Kabar Buruk Buat Pengusaha Batu Bara: Harga Turun 1%, Bisa Ambles Lagi

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
24 April 2024 06:41
An undated handout photo of Whitehaven Coal's Tarrawonga coal mine in Boggabri, New South Wales, Australia.   Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES
Foto: Tambang batubara Tarrawonga Whitehaven Coal di Boggabri, New South Wales, Australia. (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terkoreksi dua hari beruntun setelah sempat terbang tinggi. Sejumlah lembaga bahkan memprediksi harga batu bara akan terus melemah.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Selasa (23/4/2024), harga kontrak batu bara Mei acuan ICE Newcastle turun 0,91% menjadi US$ 136,75 per ton. Pelemahan ini melanjutkan koreksi pada sehari sebelumnya sebesar 2,65%.

Sebagai catatan, harga US$ 141,75 pada Jumat lalu tercatat menjadi harga tertinggi sejak awal tahun.

UBS pada Selasa (22/4/2024) merevisi proyeksi harga batu bara metalurgi untuk 2024. Dalam pandangan terbarunya, UBS memperkirakan harga batu bara metalurgi akan berada di kisaran US$ 265 per ton. Harga ini lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni US$ 286 per ton.

Proyeksi lebih pesimis juga disampaikan S&P Global. Dilansir dari Hellenic Shipping News.com, dalam hitungan baru S&P, harga batu bara metalurgi Australia akan berada di angka US$ 283 per to untuk 2024. Harganya lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni US$ 289 per ton.

Melimpahnya pasokan serta di sisi lain permintaan masih stagnan membuat harga batu bara metalurgi diproyeksi tidak akan terbang.

Kenaikan pasokan akan datang dari Australia, terutama Queensland. Ekspor Australia sudah meningkat 58% (year on year/yoy) pada Februari 2024. Produksi mereka diperkirakan masih bisa naik tetapi permintaan dunia masih lemah.

Sebagai catatan, kantong-kantong produsen batu bara Australia sempat mengalami masalah pada 2022 dan 2023 karena gangguan cuaca.

Harga batu bara yang mendingin juga  terjadi seiring dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah mulai mereda setelah Iran meremehkan serangan Israel di wilayahnya minggu lalu dan mengatakan pihaknya tidak berencana untuk menanggapinya.

Dengan ketegangan yang mereda maka pasokan komoditas energi, terutama minyak, diharapkan tidak terganggu. Kondisi ini berimbas pada harga batu bara yang merupakan substitusi minyak.

Meski demikian, China sebagai konsumen terbesar batu bara di dunia masih melanjutkan kebijakan untuk meningkatkan pembangkit listrik tenaga batu bara guna meningkatkan keamanan energinya dan melawan meningkatnya ketegangan geopolitik, serta menjaga volatilitas nilai tukar mata uang asing sejak pandemi ini.

Hal ini sebenarnya bertentangan dengan janji Tiongkok sebelumnya untuk mengurangi pembangkit listrik dari tenaga batu bara. Hal ini mendorong investor percaya bahwa Tiongkok masih akan terus bergantung pada batu bara.

Negeri asal Panda ini juga telah mengumumkan rencana untuk membangun tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 70 gigawatt pada tahun ini, memperluas 47 gigawatt yang dibangun tahun lalu, dan dibandingkan dengan hanya 3,7 gigawatt pada pembangkit listrik yang sudah pensiun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation