Newsletter

Koalisi Prabowo Makin Kuat, Sanggup Lawan Tekanan AS di Pasar RI?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 April 2024 05:59
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Ada sejumlah sentimen yang bakal berpengaruh terhadap pasar keuangan RI hari ini, baik dari internasional maupun dalam negeri.

Pelaku pasar patut mengantisipasi gerak indeks hari ini lantaran potensi tertular gerak bursa AS yang kompak ditutup koreksi setelah sejumlah rilis data tak sesuai ekspektasi.

Simak, sentimen selengkapnya berikut ini :

1. Ekonomi AS Tak Sesuai Ekspektasi

Pasar hari ini tampaknya akan merespon sejumlah data AS yang rilis Kamis malam (25/4/2024), diantaranya perekonomian AS tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir dua tahun pada kuartal pertama.

Perekonomian AS diketahui hanya tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2024, dibandingkan dengan 3,4% pada kuartal sebelumnya dan di bawah perkiraan sebesar 2,5%.Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak kontraksi pada paruh pertama 2022 lalu.

Perlambatan ekonomi ini bisa menjadi sinyal jika dampak pengetatan suku bunga sudah terasa di ekonomi AS. Namun, data lain berbicara sebaliknya.
Salah satunya, tercermin dari data klaim pengangguran mingguan yang turun lagi jadi 207.000 untuk pekan yang berakhir pada 20 April 2024, dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 212.000 klaim.

Klaim pengangguran yang turun ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih ketat.  Hal ini kemudian semakin mengurangi harapan bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)  akan mulai memangkas suku bunga tahun ini.

James St. Aubin, kepala investasi di Sierra Mutual Funds di California mengatakan "Angka PDB jelas memberikan perubahan pada paradigma bahwa pasar bergantung pada ekuitas dalam hal pertumbuhan yang tinggi; dan jika Anda tidak memiliki pertumbuhan yang tinggi, hal itu akan menghasilkan pendapatan yang lebih rendah dari perkiraan,"
Pasar memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hanya sekitar 36 basis poin pada tahun ini, turun dari sekitar 150 bps pada awal tahun, menurut data LSEG.

2. Wait and See Suku Bunga Jepang 

Data eksternal lagi yang kemudian ditunggu pasar pada perdagangan akhir pekan ini (26/4/2024), datang dari Jepang yang akan merilis data suku bunganya dan diperkirakan masih akan menahan suku bunganya.

Jika Jepang masih akan menahan suku bunganya, hal ini akan berpengaruh terhadap mata uang nya yakni yen yang cenderung akan melemah terhadap dolar AS.

Sebagai informasi, yen terpantau telah berada di level terendah dalam 34 tahun terakhir atau sejak 1990.

3. Data PCE AS

Pada hari ini, AS juga akan merilis data inflasi (PCE)  atau pengeluaran pribadi warga AS untuk periode Maret 2024. PCE price index yoy diperkirakan masih berada di angka 2,6% sementara core PCE price index yoy diperkirakan cenderung lebih rendah dibandingkan Februari 2024 yang tercatat 2,8%.

PCE merupakan tolak ukur utama yang dipakai The Fed dalam memutuskan kebijakan suku bunga. Jika PCE kembali menguat atau di luar ekspektasi maka harapan pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga akan semakin menjauh. Akibatnya pasar keuangan global termasuk Indonesia akan tertekan.

3. Nasdem Merapat ke Koalisi Prabowo - Gibran

Beralih ke sentimen dalam negeri, ada kabar baik dari politik yang semakin mendingin. Hal ini tercermin dari Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang menjadi partai pertama yang bergabung dengan pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua Umum NasDem usai bertemu Prabowo di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, pada Kamis sore (25/4/2024).
"NasDem menyatakan kembali menegaskan mendukung pemerintahan baru di bawah bapak Prabowo Subianto," ungkapnya.

Berdasarkan perhitungan KPU, terdapat delapan partai yang lolos parlemen dengan perolehan suara di atas parliamentary threshold 4%. Partai tersebut diantaranya adalah PDIP, Golkar, Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Meski demikian, partai koalisi pasangan Prabowo-Gibran diantaranya adalah Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN dengan total perolehan suara gabungan partai tersebut sebesar 65.547. 525 atau setara dengan 43,18%.

Sedangkan, partai yang bukan koalisi dari Prabowo-Gibran yaitu PDIP, PKB, NasDem, dan PKS.

Bergabungnya NasDem maka total suara koalisi pemenang mencapai 52,84%.

4. Tekanan Sell Off di Obligasi Meningkat, Yield SBN Melambung ke Level Enam Bulan di Tengah Melambungnya Imbal Hasil US Treasury

Tekanan jual di pasar obligasi tampaknya masih akan berlanjut, menyusul posisi imbal hasil obligasi acuan RI tenor 10 tahun yang melambung.

Berdasarkan data Refinitiv, imbal hasil obligasi acuan RI selama 10 tahun pada penutupan kemarin, Kamis (25/4/2024) menyentuh posisi 7,12%. Ini menjadi posisi tertinggi sejak 27 Oktober 2023 atau enam bulan terakhir.

Perlu diketahui, dalam obligasi pergerakan imbal hasil dan harga itu berlawanan arah. Jika imbal hasil naik, maka harga turun, karena banyak investor jualan.

Kenaikan imbal hasil ini bisa berdampak ke sejumlah hal mulai dari melemahnya rupiah hingga beban bunga utang pemerintah yang membengkak. 

Kenaikan imbal hasil SBN tenor 10 tahun sejalan dengan US Treasury di mana imbal hasil tenor 10 tahun juga melonjak ke 4,564% dari 4,598% pada awal pekan ini. Jika imbal hasil US Treasury terus naik maka yield SBN pun akan ikut merangkak naik.

4. Konferensi Pers APBN Kita
Menteri Keuangan Sri Mulyani akan menggelar konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024. Menarik disimak sejauh mana pemerintah sudah mengeluarkan anggaaran untuk belanja hingga seberapa besar penerimaan yang masuk.
Menarik disimak pula apakah Sri Mulyani akan mengumumkan kebijakan baru atau antisipasi apa yang akan dilakukan pemerintah di tengah melemahnya nilai tukar.

Halaman 4 >>>

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular