
Lika-Liku dan Alasan di Balik RI Resmi Kuasai 54,6% Saham Vale

Bola divestasi terus bergulir, penambahan 11% divestasi saham INCO ke MIND ID terus mendapatkan tekanan dari pelbagai pihak. Mendadak, Menteri ESDM Arifin Tasrif pada awal Oktober 2023 memberikan pernyataan bahwa divestasi saham INCO sudah mengerucut menjadi 14%.
Belum diketahui pasti alasan di balik penambahan penawaran divestasi 11% menjadi 14% itu. Menteri Arifin hanya beralasan bahwa negosiasi tersebut dilakukan secara Bussines to Bussines (B to B).
Menteri BUMN Erick Thohir bahkan menyebut pembahasan 14% divestasi saham itu alot. Di bulan Oktober itu juga, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso bahkan sempat memberikan pernyataan bahwa divestasi saham belum tentu 14%. Pasalnya, saham INCO yang akan dialihkan ke holding tambang bisa lebih dari 14%. "Nggak 14%. Belum tentu. Masih dinegosiasi," kata Hendi Prio.
Pihak MIND ID sejatinya optimistis dengan aksi korporasi ini, diyakini MIND ID bisa menjadi pengendali keuangan dan operasional di tambang nikel milik INCO itu. "Kita harus jadi pengendali. Itu sudah mandatnya pemerintah," tambah Hendi.
Namun, pada November 2023, tepatnya Jumat (17/11/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengadakan pertemuan langsung dengan CEO Vale Base Metal Deshnee Naido di Hotel Four Season, San Francisco, Amerika Serikat (AS).
Dalam pertemuan, Presiden menyampaikan bahwa Indonesia menyambut baik peningkatan saham MIND ID pada Vale sebesar 14%. "Divestasi ini akan menjadikan MIND ID sebagai pemegang saham terbesar Vale, sehingga MIND ID dan Vale Canada bisa melakukan kontrol bersama atas Vale," tutur Jokowi.
Dalam pertemuan tersebut Presiden Jokowi juga turut menyaksikan penandatanganan perjanjian induk antara MIND ID dengan Vale Canada dan Sumitomo Metal Mining Co. Ltd mengenai divestasi saham Vale Indonesia.
Hasil Akhir Divestasi
Pada 26 Februari 2024 lalu, disaksikan oleh pemerintah yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, MIND ID menyepakati akuisisi 14% saham INCO.
Total kepemilikan saham MIND ID di tambang INCO menjadi 34%. Sementara itu, VCL dan SMM masing-masing akan memiliki 33,9% dan 11,5%. Sedangkan sekitar 20,6% masih dimiliki publik melalui Bursa Efek Indonesia.
Meskipun tak menggenggam 51% saham INCO, 34% saham ini dinilai menjadi win-win solution bagi kedua perusahaan. Apalagi, MIND ID hanya membeli 14% senilai Rp 3.050 per lembar saham. Harga itu tentunya di bawah nilai pasar saham INCO yang pada saat itu mencapai Rp 3.800-an per lembar saham.
Dalam persoalan penentuan harga ini, beberapa menteri kabinet ikut turun gunung. Semuanya menegaskan bahwa harga divestasi tersebut ditawar semurah-murahnya. Terbukti, hasilnya nilai pembelian 14% divestasi saham INCO itu hanya Rp 3.050 per lembar saham dengan nilai US$ 300 jutaan.
Adapun pembayaran divestasi tersebut akan diselesaikan oleh MIND ID pada Juni 2024 melalui kas internal perusahaan.
Nah, apakah MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas 34% jadi pengendali tambang INCO? Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa terkait pengendalian bukan jadi persoalan. Kelak, tambang nikel itu akan dioperasikan secara bersama-sama.
"Sama-sama (pengendali). Ini joint operation, kita dalam membangun ekosistem bukan menang atau kalah. Kita harus bangun yang terbaik," ucap Menteri BUMN Erick usai penandatanganan akuisisi 14% Divestasi Saham INCO, di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (26/2/2024).
Erick menjelaskan, Indonesia memiliki peran strategis dalam industri nikel global sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, sehingga Indonesia memiliki potensi besar untuk mengambil kendali dalam menentukan arah industri nikel. Melalui divestasi ini, Indonesia dapat menunjukkan komitmennya untuk berada di garis depan dalam pengembangan hilirisasi industri nikel.
Divestasi PT VI merupakan perwujudan transformasi BUMN yang semakin penting untuk dilakukan dalam menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang di era ekonomi yang terus berkembang.
Dengan melakukan divestasi yang strategis, MIND ID dapat memperkuat posisi mereka dalam global value chain, serta mendukung kebutuhan ekspor dalam mendukung program hilirisasi.
Ikuti Jejak Sukses Akuisisi 51% Saham Freeport Indonesia
Penguasaan 34% saham MIND ID di PT Vale Indonesia ini sekaligus mengikuti jejak sukses RI mengambil alih 51% saham PT Freeport Indonesia pada akhir 2018 lalu. Jika ditambah 20,6% saham publik di BEI, artinya kepemilikan Indonesia di PT Vale Indonesia mencapai 54,6%.
Sejak menguasai 51% saham Freeport, Indonesia disebut meraup keuntungan lebih besar. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyebut, 70% pendapatan PT Freeport Indonesia telah masuk ke dalam kas negara.
"Freeport itu mayoritas sudah milik kita. Dulu 50 tahun kita hanya 9%. Ngomong bukan pemilik, kita sekarang 51%. Kita cek kemarin pendapatan berapa sih untuk 51%. Ternyata 70% pendapatan dari Freeport itu masuk ke kas negara," ungkap Jokowi dalam acara yang digelar relawan Bara JP di Hotel Salak, Kota Bogor, Minggu (18/6/2023).
Lebih lanjut, Jokowi menyebutkan bahwa pendapatan tersebut masuk dalam kas negara dalam bentuk pajak, pajak badan, PPh karyawan, royalti, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga kemudahan dividen.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas pun sempat menyebut, PTFI berkontribusi pada penerimaan negara sekitar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 60 triliun per tahun.
Tak hanya penerimaan negara, menurutnya perusahaan juga turut berkontribusi pada pengembangan masyarakat, ketenagakerjaan, lingkungan, dan lainnya.
Bahkan, hingga masa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) berakhir pada 2041, Freeport bisa menyetorkan hingga US$ 80 miliar atau sekitar Rp 1.200 triliun ke negara.
Bahkan, biaya pihak Indonesia atau Inalum (kini MIND ID) untuk mengakuisisi 41,87% saham Freeport - sebelumnya RI hanya miliki 9,36% - senilai US$ 3,85 miliar pada 2018 diperkirakan bisa balik modal pada 2024 ini, lebih cepat dari perkiraan awal yakni pada 2025.
Tony Wenas mengungkapkan bisa lebih cepatnya pengembalian biaya akuisisi MIND ID atas saham Freeport ini dipicu oleh lonjakan harga tembaga, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Tony menyebutkan, mulanya perusahaan memperkirakan harga tembaga sekitar US$ 3,75 per pon. Namun ternyata saat ini harga tembaga sudah menembus hingga US$ 3,8 per pon, dan nantinya diperkirakan masih akan terus naik hingga US$ 4 per pon.
Dengan begitu, pendapatan PTFI akan semakin melonjak dan dividen yang bisa diberikan kepada MIND ID bisa semakin besar. "Pada saat kita itu down 2025, itu akan paybacknya masih menggunakan asumsi harga tembaga US$ 3,75 per pound. Sekarang harganya sudah US$ 3,8, kita asumsikan masih bisa mencapai US$ 4," jelasnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (28/12/2022). "Dengan asumsi US$ 4 (per pon), itu bisa tercapai lebih cepat dari yang diperhitungkan sebelumnya," tandasnya.
(pgr/pgr)