
Hati-Hati! Asing Suka Kabur Berjamaah Sebelum Lebaran

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari Rp6 triliun asing melego saham RI dalam sepekan jelang hari raya Idul Fitri tahun ini. Efek repatriasi dividen hingga ketidakpastian eksternal masih membayangi aksi jual investor.
Berdasarkan data yang dihimpun CNBC Indonesia Research dari Statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada perdagangan 28 Maret - 4 April 2024, asing sudah melakukan net sell sebanyak Rp6,67 triliun.
Berdasarkan basis mingguan, nilai jual bersih asing tersebut merupakan yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Selengkapnya lihat pada tabel berikut :
Namun, perlu diakui untuk periode mingguan yang dipakai di atas merujuk pada perhitungan kalender Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Oleh karena itu, ada beberapa yang tidak menunjukkan net buy/sell asing selama lima hari perdagangan dalam sepekan.
Kendati begitu, jika melihat probabilitas dalam 10 tahun terakhir potensi asing menjual dan membeli saham RI cukup seimbang, mencapai 50%. Sementara jika melihat nilai akumulasi, net buy asing masih mendominasi.
Akumulasi asing paling tinggi sempat terjadi pada 2022 mencapai lebih dari Rp25 triliun dalam empat hari perdagangan. Padahal waktu itu, gerak IHSG pada seminggu sebelum lebaran susut 0,65%.
Bahkan, seminggu setelah lebaran 2022 IHSG makin terpuruk lagi, anjlok lebih dari 8%. Namun, melihat asing yang menampung saham sebelum hari raya menunjukkan optimisme pasar kembali bangkit, kendati pada saat libur panjang sempat ada berita genting karena bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) untuk pertama kali menaikkan suku bunga.
Asing Jualan Rp6 T Jelang Lebaran 2024, Wajarkah?
Beralih ke masa kini, dengan asing yang banyak jualan jika menelisik lebih jauh ternyata pemicu utamanya adalah empat bank besar Tanah Air yang menempati posisi teratas paling banyak dibuang asing.
Dalam seminggu ini saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan net foreign sell hingga Rp1,7 triliun. Diikuti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing sebanyak Rp1,5 triliun dan Rp1,4 triliun.
Lalu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dijual asing hingga Rp537,9 miliar. Faktor utama asing banyak jualan saham bank karena bertepatan dengan momentum pembagian dividen.
Tak heran, jika asing ingin mengamankan modal terlebih dahulu lantaran kecenderungan harga saham jika sudah melewati cum date dividen akan terkoreksi dahulu. Terlebih, dividen bank tahun ini momentumnya terjadi di bulan Ramadhan.
Dividen tersebut bisa diibaratkan jadi Tunjangan Hari Raya (THR) bagi investor. Jadi, tidak menutup kemungkinan juga jika dividen bakal dicairkan sebagai tambahan modal untuk belanja kebutuhan hari raya.
Selain itu, koreksi IHSG terjadi lantaran pelaku pasar mengantisipasi terhadap sejumlah ketidakpastian eksternal, terutama dari Amerika Serikat (AS) akan merilis banyak data ketika IHSG libur panjang. Khususnya ada FOMC Minutes, data Inflasi AS, hingga pasar tenaga kerja.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)