
Situasi AS Bikin Was-was, Mata Uang di Asia Tumbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian besar mata uang Asia melemah pada hari Selasa karena para pelaku pasar berhati-hati menjelang data inflasi Amerika Serikat (AS) pada minggu ini dan datanya pertemuan bank sentral regional.
Data penting CPI AS, yang dijadwalkan dirilis pada hari Rabu, akan menjadi pusat perhatian pasar global karena jadwal penurunan suku bunga AS secara bertahap tertunda.
Menurut alat FedWatch CME, para pelaku pasar kini melihat peluang sebesar 50% dari penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada bulan Juni mendatang, dibandingkan dengan lebih dari 60% pada minggu lalu.
Di Asia, baht Thailand tergelincir sebanyak 0,76%. Mata uang ini merupakan salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia, setelah merosot sekitar 6,5% sepanjang tahun ini.
Bank of Thailand kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunganya untuk pertemuan ketiga berturut-turut pada hari Rabu, di tengah pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu besar dan meningkatnya tekanan dari pemerintah untuk memangkas suku bunga.
Sementara, bank-bank sentral di Singapura dan Korea Selatan juga akan mengadakan pertemuan minggu ini, dan para analis memperkirakan sikap kebijakan bank-bank tersebut tidak akan berubah.
Adapun, Yen Jepang merasakan tekanan karena imbal hasil Treasury AS yang melesat. Dolar bersifat tentatif pada hari Selasa karena gagal mendapatkan dorongan yang berarti dari kenaikan imbal hasil Treasury AS, meskipun hal tersebut tetap memberikan tekanan pada yen yang berada di dekat posisi terendah multi-dekade dan membuat para pelaku pasar waspada terhadap tanda-tanda intervensi.
Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa pihak berwenang tidak akan mengesampingkan pilihan apapun dalam menghadapi pergerakan yen yang berlebihan, mengulangi peringatannya bahwa Tokyo siap untuk bertindak melawan penurunan tajam mata uang tersebut baru-baru ini.
Ancaman intervensi dari Tokyo telah menjaga dolar dari menembus level 152 yen yang diawasi ketat.
Sementara, pasar di Filipina dan Indonesia tutup karena hari libur nasional.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)