- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, IHSG menguat tetapi rupiah masih melemah
- Wall Street kompak menghijau di tengah penantian pelaku pasar mengenai keputusan suku bunga The Fed
- Sentimen dari Amerika Serikat, terutama The Fed, akan menggerakkan pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Senin (29/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang sementara nilai tukar rupiah mengalami depresiasi begitu pula Surat Berharga Negara (SBN) kembali dilepas investor asing.
Pasar keuangan diperkirakan masih bergerak cukup volatil pada hari ini, Selasa (30/4/2024) dengan terdapat beberapa agenda dan data yang akan keluar. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini
IHSG pada perdagangan kemarin (29/4/2024), ditutup melonjak 1,7% secara harian atau 119,71 poin menuju posisi 7.155,78.
Posisi penutupan IHSG kemarin mematahkan tren pelemahan IHSG dalam dua hari sebelumnya.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp13,75 triliun dengan melibatkan 18,14 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,05 juta kali.
Beberapa sektor menjadi penopang IHSG di akhir perdagangan kemarin, yakni sektor kesehatan yang mencapai 4,3%, energi sebesar 2,46%, bahan baku sebesar 2,35%, infrastruktur sebesar 1,86%, industri dan teknologi sebesar 1,3%, serta konsumer primer sebesar 1,15%.
Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.
Sentimen positif hadir pasca Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal I-2024 mencapai Rp 401,5 triliun.
Perolehan ini melesat 22,1% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy) dan naik 9,8% secara quarter to quarter/qtq.
Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat Rp 204,4 triliun, naik 15,5% (yoy). Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tercatat Rp 197,1 triliun atau naik 29,7% (yoy).
Jumlah investasi dari luar negeri lebih besar dibandingkan dari investor lokal.
Sebagai informasi, data realisasi investasi PMA dan PMDN di luar investasi sektor hulu migas, perbankan, lembaga Keuangan non-bank, asuransi, sewa guna usaha, industri rumah Tangga, usaha mikro dan usaha kecil.
Selanjutnya dari pasar mata uang, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan kemarin 0,28% ke angka Rp16.250/US$. Posisi ini semakin memperpanjang tren penurunan rupiah selama tiga hari beruntun.
Pelemahan rupiah dipicu beberapa faktor mulai dari pesimisme pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), ketegangan geopolitik, dan kaburnya dana asing.
Pasar semakin pesimis mengenai pemangkasan suku bunga di AS setelah data terbaru pengeluaran pribadi warga AS atau Personal Consumption Expenditures (PCE) masih kencang.
Perkiraan suku bunga turun juga semakin mundur, yang awalnya bisa dimulai Maret, lalu dimundurkan ke Juni, dan sekarang mundur lagi ke September.
Kondisi ini membuat investor memilih kabur dari emerging market, seperti Indonesia, dan kembali membeli aset berdenominasi dolar AS.
Selanjutnya, beralih pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang bertenor 10 tahun terpantau mengalami kenaikan menjadi 7,239% pada penutupan perdagangan kemarin. Bahkan pada intraday sempat menembus level psikologis 7,3%.
Posisi ini juga merupakan yang terlemah sejak 24 Oktober 2023 atau sekitar enam bulan terakhir.
Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.
Dari bursa Amerika Serikat, Wall Street kompak menghijau pada perdagangan Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia (30/4/2024).
Indeks S&P 500 menguat 0,32% ke posisi 5.116,17 sedangkan Nasdaq Composite naik 0,35% ke posisi 15.983,08. Dow Jones Industrial Average menanjak 146,43 poin, atau 0,38% ke 38.386,09.
Wall Street memulai sesi positif setelah lonjakan saham Tesla, mendukung ekuitas setelah pembuat kendaraan listrik itu melewati tonggak penting dalam meluncurkan teknologi bantuan pengemudi yang canggih di China. Apple juga naik menyusul peningkatan saham yang bullish.
Kendati demikian, saham-saham sedang menuju penurunan bulan pertama mereka sejak Oktober karena ekspektasi penurunan suku bunga turun secara signifikan dari awal tahun. Indeks 30 saham ini diperkirakan akan mengalami kerugian lebih dari 3% di bulan April. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menuju penurunan lebih dari 2%.
Dikutip dari CNBC International, pasar memperkirakan penurunan suku bunga hanya sebesar seperempat poin persentase pada tahun 2024, turun dari perkiraan enam atau tujuh poin di tahun baru, karena inflasi yang terus-menerus dan perekonomian yang tangguh meningkatkan kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunganya lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Pekan ini menjadi minggu yang cukup sibuk mengingat para pembuat kebijakan Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, namun para pedagang khawatir komentar Ketua Fed Jerome Powell pasca-pertemuan akan cenderung lebih hawkish setelah serentetan laporan inflasi yang lebih panas baru-baru ini.
Minggu tersibuk laporan kinerja perusahaan akan berlanjut dengan Amazon dan Apple melaporkan hasil kuartalan mereka masing-masing pada hari Selasa dan Kamis.
Selain itu, pada hari Selasa, investor akan mendapatkan hasil dari McDonald's, Coca-Cola, Restaurant Brands, Eli Lilly dan PayPal sebelum pembukaan. Perangkat Mikro Tingkat Lanjut, Pinterest, Super Mikro, dan Starbucks diperkirakan akan merilis hasilnya setelah penutupan.
Sentimen di luar negeri akan kembali menjadi pendorong utama pergerakan pasar keuangan domestik hari ini. Lebih lanjut, aktivitas perdagangan berpotensi terjadinya aksi profit taking di tengah kenaikan yang luar biasa pada Senin kemarin serta mengingat terdapat hari libur pada Rabu (1/5/2024) karena hari Buruh Internasional.
China Rilis Purchasing Managers Index (PMI)
Hari ini, Selasa (30/4/2024) China akan merilis data PMI versi National Bureau of Statistics of China (NBS) untuk manufaktur, non-manufaktur, dan general.
Secara umum, konsensus memproyeksi data PMI tersebut masih akan bertahan di atas 50 yang artinya aktivitas manufaktur dan non-manufaktur China masih tergolong ekspansif.
Begitu pula PMI manufaktur versi Caixin juga diperkirakan masih tetap tinggi yakni di angka 51. Sebagai informasi, PMI manufaktur umum Caixin periode Maret berada di anga 51,1. Angka ini merupakan pertumbuhan aktivitas pabrik selama lima bulan berturut-turut dan laju tercepat sejak Februari 2023, didorong oleh tingginya pesanan baru dari dalam dan luar negeri, dengan penjualan luar negeri meningkat paling tinggi dalam satu tahun sementara output naik paling tinggi sejak bulan Mei lalu.
Sementara itu, lapangan kerja kembali menurun, yang menunjukkan bahwa perusahaan berhati-hati dalam merekrut pekerja sebagai upaya untuk mengendalikan biaya.
Aktivitas manufaktur maupun non-manufaktur China yang tumbuh baik dan cenderung ekspansif ini akan memberikan angin segar bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang dalam hal ekspor-impor.
Jika perekonomian China tumbuh, maka hal ini berpotensi meningkatkan impor barang dari Indonesia. Alhasil neraca perdagangan Indonesia akan surplus.
Wait and See Suku Bunga The Fed
The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Pada rabu waktu AS atau pada Kamis (2/5/2024) dini hari waktu Indonesia, The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga yang berpotensi masih akan tetap tinggi. Hal ini terjadi mengingat data-data ekonomi AS masih cukup solid sehingga potensi pemangkasan suku bunga masih cukup sulit terjadi.
Salah satunya inflasi AS yang masih cukup sticky bahkan cenderung mengalami kenaikan. Angka inflasi AS periode Maret berada di angka 3,5% (year on year/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 3,2% yoy.
Pasar semakin pesimis mengenai pemangkasan suku bunga di AS setelah data terbaru pengeluaran pribadi warga AS atau Personal Consumption Expenditures (PCE) masih kencang.
Kondisi ini membuat investor memilih kabur dari Emerging Markets, seperti Indonesia, dan kembali membeli aset berdenominasi dolar AS. Indeks dolar menguat ke 105,938 dan masih bergerak di kisaran 106 yang menjadi tertinggi dalam lima bulan terakhir.
AS mengumumkan laju PCE bulanan (month to month/mtm) stagnan di 0,3% tetapi secara tahunan meningkat 2,7% pada Maret 2024.
PCE inti stagnan di 2,8% (yoy) pada Maret 2024. Kondisi ini menandai masih membandelnya inflasi AS sehingga bisa menghalangi The Fed memangkas suku bunga.
Pada beberapa kesempatan sebelumnya, pejabat The Fed termasuk Chairman The Fed Jerome Powell mengindikasikan pemangkasan masih lama. Pasalnya, inflasi AS masih kencang.
Data PCE adalah pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Hal ini semakin menjauhi target The Fed yakni 2%. Jika inflasi AS masih cukup sulit ditekan, maka penurunan suku bunga AS akan sulit terjadi tahun ini. Bahkan beberapa survei menunjukkan bahwa The Fed tampaknya tidak akan memangkas suku bunganya (no landing).
Hingga saat ini, survei pelaku pasar yang terdapat dalam CME FedWatch Tool menunjukkan 44,4% meyakini The Fed mulai memangkas suku bunganya untuk pertama kalinya terjadi pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps) dan hingga Desember 2024, total pemangkasan suku bunga hanya terjadi satu kali.
 Foto: Meeting Probabilities Sumber: CME FedWatch Tool |
Potensi Aksi Profit Taking
Hari ini, pelaku pasar berpotensi melakukan aksi profit taking di tengah kenaikan IHSG yang signifikan pada hari sebelumnya hingga momen libur esok hari.
IHSG yang terpantau menguat 1,7% dan kembali berada di atas level 7.100 justru diikuti dengan aksi net sell oleh investor asing sebesar Rp400,95 miliar. Sedangkan dalam satu minggu terakhir, asing juga mencatatkan net sell sebesar Rp4,5 triliun di semua pasar.
Hari libur nasional (Hari Buruh Internasional) pada Rabu pekan ini juga menjadi salah satu pendorong investor untuk merealisasikan keuntungan pasca kenaikan yang signifikan terjadi kemarin.
Ditambah lagi mengingat kondisi global yang belum cukup stabil khususnya sikap menunggu para pelaku pasar perihal suku bunga The Fed dan konferensi yang akan disampaikan chairman The Fed, Jerome Powell perihal pertanyaan wartawan menjadi hal yang ditunggu pelaku pasar terkait kebijakan yang akan diambil The Fed ke depannya.
Hal ini menjadi penting karena investor dapat bersiap-siap untuk merencanakan strategi apa yang tepat dalam menghadapi kondisi yang dinamis hari demi hari.
Laporan Keuangan Perusahaan
Musim earning berlanjut hari ini dengan sejumlah perusahaan akan mengumumkan kinerja mereka pada kuartal I-2024. Hari ini, Selasa (30/4/2024), PT Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) akan merilis kinerja keuangan Indonesia kuartal I-2024.
Kemarin, Senin (29/4/2024), Bank Negara Indonesia (BBNI), XL Axiata (EXCL), hingga Bank Jawa Timur (BJTM) mencatatkan hasil yang sangat baik.
BBNI mencatat laba bersih Rp 5,33 triliun pada kuartal pertama 2024. Angka tersebut naik 2,03% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 5,22 triliun.
Sementara EXCL mencatat laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 539,07 miliar pada kuartal I-2024. Jumlah itu melonjak 168,34% secara tahunan dari laba Rp 200,9 miliar pada periode yang sama setahun sebelumnya.
Pendapatan EXCL juga naik 1,80% yoy menjadi Rp 8,44 triliun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Pendapatan jasa GSM mobile dan jaringan telekomunikasi berkontribusi sebanyak Rp 8,27 triliun, sementara pendapatan managed service dan jasa teknologi informasi tercatat sebesar Rp 165,7 miliar.
Begitu pula dengan BJTM yang mencatatkan pertumbuhan 1,52% di triwulan I tahun 2024, menjadi Rp310 miliar.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Laju Pengangguran Jepang (06:30 WIB)
- Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Chairman dan CEO Microsoft (08.30 WIB)
PMI Manufaktur dan Non-Manufaktur NBS China (08:30 WIB)
PMI Manufaktur Caixin China (08:30 WIB)
- Press Briefing: IMF's Asia and Pacific Regional Economic Outlook - Steady Growth amid Diverging Prospects (10:00 WIB)
- Laju Pertumbuhan PDB Flash Area Eropa (16:00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Konferensi pers virtual paparan kinerja kuartal I-2024 PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (10:00 WIB)
- Konferensi pers virtual paparan kinerja kuartal I-2024 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (15:00 WIB)
RUPST PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) (14.15 WIb)
Keterangan pers virtual RUPST PT Astra International Tbk. (ASII)
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) AGRO
- Dividen Tunai AMAG
- RUPST ASBI
- RUPST ASII
- RUPST & Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BBYB
- RUPST BEKS
- Dividen Tunai BELL
- RUPST CARS
- Dividen Tunai CINT
- RUPST & RUPSLB ENVY
- RUPST GOLD
- RUPST & RUPSLB GOOD
- RUPSLB IFSH
- RUPST MFMI
- RUPST PGJO
- RUPST PLIN
- RUPST SFAN
- RUPST SKLT
Berikut untuk indikator ekonomi RI :
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]