China, Filipina - Malaysia Kebanjiran Cadev Sampai Rekor, RI Kering

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
10 October 2025 09:55
10 Negara Sultan dengan Cadev Terbesar di Planet Ini
Foto: Infografis/ 10 Negara Sultan dengan Cadev Terbesar di Planet Ini/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China, Malaysia, Taiwan, hingga Filipina baru saja melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) untuk periode September, yang semuanya mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya.

Cadev bahkan hingga mencetak rekor tertinggi dalam beberapa tahun. Sebaliknya, Bank Indonesia (BI) justru mencatatkan penurunan cadev di September.

Kenaikan cadev di sejumlah negara Asia menunjukkan adanya arus masuk modal asing yang masih solid akibat dari dukungan ekspor yang kuat, serta strategi diversifikasi aset yang efektif di tengah ketidakpastian global.

China

China kembali menunjukkan ketahanan ekonomi yang solid. Total cadangan devisa Negeri Tirai Bambu meningkat menjadi US$3.688 miliar pada September 2025, naik US$45 miliar dari bulan sebelumnya dan menandai level tertinggi dalam hampir 10 tahun terakhir atau sejak 2015.

Kenaikan ini didorong oleh apresiasi aset keuangan global serta penguatan ekspor dan investasi asing. Menurut State Administration of Foreign Exchange (SAFE), stabilitas ekonomi domestik China serta kebijakan pembangunan berkualitas tinggi akan membantu menjaga kestabilan cadangan devisa ke depan.

Tak hanya itu, cadangan emas resmi China juga naik untuk bulan ke-11 berturut-turut, mencapai 283,2 ton per akhir September. Kenaikan ini terjadi seiring meroketnya harga emas dunia ke rekor US$4.000 per troy ons, di tengah meningkatnya keraguan terhadap independensi The Fed dan penutupan pemerintahan AS.

Langkah akumulasi emas ini sekaligus mencerminkan strategi Beijing untuk mengoptimalkan struktur cadangan dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, terutama di tengah meningkatnya risiko geopolitik global.

Malaysia

Malaysia juga mencatatkan hal yang cukup baik. Cadangan devisa Bank Negara Malaysia (BNM) naik menjadi US$123,6 miliar pada akhir September 2025 menjadikan level tertingginya dalam 11 tahun terakhir.

Kenaikan ini ditopang oleh penguatan nilai tukar ringgit serta kenaikan nilai emas dan aset valas milik bank sentral. Sejauh ini, ringgit telah menguat lebih dari 6% terhadap dolar AS sepanjang 2025 ini, sehingga memberikan ruang stabilisasi bagi pasar domestik.

Dengan posisi saat ini, cadangan devisa Malaysia cukup untuk membiayai 4,8 bulan impor barang dan jasa, sekaligus menutup 90% dari utang luar negeri jangka pendek. Kondisi ini memperkuat daya tahan ekonomi Malaysia dari potensi arus keluar modal di tengah ketidakpastian global.

Taiwan

Sementara itu, Taiwan sampai mencatat rekor baru dalam sejarahnya. Cadangan devisa naik US$5,51 miliar menjadi US$602,94 miliar pada akhir September 2025, menembus level US$600 miliar untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya imbal hasil dari portofolio investasi serta penguatan mata uang asing non olar dalam portofolio cadangan.

Bank sentral Taiwan juga mengakui telah melakukan intervensi di pasar valas dengan membeli dolar AS dan menjual dolar Taiwan untuk meredam apresiasi mata uang domestik yang terlalu cepat.

Selain itu, lonjakan harga saham teknologi dan euforia sektor kecerdasan buatan (AI) turut mendorong arus modal asing masuk ke pasar saham Taiwan. Nilai kepemilikan asing terhadap saham dan obligasi di Taiwan kini mencapai lebih dari US$1 triliun, mencerminkan kepercayaan investor global terhadap ekonomi Taiwan.

Filipina

Cadangan devisa Filipina mencapai US$108,8 miliar pada September 2025, naik dari US$107,09 miliar bulan sebelumnya dan merupakan level tertingginya dalam 11 bulan terakhir.

Kenaikan ini ditopang oleh lonjakan harga emas dunia yang meningkatkan nilai kepemilikan emas bank sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas/BSP), serta pendapatan investasi dan setoran valas pemerintah.

Dengan level tersebut, cadangan devisa Filipina kini mampu menutupi 7,3 bulan impor barang dan jasa salah satu posisi cadangan terkuat di Asia Tenggara.

Bagaimana Dengan RI?

Berbanding terbalik dengan beberapa negara di Asia yang baru saja mencatatkan level cadev tertinggnya. Cadangan devisa Indonesia justru turun pada September 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi cadev tercatat sebesar US$148,7 miliar, turun dari US$150,7 miliar pada Agustus atau berkurang hingga US$2 miliar dalam sebulan.

Penurunan ini mencerminkan langkah aktif BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah penguatan dolar AS secara global. Selama September, rupiah melemah sekitar 1,06% terhadap dolar AS ke level Rp16.660/US$.

BI menjelaskan, berkurangnya cadev dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta intervensi di pasar valas untuk menahan volatilitas rupiah.

Meski demikian, level cadangan devisa saat ini masih aman, setara dengan 6,2 bulan impor, jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar tiga bulan.

CNCB INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation