
Saling Sikut! "Amunisi" Devisa Israel & China Tembus Rekor

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa China dan Israel mencetak rekor tertingginya.
Cadangan devisa (cadev) adalah tameng pertama negara untuk menyerap guncangan eksternal dalam membayar impor, melunasi utang valas pemerintah, dan menjaga volatilitas nilai tukar melalui intervensi bank sentral. Semakin besar cadev suatu negara,maka semakin besar pula ruang otoritas moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukarnya tanpa menekan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Secara teknis, posisi cadev dipengaruhi dua hal yakni arus kas valas seperti penerimaan devisa, penarikan utang hingga penempatan atau penjualan aset dan faktor penilaian atau revaluation seperti perubahan indeks dolar AS (DXY) dan kenaikan atau penurunan harga aset keuangan global seperti yield obligasi, harga saham dan emas. Ketika DXY melemah dan harga aset naik, nilai portofolio cadangan yang mayoritas ditempatkan pada surat berharga dan emas akan ikut terdongkrak.
Cadev China dan Israel Tembus Rekor
Per akhir Agustus, cadangan devisa China mencapai US$3,322 triliun, naik US$29,9 miliar (0,91%) dibanding Juli, sekaligus menjadikan posisi tertinggi sejak Desember 2015.
State Administratioan of Foreign Exchange China (SAFE) menyebut penguatan berasal dari kombinasi pelemahan indeks dolar AS dan kenaikan harga aset keuangan global, yang mendorong revaluation gain pada portofolio cadangan. Dalam bahasa sederhana, kurs dan kenaikan harga obligasi/saham global menaikkan nilai buku cadangan.
Katalis tambahan datang dari akumulasi emas bank sentral China. Data resmi menunjukkan kepemilikan emas China naik menjadi 74,02 juta ons pada Agustus kenaikan 10 bulan beruntun yang menegaskan strategi diversifikasi cadangan di tengah gejolak geopolitik dan fragmentasi keuangan global.
Kebijakan ini membantu memperkaya komposisi cadangan, mengurangi ketergantungan pada aset berdenominasi dolar, dan menambah persepsi ketahanan eksternal.
Sementara itu, Bank of Israel turut melaporkan cadangan devisa nya yang menembus rekor US$230,32 miliar pada akhir Agustus, naik US$3,55 miliar dari periode Juli.Penyebab peningkatan terutama dijelaskan oleh revaluation gain sekitar US$3,76 miliar sementara sebagian lainnya diimbangi oleh aktivitas valas pemerintah sekitar US$209 juta.
Sebagai catatan, revaluation gain adalah kenaikan nilai cadangan yang terjadi bukan karena pembelian devisa baru, melainkan akibat perubahan kurs misalnya pelemahan atau penguatan dolar AS terhadap mata uang penempatan cadangan dan pergerakan harga aset yang menjadi instrumen cadangan seperti obligasi, saham dan emas.
Saat dolar melemah dan harga aset global menguat, nilai portofolio cadangan dalam dolar AS naik secara akuntansi.
Dengan rasio 41% terhadap PDB, ketebalan cadangan memperkuat kredibilitas kebijakan dan menyediakan amunisi untuk mengelola volatilitas shekel di tengah ketidakpastian keamanan dan pembiayaan.
Rilis resmi juga menegaskan cadangan yang besar membantu menstabilkan pasar keuangan, menopang kepercayaan investor, dan menjadi bantalan ketika bank sentral perlu menghaluskan gejolak kurs, hal ini kontras dengan periode Oktober 2023 saat bank sentral Israel menjual valas untuk menahan pelemahan tajam shekel. Rekor baru ini menandai pemulihan berkelanjutan sejak fase tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia?
Berbeda dengan Israel dan China yang mencatat rekor, Bank Indonesia (BI) justru melaporkan penurunan cadangan devisa pada akhir Agustus 2025. Posisi cadev Indonesia tercatat US$150,7 miliar, turun dari bulan sebelumnya sebesar US$152,0 miliar.
BI menjelaskan, perkembangan ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang ditempuh sebagai respons terhadap ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Meski menurun, cadangan devisa tersebut masih berada pada level yang kuat, setara dengan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang hanya sekitar tiga bulan impor.
Ke depan, BI menilai posisi cadangan devisa tetap memadai untuk mendukung ketahanan eksternal, sejalan dengan prospek ekspor yang terjaga, surplus pada neraca transaksi modal dan finansial, serta persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang kompetitif.
Menurut data Komposisi Mata Uang dari Cadangan Resmi Valuta Asing (COFER) milik International Monetary Fund (IMF), total cadangan resmi valuta asing di seluruh dunia mencapai US$ 12,54 triliun.
Data ini mencakup cadangan resmi valuta asing yang dilaporkan kepada IMF oleh bank sentral dari lebih dari 140 negara. Saat ini terdapat 149 negara yang melaporkan cadangan resmi valuta asing mereka, terdiri dari otoritas moneter negara anggota IMF dan negara/perekonomian non-anggota IMF, serta entitas lain yang memegang cadangan devisa.
Namun, IMF tidak merincikan data kepemilikan mata uang asing tiap negara. Melansir dari data Tradingview, Berikut adalah daftar 10 negara dengan cadangan valas terbesar di dunia:
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)