
5 Kabar IHSG: BREN Perkasa - Beda Nasib Emiten Karena BI Rate Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup bergairah pada perdagangan Rabu (24/4/2024) kemarin, meski Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya.
IHSG ditutup melesat 0,9% ke posisi 7.174,53. Meski melesat nyaris 1%, tetapi IHSG belum mampu untuk menembus kembali level psikologis 7.200 hingga kemarin.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan melibatkan 22 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 967.445 kali. Sebanyak 255 saham terapresiasi, 304 saham terkoreksi, dan 220 saham cenderung stagnan.
Investor asing kembali melakukan penjualan bersih (net sell) kemarin yakni mencapai Rp 245 miliar di pasar reguler.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 2,36%.
Adapun berikut berita-berita terkait IHSG kemarin.
1. Bank Indonesia Naikkan Lagi Suku Bunganya, IHSG Tahan Banting?
Kemarin, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya. BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25% pada April 2024. Suku bunga Deposit Facility naik ke posisi 5,50% dan Lending Facility sebesar 7%.
"Rapat dewan Gubernur memutuskan menaikkan BI rate," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (24/4/2024)
Polling yang dihimpun oleh CNBC Indonesia Research dari 14 institusi menunjukkan sembilan di antaranya memproyeksi bahwa BI masih akan menahan suku bunga, tetapi lima di antaranya memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) ke level 6,25%.
Ini menjadi kedua kalinya BI menaikkan suku bunga acuannya setelah pandemi Covid-19. Adapun BI sebelumnya sempat menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Oktober 2023 sebesar 25 bp, dari sebelumnya 5,75% menjadi 6%.
Di lain sisi, IHSG juga menguat setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi menetapkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) terpilih untuk periode 2024-2029.
"KPU menetapkan paslon Presiden dan Wapres nomor urut 2 bapak Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai paslon presiden dan wapres terpilih tahun 2024 - 2029," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari dalam sidang pleno, Rabu (24/4/2024).
Penetapan ini dilakukan setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024.
Sebelumnya pada Senin lalu, MK memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan kubu Anies maupun Ganjar. MK menyimpulkan dalil pemohon seperti dugaan penyalahgunaan bantuan sosial dan pelanggaran netralitas pejabat negara dalam Pilpres tidak beralasan hukum.
Dari 8 hakim, hanya 3 hakim MK yang menyatakandissenting opinionatau pendapat berbeda. Tiga hakim itu adalah Saldi Isra, Enny Nurbaningsih dan Arief Hidayat.
Para hakim yang menyatakandissenting opinionsalah satunya menganggap terdapat dugaan penyalahgunaan penyaluran bansos untuk kepentingan Pilpres.
2. Deretan Saham Penopang IHSG Kemarin
Saham emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG kemarin, yakni mencapai 20,6 indeks poin. Saham BRENÂ melonjak 9,25% pada perdagangan kemarin menjadi Rp 7.975 per saham.
Tak hanya itu saja, dua saham perbankan raksasa juga menjadi movers indeks di akhir perdagangan kemarin, yakni saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 20,7 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 15,5 indeks poin.
Berikut saham-saham yang menjadi penopang IHSG kemarin.
3. Saham-saham Ini Dilego Asing Saat IHSG Menguat
Beberapa saham terpantau kembali dilepas asing kemarin. Saham bank raksasa kedua di Indonesia yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali menjadi yang paling banyak dilepas oleh asing kemarin yakni mencapai Rp 426,7 miliar.
Berikut saham-saham yang dilepas asing kemarin.
4. Ini Saham-saham yang Bakal Boncos Saat BI Naikkan Suku Bunga
Seperti diketahui sebelumnya, BI menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 6,25%, di mana kenaikan ini menjadi yang kedua kalinya sejak pandemi Covid-19.
Beberapa sektor dan saham akan terdampak dari kenaikan suku bunga acuan BI. Ada beberapa saham yang bakal terdampak negatif dari kenaikan suku bunga.
Pertama yakni properti. Sektor ini merupakan salah satu sektor saham yang cukup mendapatkan tekanan dari kenaikan suku bunga acuan, karena tingkat kredit yang ditawarkan akan kembali meningkat dan membuat masyarakat makin enggan untuk mengambil kredit tersebut.
Apalagi, daya beli masyarakat cenderung menurun beberapa hari kedepan atau dalam jangka pendek. Fenomena ini memang sering terjadi ketika lebaran usai, di mana daya beli masyarakat meningkat cukup drastis pada saat momen lebaran. Namun setelahnya, daya beli cenderung menurun.
Dengan daya beli yang cenderung menurun ditambah tingkat kredit makin meningkat, dikhawatirkan akan berdampak pada kinerja keuangan dan kinerja saham properti. Tahun 2024 yang diperkirakan menjadi tahun pemulihan bagi saham properti pun dapat pupus jika suku bunga makin tinggi dan ketidakpastian global makin meningkat.
Kedua yakni sektor konsumen non-primer, karena lebih sensitif terhadap suku bunga, sehingga sektor ini juga akan terdampak negatif terhadap kenaikan suku bunga. Ditambah, daya beli cenderung menurun juga akan mempengaruhi kinerja keuangan dan kinerja saham konsumen non-primer.
Ketiga yakni sektor otomotif. Naiknya suku bunga acuan juga akan berefek ke tingkat kredit pembelian mobil atau motor, ditambah pula daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Ketika hal ini terjadi, maka penjualan mobil atau motor akan semakin tergerus.
5. BI Naikkan Suku Bunga, Saham-saham Ini Bakal Ketiban Cuan
Ketika sektor properti, konsumer non-primer, dan otomotif mendapatkan 'bencana' akibat kenaikan suku bunga, ditambah cenderung menurunnya daya beli masyarakat, maka beberapa sektor saham ada yang berdampak sebaliknya yakni dampak positif.
Kenaikan tingkat suku bunga sejatinya selalu memberikan tekanan kepada sektor yang ada di pasar saham.Pasalnya ketika tingkat suku bunga naik, maka investasi terhadap aset-aset yang berisiko seperti saham pun akan mengalami penurunan.
Namun, beberapa sektor akan menjadi menarik dari kenaikan suku bunga. Pertama yakni sektor kesehatan. Sektor ini dinilai cenderung defensive ketika suku bunga acuan mengalami kenaikan.
Tetapi sayangnya, sektor ini juga rentan terhadap fluktuasi nilai tukar, sehingga jika rupiah masih terus mengalami depresiasi, maka sektor ini menjadi yang paling terdampak.
Kedua yakni perbankan. Sektor ini menjadi salah satu ang diuntungkan oleh kenaikan suku bunga. Alasannya, kenaikan suku bunga akan meningkatkan marjin bunga bersih (NIM) bagi perbankan.
Namun, kenaikan suku bunga tentu akan membuat angka cicilan melonjak. Jika terlalu tinggi tentu masyarakat akan enggan untuk membeli rumah baru. Hal ini juga dapat berpotensi menaikkan rasio kredit bermasalah (non-perfoming loan/NPL) perbankan.
Ketiga yakni sektor energi. Saham-saham komoditas energi seperti batu bara serta minyak dan gas bumi (migas) berpotensi diuntungkan oleh kenaikan suku bunga. Sebab kenaikan suku bunga akan meningkatkan daya tarik investasi pada komoditas energi sebagai aset lindung nilai.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)