Diobral Asing, Prospek Saham Big Banks Masih Cerah?

Tim Riset, CNBC Indonesia
23 April 2024 15:42
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank papan atas mulai merilis kinerja keuangan pada kuartal pertama 2024. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membuka musim rilis laporan keuangan dengan cemerlang.

BCA mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 12,9 triliun sepanjang kuartal I 2024. Catatan laba tersebut naik 11,7 % secara tahunan (yoy).

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspansi perbaikan kualitas kredit dan perbaikan volume transaksi dan pendanaan.

BCA juga mencatat, kenaikan kinerja bottom line ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 17,1% yoy menjadi Rp 835,7 triliun per maret 2024.

Sementara bank besar lainnya seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI diperkirakan akan mengalami pertumbuhan laba pada kuartal pertama 2024.

Walaupun diperkirakan akan mencatatkan kinerja mentereng pada kuartal pertama 2024, dana asing deras keluar dari keempat bank tersebut.

Berdasarkan data RTI Business, outflow saham BBCA dalam sebulan tercatat Rp4,41 triliun. Sementara BBRI dalam sebulan dana asing deras keluar hingga Rp3,36 triliun. BMRI dan BBNI mengalami nasib serupa dengan outflow masing-masing senilai Rp2,19 triliun dan Rp1,27 triliun.

Akibat dana asing keluar dengan masif, kinerja saham keempat saham tersebut pun terdepresiasi cukup dalam.

Penurunan terjadi karena ketidakpastian ekonomi dunia karena tensi geopolitik Timur Tengah memanas setelah Iran dan Israel saling serang. Terbaru, Iran menyatakan tidak akan menggubris serangan Israel.

Selain itu, keyakinan pasar akan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed yang akan menurunkan suku bunga pada 2024 kian menipis setelah inflasi AS masih memanas.

Awalnya pasar memperkirakan The Fed akan segera menurunkan suku bunga pada Maret dan terjadi dua sampai tiga kali sepanjang 2024. Namun menurut perangkat Fedwatch, peluang pemotongan suku bunga akan terjadi pada September sebesar 25 basis poin menjadi 5%-5,25% dan hanya terjadi satu kali pada 2024.

Valuasi keempat saham tersebut saat ini pun mulai turun namun belum bisa dikatakan murah jika menggunakan pendekatan price book value band. Valuasi PBV yang membandingkan saat ini dengan rata-rata historis periode waktu tertentu.

Jika melihat PBV Band, valuasi saat ini dari keempat bank tersebut masih berada di atas rata-rata historis selama 5 tahun atau belum berada di titik rendah dalam pola PBV Band. 

BBCA memiliki PBV saat ini di 5,25 kali, berada di atas standar deviasi +1 yakni 5,036 kali. Sementara BBRI memiliki PBV 2,57 kali di atas rata-rata historis 5 tahun 2,53 kali. 

BMRI memiliki PBV 2,43 kali, di atas standar deviasi +1 yakni PBV 2,21 kali dan BBNI memiliki PBV 1,33, di atas PBV rata-rata selama 5 tahun sebesar 1,37 kali.

ValuasiFoto: CNBC Indonesia
Valuasi

ValuasiFoto: CNBC Indonesia
Valuasi

ValuasiFoto: CNBC Indonesia
Valuasi
ValuasiFoto: CNBC Indonesia
Valuasi

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation