Fundamental Pundit

Saham DVLA Menuju Terendah dalam 6 Tahun, Waktunya 'Bye'?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
14 March 2024 13:50
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) mendekati level terendahnya dalam 6 tahun terakhir. Harga saham DVLA telah terkoreksi 50% lebih dari titik tertinggi pada fase kenaikannya akibat pandemi COVID-19.

Penurunan harga saham DVLA ini terjadi seiring dengan laba bersih perseroan yang terus menyusut. DVLA mencatat laba bersih yang disetahunkan menggunakan metode trailing twelve months hanya sebesar Rp 84 miliar atau terkoreksi 43,6% dibanding 2022.

Ambruknya kinerja bottom line DVLA terjadi disebabkan oleh sisi penjualan perusahaan yang mengalami tekanan. Hal ini menandakan lesunya kinerja perseroan, sebab perhitungan pendapatan dapat memperhatikan dari harga jual barang dan volume penjualan.

Melihat lebih dalam, penurunan penjualan terlihat dari segmen penjualan obat bebas serta ekspor & jasa maklon yang menurun. Sedangkan, penjualan obat resep masih mampu menunjukkan pertumbuhan.

Penurunan kinerja dari DVLA ini cukup mengkhawatirkan pemegang sahamnya, pasalnya salah satu harapan investor berasal dari dividen yang dibagikan. Dengan laba bersih yang menurun, tentu akan menyebabkan penurunan pembagian dividen mengingat rasio yang dibagikan mencapai 100% dari laba bersih.

Alhasil, penurunan harga telah terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Pada saat bersamaan, penurunan harga ini menjadikan peluang dengan dividen yield yang diperoleh semakin besar.

Sebagai informasi, segmen obat bebas merupakan penyumbang pendapatan terbesar perseroan. Produk tersebut diantaranya adalah merek Natur-E, Decolgen, Decolsin, Neozep, Stop COLD, Enervon-C, dan lain sebagainya.

Salah satu faktor yang menghentikan pertumbuhan kinerja DVLA disebabkan oleh perseroan yang hanya berfokus memperoleh pendapatan dari penjualan obat-obatan. Padahal, salah satu bisnis yang dapat memberikan pertumbuhan adalah produk konsumsi kesehatan. Sering kali, perusahaan yang berhasil mengembangkan lini bisnis ini mampu memberikan pertumbuhan kinerja dalam jangka panjang seperti yang terjadi pada PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

Layakkah Investasi?

Saham DVLA dapat dikategorikan dalam tipe pertumbuhan yang lambat atau slow growers. Karakteristik sahan slow growers memiliki bisnis yang telah mature, sudah berdiri lama, dan pertumbuhan kinerja yang terbatas.

Hal ini terbukti dari DVLA telah didirikan sejak 1976 dan telah melantai di bursa (IPO) sejak 1994. Lambatnya kinerja DVLA terlihat dari pertumbuhan pendapatan yang melambat, bahkan terdapat potensi penurunan kinerja pada 2023.

Di sisi lain, laba bersih DVLA cukup fluktuatif dalam 13 tahun terakhir, berkisar antara Rp 80-221 miliar. Meski demikian, DVLA rajin membagikan dividen, bahkan rasio yang dibagikan mencapai sekitar 100%.

Berdasarkan hal tersebut, penurunan kinerja DVLA saat ini berisiko tinggi untuk mengalami penurunan harga saham. Di sisi lain, penurunan harga saham saat ini menjadikan potensi dividend yield yang diperoleh menjadi besar.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation