5 Peristiwa Penting Saat IHSG Rontok: Diam-Diam Ada yang Mau Salip BCA

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
18 April 2024 08:40
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali melemah pada perdagangan Rabu (17/4/2024) kemarin, setelah sempat rebound nyaris 1% di awal sesi I kemarin.

IHSG ditutup melemah 0,47% ke posisi 7.130,84. Padahal di awal sesi I kemarin, IHSG sempat bangkit hingga nyaris 1%. Namun setelah itu, penguatan IHSG cenderung terpangkas.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan melibatkan 20 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,5 juta kali.

Investor asing kembali melakukan penjualan bersih (net sell) kemarin. Namun, net sell asing sudah mulai berkurang di mana asing melepas saham-saham di RI mencapai Rp 470,67 miliar di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 439,46 miliar di pasar reguler dan Rp 31,21 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 2,48%.

Adapun berikut berita-berita terkait IHSG kemarin.

1. IHSG Gagal Bangkit, Gegara Rupiah yang Masih Loyo?

IHSG sepertinya terdampak dari rupiah yang masih terkoreksi hingga kemarin.Dilansir dariRefinitiv, rupiah ditutup turun 0,28% di angka Rp 16.215/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak 6 April 2020.

Sementara indeks dolar Amerika Serikat (AS) atau DXY pada Kamis hari ini pukul 00:48 WIB melemah ke angka 106,01 atau melemah 0,23%.

Rupiah yang kembali melemah dan tentunya berimbas ke IHSG karena beberapa saham cenderung terdampak dari depresiasi rupiah. Adapun salah satu sektor saham tersebut yakni farmasi karena sektor ini sebagian besar bahan bakunya masih dari impor.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kembali bernada hawkish juga menjadi sentimen negatif bagi rupiah dan menjadi sentimen positif bagi dolar AS.

Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan perlu lebih banyak waktu untuk memastikan pemangkasan suku bunga.

Dalam diskusi panel di acara Washington Forum on the Canadian Economy, Washington D.C. pada Selasa waktu AS, mengatakan perekonomian AS belum melihat inflasi kembali sesuai target bank sentral yakni di kisaran 2%.

"Data yang lebih baru menunjukkan pertumbuhan yang solid dan kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, namun juga kurangnya kemajuan lebih lanjut sepanjang tahun ini karena kembalinya target inflasi 2%," kata Powell dikutip dariCNBC International.

Senada dengan pernyataan para pejabat bank sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.

"Data terbaru jelas tidak memberikan kita kepercayaan yang lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk mencapai kepercayaan tersebut," katanya dalam forum bank sentral.

Selain itu, masih panasnya situasi di Timur Tengah membuat pasar kembaliwait and seedan berujung kembali terkoreksinya IHSG meski sempat bangkit.

Ketegangan di Timur Tengah akan meningkatkan ketidakpastian global sehingga investor menahan diri atau memilih instrument aset aman atausafe haven.

2. Deretan Saham Penekan IHSG Kemarin, Mayoritas Bank Raksasa

Terpantau lima saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi penekan IHSG kemarin. Adapun saham petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjadi penekan terbesar IHSG kemarin yakni mencapai 11,9 indeks poin.

Selain itu, ada saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang memperberat IHSG sebesar 6,2 indeks poin dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 5,9 indeks poin.

3. Saham-saham Ini Dilego Asing Saat IHSG Merana Lagi

Beberapa saham terpantau kembali dilepas asing kemarin. Saham telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi yang paling banyak dilepas oleh asing kemarin yakni mencapai Rp 202,1 miliar.

Berikut saham-saham yang dilepas asing kemarin.

4. Saham Emas Terkapar, Kena Aksi Profit Taking?

Pergerakan emiten emas di Indonesia pada perdagangan kemarin terpantau terkapar di zona merah, berkebalikan dari pergerakan pada Selasa lalu yang secara mayoritas melesat.

Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) menjadi yang paling parah koreksinya kemarin, yakni ambruk 4,4% ke posisi Rp 348/saham.

Sedangkan untuk saham emas big cap seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga terkoreksi masing-masing 1,39% dan 0,83%.

Saham emas RI berbalik arah ke zona merah, di tengah mulai melandainya harga emas acuan dunia kemarin.

Menurut data Refinitiv pada Rabu kemarin, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,2% menjadi US$ 2.376,39 per troy ons.

Harga emas acuan dunia dan saham emas di RI sepertinya terkena aksi profit taking investor kemarin, setelah beberapa hari harga emas mencatatkan kenaikan. Sementara untuk saham emas di RI pada Selasa lalu yang melesat lebih dari 1% bahkan 2% juga mematik investor untuk melakukan aksi profit taking.

Investor tampaknya mulai menimbang sikap The Fed yang masih hawkish.

5. Kapitalisasi Pasar BREN Sentuh Lagi Rp 1.000 T, Bakal Salip BBCA Lagi?

Emiten energi baru dan terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terpantau melesat dan kembali menduduki saham dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di Indonesia pada perdagangan Rabu kemarin.

Saham BREN ditutup melonjak 6,35% ke posisi Rp 7.950/unit kemarin. Sementara itu bila dibandingkan dengan sebulan terakhir, saham BRENtelah melejit hingga 38,86%.

Hal itu membawa BRENkembali duduk sebagai sahamdengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di Indonesia, di mana kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 1.033,5 triliun.

Adapun terakhir BREN menduduki posisi ini yakni pada November 2023 lalu. BREN juga sempat mengeser saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menjadi saham terjumbo di Indonesia pada Desember 2023.

Tak hanya itu saja, BREN juga menjadi penahan terbesar koreksi IHSG pada akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 18,4 indeks poin.Bahkan, saham BREN menjadi yang paling banyak diborong asing kemarin yakni mencapai Rp 129,82 miliar.

Saham BREN kembali melambung usai menuntaskan akuisisi 99,99% saham di PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap) dari UPC Renewables Asia Pacific Holding Pte Ltd, ACEN Renewables International Pte Ltd, UPC Renewables Asia III Limited, Sidrap (HK) Limited, dan Sunedison Sidrap BV. Disebutkan bahwa nilai akuisisi mencapai US$ 102,2 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.

Akuisisi dilakukan melalui PT Barito Wind Energy (Barito Wind) yang merupakan anak perusahaan dari BREN. Pengumuman penyelesaian akuisisi dilakukan pada 3 April 2024.

Selesainya akuisisi strategis ini menandai ekspansi BREN ke dalam sektor energi angin, melengkapi rekam jejak yang sudah ada di sektor geotermal, dan menegaskan komitmen perseroan untuk turut mengantarkan energi berkelanjutan di Indonesia.

Terletak di Sulawesi Selatan, Sidrap merupakan pembangkit listrik tenaga angin pionir di Indonesia, dengan kapasitas 75 MW dan menduduki peringkat salah satu yang terbesar di negara ini.

Termasuk ke dalam akuisisi ini adalah PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI), perusahaan yang memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan operasional Sidrap.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation