
5 Negara Dihajar Krisis: Haiti Dikuasai Gangster, India 'Kiamat' Air

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara tengah menghadapi krisis berat, mulai dari ekonomi hingga sosial. Tidak hanya terjadi di Asia, krisis juga terjadi di benua Amerika dan benua lainnya.
Berikut negara-negara yang mengalami krisis dan sebabnya:
1. Haiti
Negara yang terletak di benua Amerika ini sedang dalam situasi yang mencekam. Kekerasan geng telah menjerumuskan negara Karibia itu dalam kekacauan baru selama sepekan ini.
Layanan publik di negeri itu hancur. Banyak orang mengungsi, belum lagi mayat-mayat berserakan di jalanan.
Dalam update Selasa pekan lalu, Perdana Menteri (PM) Ariel Henry dilaporkan mengundurkan diri. Pemimpin yang berada di luar negeri sejak kerusuhan terbaru terjadi itu mengumumkan pengunduran dirinya sebagai bentuk "pengorbanan yang terlalu besar untuk tanah air".
"Pemerintahan yang saya pimpin tidak bisa tetap tidak peka terhadap situasi ini," kata Henry dalam pidatonya, dikutip AFP, Rabu (13/3/2024).
Situasi ini semakin mencekam setelah negara Karibia itu dikuasai oleh gangster. Badan bantuan PBB untuk anak-anak, UNICEF, menyebut bantuan penting dari mereka telah dijarah di pelabuhan Haiti. UNICEF mengatakan kontainer yang dijarah berisi bantuan barang-barang penting untuk kelangsungan hidup ibu, bayi baru lahir dan anak.
"Penjarahan perbekalan yang penting untuk dukungan penyelamatan nyawa anak-anak harus segera diakhiri," kata Bruno Maes, perwakilan UNICEF di Haiti, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters, Senin (18/3/2024).
2. Mesir
Pendapatan ekonomi non-minyak Mesir mengalami kemunduran yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh Purchasing Manufacturing Index (PMI) S&P Global Egypt yang turun menjadi 47,1 pada Februari 2024, dari 48,1 pada Januari 2024.
Aktivitas bisnis merupakan sektor utama yang terkena dampak selama periode survei terakhir, karena data tersebut menunjukkan kontraksi terburuk dalam 13 bulan terakhir.
Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam survei PMI menyoroti krisis pelayaran Laut Merah sebagai penyebab utama penurunan tajam pada Februari 2024
Sejak awal tahun ini, kapal-kapal kargo global telah mengalihkan rute pelayaran mereka ke wilayah Afrika dibandingkan melewati Laut Merah dan Terusan Suez, sehingga telah melumpuhkan pendapatan Terusan Suez, yang merupakan penyumbang PDB non-minyak Mesir.
Laporan pemerintah menunjukkan bahwa pendapatan berkurang sekitar setengahnya pada akhir Februari 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, yang menyebabkan penurunan penjualan dan aktivitas ekonomi di negara-negara non-minyak.
Lebih lanjut, berkurangnya arus masuk mata uang asing memicu kenaikan nilai tukar pound Mesir. Meskipun kurs formal terhadap dolar AS, hingga saat ini, dipatok sekitar 30 pound, pelaku bisnis pada umumnya memperdagangkan dolar dengan kurs lokal yang naik sekitar dua kali lipat kurs resmi pada bulan Februari.
3. Suriah
Ketika konflik Suriah memasuki tahun ke-13, krisis kemanusiaan yang sudah parah di negara tersebut terus memburuk.
Jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan terus meningkat, mencapai 16,7 juta orang pada tahun ini atau meningkat 9,15% dari 2023 dan saat ini terdapat lebih dari 70% penduduknya yang membutuhkan bantuan.
Krisis yang dihadapi Suriah ini juga telah berdampak kepada masyarakatnya, khususnya bagi perempuan dan anak-anak.
Sebagai contoh yakni pernikahan dini dan pernikahan paksa bagi gadis-gadis muda serta pekerja anak sebagai cara untuk mendapatkan bantuan keuangan untuk memberi makan seluruh keluarga mereka karena tidak adanya peluang untuk menghasilkan pendapatan dan harga yang melonjak.
Selain itu, perempuan mengambil peran baru di pasar tenaga kerja informal untuk membantu menafkahi keluarga mereka yang rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan berbasis gender.
4. India
Kiamat iklim telah muncul di India khususnya di kota Bengaluru. Mengutip CNBC International, di sana, warga kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Air tanah mengering, dampak dari musim panas yang berkepanjangan.
Begitu pula di kota India bagian Selatan telah mengalami cuaca yang luar biasa panas pada Februari dan Maret. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah ini juga hanya menerima sedikit curah hujan akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Tingkat air semakin menipis, terutama di daerah-daerah miskin. Ini kemudian mengakibatkan tingginya biaya air dan berkurangnya pasokan dengan cepat.
Melihat fenomena ini, otoritas pemerintah kota dan negara bagian berusaha mengendalikan situasi dengan mengambil tindakan darurat. Salah satu langkah yang diambil adalah menasionalisasi kapal tanker air dan membatasi biaya air.
Namun para ahli air dan banyak warga khawatir kondisi terburuk masih akan terjadi pada April dan Mei. Di mana matahari musim panas sedang berada pada titik teriknya.
Selain ekonomi, India juga dihadapkan pada krisis
Setelah menerapkan Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan yang kontroversial dan banyak dikritik karena mengecualikan umat Islam, komunitas minoritas yang kekhawatirannya meningkat di bawah pemerintahan nasionalis Hindu pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.
Dilansir Associated Press, undang-undang baru tersebut diumumkan pada Senin (11/3/2024). Undang-undang ini menetapkan ujian agama bagi para migran dari setiap agama besar di Asia Selatan selain Islam.
Kritikus berpendapat bahwa undang-undang tersebut adalah bukti lebih lanjut bahwa pemerintahan Modi sedang mencoba mengubah negara tersebut menjadi negara Hindu dan meminggirkan 200 juta umat Islam di negara tersebut.
Undang-undang tersebut disetujui oleh Parlemen India pada 2019, namun pemerintahan Modi menunda penerapannya setelah protes mematikan terjadi di New Delhi dan tempat lain. Puluhan orang tewas selama bentrokan berhari-hari.
Protes nasional pada 2019 menarik orang-orang dari semua agama yang mengatakan undang-undang tersebut melemahkan fondasi India sebagai negara sekuler. Umat Islam khususnya khawatir bahwa pemerintah dapat menggunakan undang-undang tersebut, yang dikombinasikan dengan usulan pendaftaran warga negara, untuk meminggirkan mereka.
5. Myanmar
Kondisi Myanmar membara terkhusus pasukan milisi mulai berhasil merebut beberapa fasilitas militer yang dikuasai rezim junta, mendorong beberapa pasukan dan personil untuk menyerah.
Dalam laporan AFP, Junta Myanmar telah menjatuhkan hukuman mati kepada tiga perwira tinggi yang menyerah kepada pejuang etnis minoritas bulan lalu di sebuah kota strategis di perbatasan China.
Penyerahan tersebut merupakan salah satu kerugian terbesar bagi militer dalam beberapa dekade, dan memicu kritik lebih lanjut terhadap kepemimpinan junta oleh para pendukungnya. Setelah penyerahan, para perwira dan pasukannya diizinkan meninggalkan daerah tersebut oleh aliansi milisi etnis.
"Tiga brigadir jenderal termasuk komandan kota Laukkai dijatuhi hukuman mati," kata seorang sumber militer kepada AFP yang tidak ingin disebutkan namanya, Senin (19/2/2024).
CNBC Indonesia Research
(rev/rev)