Ketegangan akibat pembangunan bendungan juga terjadi di sungai Nil yang merupakan sungai terpanjang di dunia, melintasi berbagai negara di Afrika Timur, termasuk Mesir, Sudan, dan Ethiopia.
Pembangunan Bendungan Grand Ethiopian Renaissance (GERD) oleh Etiopia di bagian hulu sungai Nil telah menimbulkan ketegangan dengan Mesir dan Sudan, yang bergantung pada air sungai untuk irigasi pertanian dan suplai air.
Asia juga tak lepas dari ketegangan terkait air. Pernah terjadi perebutan sungai Mekong yang merupakan sumber air utama bagi sejumlah negara, seperti Tiongkok, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Thailand.
Pertikaian air tersebut dipicu pembangunan bendungan dan proyek-proyek infrastruktur di hulu sungai Mekong oleh Tiongkok dan Laos, yang kemudian menjadi kekhawatiran akan dampaknya terhadap suplai air dan keberlanjutan ekosistem di hilir sungai.
Di dalam negeri, terutama di beberapa wilayah pelosok juga kerap terjadi pertikaian air di tengah masyarakat. Pada Pemilu tahun ini juga sempat ada masalah soal air dari salah satu calon legislatif di Cilegon, Banten.
Salah seorang Caleg kalah pada Pemilu legislatif. Ia kemudian memutus aliran air bersih ke warga Cisuru, Suralaya. Sang Caleg menyebutkan dia selama lima tahun sudah nombok biaya listrik pompa air untuk warga.
"Kenapa saya setop dulu, karena selama ini saya mensubsidi pembayaran listrik besar sekali, jadi karena saya habis nyalon uang pun keluar banyak, jadi untuk mensubsidi seterusnya saya tidak mampu," kata Caleg tersebut, Kamis (14/3/2024).
Persoalan perebutan air yang melibatkan politik ini menjadi suatu hal yang sangat krusial. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan lanjutan dan interaksi politik yang berkaitan dengan pengelolaan, distribusi, dan penggunaan sumber daya air.
Ini juga mencakup berbagai aspek, termasuk kebijakan pemerintah, diplomasi internasional, konflik sumber daya, dan kerjasama lintas batas terkait air.
Tri Tharyat ( Dirjen Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI juga menuturkan bahwa penyalahgunaan air sebagai alat perang tidak boleh dilakukan karena menentang hak asasi manusia.
"Air tidak boleh dengan cara apapun dijadikan alat perang karena bagaimanapun bertentangan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan hukum internasional di bidang perang yang tlh disepakati dalam berbagai konvensi seperti Konvensi Genewa dan deklarasi universal HAM," ujar Tri pada acara road to 10 World Water Forum bertajuk "Hydro-Diplomacy: Solusi Jitu Atasi Masalah Air Global, Senin (29/4/2024).
Berbagai hal tersebut juga menjadi salah satu yang dibahas dalam World Water Forum ke-10, forum internasional di sektor air yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di dunia yang diadakan oleh World Water Council (WWC) atau Dewan Air Dunia, organisasi internasional yang didedikasikan untuk mengatasi isu-isu air global.
Tema World Water Forum ke-10 tahun ini adalah Air untuk Kesejahteraan Bersama (Water for Shared Prosperity) yang mengandung makna bahwa air adalah sumber daya yang harus dikelola bersama untuk dapat memberikan kesejahteraan bersama. Forum air dunia ini akan diselenggarakan di Bali pada 18 - 25 Mei mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)