
Risma & Sri Mulyani Sebut Berkali-kali di Sidang MK, Apa Itu El Nino?

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena El Nino menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh para menteri dalam sidang Mahkamah Konstitusi sengketa pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dikatakan dalam persidangan, El Nino menjadi alasan untuk melanjutkan program bantuan sosial (bansos) hingga 2024.
Persoalan mengenai bansos menjadi polemik karena dianggap menjadi alat pemerintah untuk mendukung suara Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka oleh pihak pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Paslon 01 & 03 Klaim Bansos Untungkan Paslon 02
Seperti yang diungkapkan saksi ahli yang dihadirkan oleh pasangan Anies-Muhaimin yakni Vid Adrison, seorang pakar Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Vid Adrison mengungkapkan bansos yang menargetkan rakyat miskin menguntungkan pasangan Prabowo-Gibran dikaitkan dengan survey 69% bansos adalah pemilih pasangan calon nomor 2 tersebut.
" Implikasinya secara jangka panjang ini dapat dilihat dari hasil survei LSI, di mana 69% penerima bansos pada 2024 memilih Paslon 02 dalam Pilpres 2024. Jadi, ada hubungan positif antara jumlah bantuan dalam bentuk apapun dengan perolehan suara," ucap Vid pada sidang MK, Senin (1/4/2024).
Sementara ahli dari Ganjar-Mahfud yakni Hamdi Muluk. Ahli Psikologi Politik Universitas Indonesia mengatakan efek bansos menguntungkan petahana dan dapat memengaruhi pemilih.
Apa Dampak El Nino Mengerikan?
Mengutip laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Menurut laman National Ocean Service AS, El Niño dalam bahasa Spanyol artinya anak laki-laki. Nelayan Amerika Selatan pertama kali menyadari periode air hangat yang luar biasa di Samudra Pasifik pada tahun 1600an. Nama lengkap yang mereka gunakan adalah El Niño de Navidad yang berarti Bocah Laki-Laki Natal, karena El Niño biasanya mencapai puncaknya sekitar bulan Desember.
Sejak pertengahan 2023 lalu Indonesia mengalami fenomena iklim El Nino yang menyebabkan musim kemarau panjang dan lebih ekstrim panas dan kering dibandingkan biasanya.
Akibatnya, produksi pertanian, termasuk gabah di dalam negeri mengalami penurunan. Dampak yang terasa pada sepanjang 2023 adalah penyusutan produksi sejumlah komoditas pangan RI.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi dan luas panen terus menyusut yang menunjukkan produktivitas turun.
Produksi yang menyusut membuat pemenuhan dalam negeri terganggu, imbasnya kita perlu mengimpor beras dalam jumlah besar. BPS mencatat beras menjadi salah satu komoditas impor terbesar sepanjang tahun 2023 mencapai 3,06 juta ton.
Dampak El Nino ini masih terasa pada produksi bulan Januari-Februari 2024 dan diprediksi bakal defisit 2,8 juta ton setara beras.
Kapan El Nino Berakhir?
Indonesia masih mengalami fenomena El Nino hingga Maret 2024 meskipun banyak daerah yang sudah diguyur hujan. Hingga 14 Maret 2024 lalu, BMKG mencatat sebanyak 78% wilayah Indonesia memasuki musim hujan.
Dalam "Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Maret 2024" yang dirilis BMKG, Senin (25/3/2024), anomali SST (Sea Surface Temperature/ Suhu Permukaan Laut) di Samudera Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif (indeks +1.12).
Sedangkan, anomali SST di wilayah Nino 3.4 menunjukkan El Nino moderat (indeks +1,21). Disebutkan, kondisi ini menunjukkan El Nino secara gradual terus turun dari periode sebelumnya. BMKG mencatat, El Nino sudah berlangsung selama 31 hari.
Sebelumnya, dalam keterangan resmi tanggal 15 Maret 2024 lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, hingga awal Maret 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59. Sedangkan di Samudra Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD Netral.
"Fenomena El Nino tersebut diprediksi akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024," katanya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)