
BI Jorjoran Selamatkan Rupiah, Cadev Anjlok Terendah Sejak Mei 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali turun ke angka US$140,4 miliar atau sekitar Rp2.230 triliun (kurs Rp15.890/US$).
Posisi cadev Indonesia per Maret 2024 turun US$3,6 miliar dari sebelumnya sebesar US$144 miliar. Penurunan ini juga merupakan yang terdalam sejak Mei 2023 yang menurun sebesar US$4,9 miliar menjadi US$139,3 miliar.
Penurunan posisi cadev Maret 2024 ini terjadi dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Cadev yang kembali turun selama tiga bulan beruntun terjadi bersamaan dengan depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan rupiah sejak Januari hingga Maret terpantau sebesar 2,95% dari Rp15.395/US$ menjadi Rp15.850/US$.
Bahkan jika dilihat lebih rinci, rupiah anjlok cukup signifikan dalam sekitar tiga pekan terakhir yakni dari 13 Maret hingga 3 April 2024, dari Rp15.570/US$ menjadi Rp15.915/US$.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menjelaskan salah satu faktor yang membuat rupiah melemah yakni menurunnya optimisme pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga AS tahun ini.
Hal ini terjadi akibat kuatnya data ekonomi AS belakangan ini, khususnya dari inflasi AS yang mengalami kenaikan menjadi 3,2% (year-on-year/yoy) hingga data ketenagakerjaan yang masih cukup kuat ditandai dengan unemployment rate yang masih berada di angka 3,9%.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh kondisi dalam negeri. Di antaranya adalah tingginya permintaan dolar AS menjelang lebaran, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga inflasi yang kembali naik.
"Sementara dari domestik ada permintaan dolar AS terkait repatriasi dan masih outflow-nya asing di pasar SBN. Rilis data inflasi Indonesia kemarin yang di atas ekspektasi, yang banyak disebabkan oleh volatile food, ikut mendorong pelemahan rupiah," imbuhnya.
Oleh karena itu, BI langsung mengambil langkah intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang tengah melemah terhadap dolar AS.
"BI terus masuk pasar, untuk menjaga agar terdapat keseimbangan supply demand valas di market," terang Edi kepada CNBC Indonesia, Selasa (2/4/2024).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)