Faktanya Rupiah Suka Ambruk Jelang Libur Lebaran Tahun Ini Sama Saja?

Revo M, CNBC Indonesia
05 April 2024 08:55
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung mengalami pelemahan di hari terakhir perdagangan sebelum lebaran sejak 2014.

Dilansir dari Refinitiv, sejak 2014 hingga 2023, rupiah mengalami depresiasi sebanyak enam kali sementara apresiasi hanya terjadi sebanyak tiga kali yakni pada tahun 2016, 2019, dan 2020.

Berbeda halnya pada lebaran 2021, rupiah justru ditutup stagnan 0%.

Menjelang lebaran pada April 2023, rupiah mengalami pelemahan dan hal ini dinilai wajar mengingat rupiah telah mengalami penguatan yang cukup signifikan dalam lima pekan hingga menyentuh level terkuat sejak Agustus 2022.

Sementara pada hari terakhir sebelum lebaran Mei 2022, rupiah juga tercatat melemah di tengah apresiasi indeks dolar AS (DXY). Dolar AS mendekati level tertinggi sejak dua dekade atau sejak akhir 2002.

Berbeda halnya dengan lebaran pada Mei 2020, rupiah terpantau menguat. Hal ini terjadi bersamaan dengan laporan Bank Indonesia (BI) perihal defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2020 setara dengan 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,8% PDB. Defisit tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal II-2017.

Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat, sehingga mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia.

Sebelumnya, sejak 14 Maret hingga 3 April 2024, rupiah cenderung mengalami depresiasi dan hanya dua kali mengalami penguatan yakni pada 21 Maret dan 26 Maret 2024 yang hingga akhirnya rupiah sempat terpuruk dan menembus level psikologis Rp15.900/US$.

Hal ini terjadi bersamaan dengan momentum sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pasangan calon (paslon) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang pilpres 2024.

Besarnya suara Prabowo serta ramainya kontroversi sepanjang berlangsungnya pemilu menimbulkan kecurigaan yang mendorong pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar maupun pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengajukan gugatan kepada MK terkait hasil pemilihan tersebut.

Prabowo-Gibran menang dengan suara 96.214.691 atau 58,59%. Anies-Muhaimin berada di posisi kedua dengan perolehan suara 40.971.906 atau 24,95%. Sedangkan, Ganjar-Mahfud berada di posisi ketiga dengan perolehan 27.040.878 suara atau 16,47%

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation