17 Emiten Bisa Cuan dari Larangan Logam Rusia, Dapat Durian Runtuh

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
19 April 2024 17:15
An employee checks aluminium ingots for export at Qingdao Port, Shandong province, in this March 14, 2010 file photo.  REUTERS/Stringer/Files
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik bagi perusahaan komoditas metal dalam negeri setelah bursa perdagangan komoditas metal global, London Metal Exchange (LME), Chicago Mercantile Exchange (CME), dan bursa logam lainnya melarang menerima aluminium, tembaga, dan nikel baru yang diproduksi oleh Rusia sejak Jumat pekan lalu (12/4/2024).

Aluminium, tembaga, dan nikel buatan Rusia pada atau setelah tanggal 13 April 2024 tidak akan diterima untuk dikirim ke gudang yang terdaftar di LME atau fasilitas milik CME.

Sanksi tersebut ditujukan untuk meminimalkan pendapatan ekspor Rusia di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan juga mengurangi risiko gangguan pasar. Akibatnya, stok logam Rusia yang ada di bursa global dikucilkan akibat kebijakan baru ini. Produk logam Rusia yang tidak lagi diperdagangkan masih dapat ditarik dari gudang.

Hal ini akan berpengaruh signifikan bagi LME karena 40% stok logam yang tersedia adalah buatan Rusia. Pangsa stok aluminium asal Rusia yang tersedia di gudang yang terdaftar di LME mencapai 91% pada Maret, sedangkan proporsi tembaga mencapai 62%. Nikel Rusia di gudang LME berjumlah 36% dari total volume.

Persoalan ini dapat mengakibatkan dampak positif terhadap negara eksportir logam untuk menggantikan peran ekspor Rusia.

Indonesia memiliki sejumlah logam seperti yang Rusia miliki. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ketiga komoditas logam tersebut memiliki nilai ekspor yang dapat mengganti posisi Rusia. Secara nilai ekspor, ketiga komoditas logam tersebut memiliki nilai ekspor sebesar US$9,8 miliar atau setara dengan Rp 157,78 triliun. (Kurs: Rp 16.100/US$)

Data ini menunjukkan nilai pasar dari produk ekspor logam Indonesia yang cukup besar. Meski demikian, Indonesia menetapkan larangan ekspor untuk beberapa komoditas hingga Mei 2024 diantaranya adalah tembaga, besi, timbal, seng, dan lumpur anoda hasil pemurnian tembaga.

Selain itu, relaksasi ekspor ini juga diberikan kepada lima perusahaan yang progres smelternya telah mencapai di atas 50% pada Januari 2023, diantaranya yaitu PT Freeport Indonesia, PT Amman mineral Industri, PT Sebuku Iron Lateritic Ores, PT Kapuas PRima Citra, dan PT Kobar Lamandau Mineral.

Sebagai catatan, kontrak LME menunjukkan harga Aluminium US$ 2.581, tembaga US$ 9.434, dan nikel US$17.870.

Jika Indonesia dapat mengambil peran Rusia untuk melakukan ekspor ke beberapa negara importir komoditas metal global, maka hal ini dapat menguntungkan perusahaan-perusahaan komoditas metal global yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut deretan saham yang berpotensi diuntungkan saat terjadinya larangan ekspor aluminium, tembaga, dan nikel dari Rusia.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation