Suku Bunga BI Kembali Naik: Berkah Atau Ancaman Buat Ekonomi RI?
- Pasar saham RI sumringah setelah BI menaikkan suku bunga, IHSG mencatat net buy asing hingga rupiah menguat.
- Wall Street bergerak mixed dengan DJI merosot, tetapi S&P 500 dan Nasdaq tetap menghijau terdongkrak lonjakan harga saham Tesla.
- .Pasar hari ini tampaknya masih akan merespon kebijakan BI menaikkan suku bunga, hingga penantian sejumlah data dari AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI ditutup sumringah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi dalam dua hari beruntun hingga rupiah menjauhi level psikologis Rp16.200/US$.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan kembali menguat pada hari ini. Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Kamis (25/4/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (24/4/2024) bertengger di 7174,53, menguat 0,90% dalam sehari. Ini menjadi penguatan yang terjadi dua hari beruntun dan tertinggi secara persentase harian sejak terkoreksi dalam usai lebaran.
Nilai transaksi indeks kemarin lebih ramai, dibandingkan sehari sebelumnya naik dari Rp12,20 triliun menjadi Rp14,40 triliun, dengan 21,93 miliar lembar saham berpindah tangan sebanyak 972,92 ribu kali.
Perdagangan kemarin tercatat untuk pertama kalinya di sepanjang April berjalan ini, asing mencatatkan net buy kembali di keseluruhan pasar mencapai Rp7,84 miliar. Rinciannya, net buy terjadi di pasar nego dan tunai sebesar Rp252,85 miliar, sementara pasar reguler masih net sell sebanyak Rp245 miliar.
Dalam sehari dua bank besar jadi saham yang paling banyak diburu asing yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp328,6 miliar. Kemudian PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp172,9 miliar.
Beralih ke nilai tukar rupiah, pada perdagangan kemarin setelah Bank Indonesia (BI) menyatakan menaikkan suku bunga terpantau langsung menguat hingga semakin menjauhi level Rp16.200/US$.
Melansir data Refinitiv, hingga akhir perdagangan kemarin, rupiah berada di posisi Rp16.150/US$, menguat 0,40% dalam sehari, melanjutkan penguatan yang sudah terjadi sejak dua hari sebelumnya. Artinya, rupiah sudah tiga hari beruntun terapresiasi.
Penguatan rupiah sejalan juga dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang mulai mereda, semakin menjauhi posisi 106. Dalam sehari kemarin, DXY bahkan sempat menyentuh level terendah di 105,59. Walaupun akhirnya terangkat lagi dan berakhir di 105,81.
Rupiah kembali terdongkrak juga ditengarai kebijakan Bank Indonesia (BI) yang diluar dugaan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.
Sementara untuk pergerakan obligasi terpantau mixed, pada awal perdagangan yield sempat turun menembus 7%. Namun, pasca BI menaikkan suku bunga, yield kembali terangkat lebih tinggi dari posisi sehari sebelumnya.
Berdasarkan data Refinitiv, imbal hasil obligasi acuan RI selama 10 tahun pada penutupan kemarin bertengger di 7,07%, lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya di 7,05%.
Perlu diketahui, dalam obligasi pergerakan imbal hasil dan harga itu berlawanan arah. Jika harga mulai naik, maka imbal hasil akan turun. Sebaliknya, jika yield naik, maka harga turun.
Artinya, di pasar obligasi masih terjadi sell off kendati IHSG dan Rupiah sudah mulai bergerak sumringah.
Halaman 2 >>>
(tsn/tsn)