
5 Kabar Panas Saat IHSG Rontok: Asing Masih Kabur-Saham Timah Perkasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (3/4/2024) kemarin, di tengah derasnya dana asing yang keluar di pasar saham dalam negeri beberapa hari terakhir.
IHSG ditutup merosot 0,97% ke posisi 7.166,84. IHSG kembali ke level psikologis 7.100, setelah pada Selasa lalu bertahan di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 18 miliaran saham yang diperdagangkan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 194 saham naik, 397 saham turun, dan 194 saham stagnan.
Investor asing kembali mencatatkan penjualan bersih (net sell) kemarin, bahkan nilainya semakin bertambah yakni hingga mencapai Rp 1,8 triliun di pasar reguler.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,48%.
Adapun berikut berita-berita terkait IHSG pada perdagangan kemarin
1. Asing Masih Getol Keluar Dari Pasar Keuangan RI, Sebabkan IHSG Merana Lagi
Investor asing tercatat terus mencatatkan outflow atau net sell, membuat pasar keuangan RI utamanya IHSG dan rupiah merana dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan data pasar hingga Rabu kemarin, asing di pasar saham tercatat melakukan net sell sebesar Rp 2,13 triliun, dengan rincian sebesar Rp 1,8 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 320,67 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Sedangkan selama sepekan terakhir hingga kemarin, asing di pasar saham mencatatkan net sell sebesar Rp 4,96 triliun, dengan rincian sebesar Rp 4,97 triliun di pasar reguler dan net buy sebesar Rp 8,77 miliar di pasar negosiasi dan tunai.
Adapun sepanjang tahun ini hingga kemarin, asing di pasar saham masih mencatatkan net buy sebesar Rp 22,99 triliun, dengan rincian sebesar Rp 10,74 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 12,25 triliun di pasar negosiasi dan tunai.
Sementara menurut data dari Bank Indonesia (BI), pada periode perdagangan25 - 27 Maret 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 1,36 triliun terdiri dari beli neto Rp 0,97 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 1,59 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 0,74 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Maret 2024, nonresiden jual neto Rp 33,31 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 28,90 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 20,05 triliun di SRBI.
Asing yang terus mencatatkan outflow di pasar keuangan RI membuat IHSG dan tentunya rupiah kembali merana kemarin.
Depresiasi rupiah yang masih terjadi juga menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Pelemahan rupiah dipengaruhi tingginya permintaan dolar Amerika Serikat (AS) karena masa repatriasi dividen dari dalam negeri.
2. Deretan Saham Penekan IHSG Kemarin, Kebanyakan Bank Raksasa
Terpantau lima saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi penekan IHSG kemarin. Adapun saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penekan terbesar IHSG kemarin yakni mencapai 25,7 indeks poin.
Tak hanya BBCA, tiga saham bank raksasa lainnya juga menjadi laggard atau penekan IHSG yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 11,4 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 5,8 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 5,4 indeks poin.
3. Saham-saham Ini Dilego Asing Saat IHSG Merana Lagi
Beberapa saham terpantau kembali dilepas asing kemarin, di mana secara mayoritas merupakan saham perbankan raksasa. Saham BBCA menjadi yang paling banyak dilepas oleh asing kemarin yakni mencapai Rp 733,4 miliar.
Selain itu, saham perbankan raksasa lainnya juga tengah dilepas oleh asing, yakni BBRI sebesar Rp 500,2 miliar, BMRI sebesar Rp 380,3 miliar, dan BBNI sebesar Rp 130,6 miliar.
Berikut saham-saham yang dilepas asing kemarin.
4.Saham Perbankan Raksasa Berjatuhan
Kemarin, saham perbankan raksasa secara mayoritas berjatuhan, di mana investor masih cenderung melakukan aksiprofit takingdi saham bank raksasa setelah periode pembagian dividen selesai.
Hingga akhir perdagangan kemarin, lima saham bank raksasa kompak terkoreksi, dengan empat saham ambles lebih dari 1% dan satu saham melemah kurang dari 1%.
Saham BBCA menjadi yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 3,79% ke posisi Rp 9.525/unit. Sedangkan saham BBRI menjadi yang paling kecil koreksinya yakni melemah 0,88% menjadi Rp 5.625/unit.
Beberapa pengamat menilai saham perbankan yang sudah mulai lesu terjadi karena pesta sentimen dividen yang telah usai. Hal ini diungkap oleh analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta.
"Bisa jadi euforia pembagian dividen mulai mereda," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (1/4/2024).
Terkait dengan pemilu, sejauh ini berjalan dengan aman dan damai. Meski dalam perkembangan terdapat hak angket di DPR dan sengketa melalui Mahkamah Konstitusi (MK), tetapi dia menilai stabilitas politik dan keamanan relatif baik.
Terpisah, praktisi pasar modal Hans Kwee mengatakan bahwa kemungkinan besar saham bank jumbo mengalami koreksi, mengikuti tren IHSG yang masih cenderung lesu karena dampak sengketa pemilu.
"Dari global pasar cukup positif. Data PCE AS, data manufaktur China naik, harusnya IHSG rebound. Kalau tidak naik kemungkinan besar karena sengketa pemilu," katanya.
Akan tetapi dia menilai dampak sengketa pemilu terhadap pasar saham biasanya hanya jangka pendek.
5. Sejak Kasus Korupsi Mencuat, Saham Timah Malah Masih Terbang
Saham pertambangan timah yakni PT Timah Tbk (TINS) ditutup ambruk 4,86% ke posisi Rp 880/saham pada perdagangan kemarin. Namun sejak kasus korupsi mencuat, saham TINS masih membukukan kenaikan pesat.
Sejak kasus korupsi PT Timah Tbk mencuat pada 16 Februari lalu hingga akhir perdagangan kemarin, saham TINS masih melejit hingga 54,39%. Bahkan dari awal tahun ini, saham TINS masih melonjak hingga 33,33%.
Penindakan kasus korupsi Timah masih berjalan hingga hari ini. Terbaru, Komisi VI DPR menyebut ada sosok 'mafia besar' di balik kasus korupsi tata niaga TINS.
Anggota Komisi VI, Mufti Aimah Nurul Anam menyebut nama pengusaha Robert Bonosusatya (RBS) sebagai mafia besar di balik skandal tambang timah yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 271 triliun.
"Ada seorang mafia besar yaitu kami dapat infonya itu Robert Bonosusatya," terang Mufti dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Menteri Investasi / Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dikutip Rabu (3/4/2024).
Sementara itu, RBS telah diperiksa sebagai saksi oleh penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk kasus dugaan korupsi tata niaga timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah tahun 2015-2022.
Ia tidak berbicara banyak usai diperiksa selama 13 jam. Ia hanya menegaskan telah menjawab seluruh pertanyaan yang dilayangkan oleh penyidik.
"Sebagai warga negara yang baik, saya sudah melakukan kewajiban, mentaati peraturan yang ada, saya sudah diperiksa," ujarnya kepada wartawan di Kejaksaan Agung, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (2/4/2024).
RBS juga enggan berkomentar lebih jauh terkait dugaan keterlibatan dengan PT Refined Bangka Tin (RBT). Perusahaan RBT yang sempat dipimpin Robert itu diketahui menjadi mitra utama PT Timah dan pernah digeledah oleh Kejagung pada 23 Desember 2023 lalu.
Sebelumnya, kasus korupsi tata niaga TINS menjerat beberapa pihak, termasuk di antaranya suami aktris Sandra Dewi yakni Harvey Moeis dancrazy richPIK, Helena Lim.
Manajemen Timah pun angkat bicara perihal potensi kerugian perusahaan imbas dugaan korupsi yang melibatkan Harvey Moeis dan Helena Lim.
Direktur Utama TINS, Ahmad Dani Virsal mengungkapkan bahwa pertambangan ilegal yang dilakukan oleh para tersangka dugaan korupsi TINS merugikan perusahaan di sisi tata kelola pertambangan, dan alur bisnis yang harus dikelola dengan regulasi yang ada.
"Sebenarnya tata kelolanya ya, bukan hanya produksi tambang ilegal, tapi bagaimana flow of business pertimahan harus dikelola sesuai regulasi yang ada," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (2/4/2024).
Adapun, pada paparan Virsal dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI mengungkapkan bahwa produksi bijih timah, pada 2023 tercatat mengalami penurunan 26% menjadi 14.855 ton dari 20.079 ton pada 2022. Dari sisi produksi logam timah, pada 2023 produksi logam timah juga turun 23% menjadi 15.340 ton dari 19.825 ton pada 2022.
Sementara dari sisi penjualan, penjualan logam timah pada 2023 turun 31% menjadi 14.385 ton dari 20.805 ton pada 2022 lalu.
Ada pula pihaknya membukukan kerugian Rp 450 miliar pada 2023, turun dari capaian laba bersih selama 2022 yang tercatat mencapai Rp 1,04 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)