
Harga Batubara Ambles Hampir 3%, Dampak Perang Memudar

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batubara acuan terkoreksi setelah peringatan Hari Bumi dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mulai mereda.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Senin (22/4/2024), harga kontrak batubara Mei acuan ICE Newscastle terkoreksi hingga 2,65% menuju US$ 138 per ton.
Pelemahan hari ini mematahkan tren penguatan harga batubara selama tiga hari beruntun sejak pekan lalu. Sebagai catatan, harga US$ 141,75 pada Jumat lalu tercatat menjadi harga tertinggi sejak awal tahun.
Harga batubara yang mulai mendingin setelah pecah rekor tertinggi tahun ini, seiring dengan ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah mulai mereda.
Ini terjadi setelah Iran meremehkan serangan Israel di wilayahnya minggu lalu dan mengatakan pihaknya tidak berencana untuk menanggapinya.
Dengan ketegangan yang mereda maka pasokan komoditas energi, terutama minyak, diharapkan tidak terganggu. Kondisi ini berimbas pada harga batu bara yang merupakan substitusi minyak.
Selain itu, dari negeri Paman Sam Presiden Joe Biden mengumumkan dana hibah sebesar US$ 7 miliar guna membiayai proyek tenaga surya perumahan untuk rumah tangga penghasilan rendah - menengah. Ini sekaligus sebagai tanda memperingati Hari Bumi.
Mengikuti harga batubara yang terdepresiasi, harga energi substitusinya yakni gas alam juga ikut turun, bahkan lebih dalam pada pagi ini hingga 4,71% menuju 29 Euro/KwH.
Meski demikian, China sebagai konsumen terbesar batubara di dunia masih melanjutkan kebijakan untuk meningkatkan pembangkit listrik tenaga batu bara guna meningkatkan keamanan energinya dan melawan meningkatnya ketegangan geopolitik, serta menjaga volatilitas nilai tukar mata uang asing sejak pandemi ini.
Hal ini sebenarnya bertentangan dengan janji Tiongkok sebelumnya untuk mengurangi pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara, sehingga mendorong investor untuk percaya bahwa Tiongkok akan terus bergantung pada batubara.
Namun, Tiongkok telah mengumumkan rencana untuk membangun tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 70 gigawatt pada tahun ini, memperluas 47 gigawatt yang dibangun tahun lalu, dan dibandingkan dengan hanya 3,7 gigawatt pada pembangkit listrik yang sudah pensiun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)