
Mata Uang Asia Keok Lawan Dolar AS, Rupiah Paling Ngenes

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) makin tajam dengan bertahan di level psikologis 104. Pada perdagangan Jumat (29/3/2024) indeks dolar AS bergerak stagnan di level 104,55. Namun, dalam sepekan indeks dolar AS mencatatkan kenaikan sebesar 0,07%.
Penguatan indeks dolar AS terus mendorong pelemahan terhadap beberapa mata uang asing lainnya salah satunya mata uang asia.
Rupiah Indonesia menjadi mata uang terlemah terhadap dolar dibandingkan dengan mata uang asing asia lainnya. Rupiah harus mencatatkan penurunan dalam sepekan sebesar 0,48% di level Rp15.850/US$1 pada perdagangan Kamis (28/3/2024).
Hongkong, Singapura dan Korea juga mencatatkan pelemahan dalam sepekan terhadap dolar AS. Sementara, China dan Jepang mencatatkan penguatan tipis terhadap dolar AS.
Dolar terus mengalami kenaikan jelang data inflasi utama AS dirilis pada hari Jumat kemarin.
Berdasarkan data yang telah rilis, inflasi meningkat sesuai ekspektasi pada bulan Februari, yang kemungkinan membuat The Federal Reserve (The Fed) menahan diri sebelum mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga, menurut ukuran yang dianggap bank sentral sebagai barometer yang penting.
Menurut data Departemen Perdagangan AS, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk makanan dan energi meningkat 2,8% secara tahunan dan naik 0,3% dari bulan lalu. Kedua angka tersebut sesuai dengan perkiraan Dow Jones.
Termasuk biaya pangan dan energi yang berfluktuasi, angka utama PCE menunjukkan kenaikan sebesar 0,3% pada bulan ini dan 2,5% pada tingkat 12 bulan, dibandingkan perkiraan sebesar 0,4% dan 2,5%.
Meskipun The Fed mempertimbangkan kedua ukuran tersebut ketika membuat kebijakan, mereka menganggap inflasi inti sebagai ukuran yang lebih baik untuk mengukur tekanan inflasi jangka panjang. The Fed menargetkan inflasi tahunan sebesar 2%, sementara inflasi PCE inti belum pernah berada di bawah level tersebut dalam tiga tahun.
Pasar memperkirakan The Fed akan tetap menahan diri ketika merilis keputusannya pada 1 Mei, kemudian mulai melakukan pemotongan pada pertemuan 11-12 Juni. Perkiraan pasar sejalan dengan proyeksi FOMC untuk tiga pemotongan, menurut ukuran aksi pasar berjangka FedWatch CME Group.
CNBC Indonesia Research