
Jelang Sidang Sengketa Pilpres di MK, Asing Ogah Beli Surat Utang RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada kemarin, Selasa (26/3/2026) mematahkan tren keberhasilan capai target lima kali beruntun. MInat asing yang masuk juga anjlok lebih dari 70% menjadi kisaran Rp2 triliun.
Pemerintahmelakukan lelang SUN dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024.
Ada tujuh seri yang dilelang, rinciannya ada seri jangka pendek SPN12240628 (reopening) bertenor 3 bulan dan seri SPN12250314 (reopening) tenor satu tahun.
Kemudian, seri jangka panjang mulai dari FR0101 (reopening) tenor 5 tahun, FR0100 (reopening) tenor 10 tahun, FR0098 (reopening) tenor 15 tahun, FR0097 (reopening) tenor 20 tahun dan FR0102 (reopening) tenor 30 tahun.
Incoming bids yang masuk pada lelang kali terbilang paling rendah sejak pertengahan November 2023. Hanya mencapai Rp32,33 triliun. Alhasil, yang diserap pemerintah (awarded bids) juga tak sesuai target indikatif, hanya Rp22,6 triliun dan target sebesar Rp24 triliun.
Penurunan hasil serapan ini juga dipengaruhi minat asing yang anjlok, hanya masuk Rp2,93 triliun. Ini turun 71,96% dari raihan periode sebelumnya dan terendah sejak 14 November 2023. Serapan pemerintah dari minat asing juga turun, hanya sebesar Rp2,54 triliun.
Menelisik lebih jauh terhadap minat asing, pada lelang kali ini ternyata sama sekali tak melirik obligasi tenor jangka pendek 3 bulan. Untuk tenor 1 tahun, minat yang masuk hanya Rp10 miliar saja, sehingga pemerintah tidak menyerapnya.
Sementara untuk tenor jangka panjang 5 tahun (FR101) menjadi yang paling diminati asing, dengan incoming bids sebesar Rp1,93 triliun. Dari minat ini, pemerintah menyerap cukup banyak hingga 99%-nya, atau mencapai Rp1,91 triliun.
Secara keseluruhan, hasil lelang SUN yang anjlok kali ini menunjukkan sikap pemerintah yang mulai konservatif. Hal ini lantaran ada berbagai tantangan terutama dari eksternal, seperti bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) yang belum mulai dovish di tengah inflasi-nya yang memanas dan pasar tenaga kerja yang ketat.
Dari dalam negeri, juga sedang ada ketidakpastian karena ada sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (AS) yang akan dimulai perdana pada Rabu (27/3/2024).
Tak sampai disitu, jika melihat pada investor sendiri, tampaknya juga sedang menahan pengeluaran investasi. Pasalnya, persiapan lebaran tinggal menghitung hari. Pekan ini yang bersamaan dengan periode payday dan Tunjangan Hari Raya (THR) akan memakan pengeluaran cukup besar di aspek konsumsi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)