
Penentuan 1 Ramadan Pakai Metode Hisab & Rukyat, Apa Bedanya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia akan segera menyambut bulan Ramadan. Saat ini, persiapan menjelang sidang isbat atau sidang penentuan awal Ramadan 1445 H atau 2024 sudah dilakukan.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, baik penentuan awal Ramadan maupun awal Idul Fitri di Indonesia tidak selalu berbarengan alias memiliki perbedaan dari beberapa organisasi atau lembaga.
Adapun perbedaan Ramadan yang kerap terjadi di Indonesia yakni versi Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau pemerintah.
Sistem penanggalan dalam kalender Hijriah berbeda dengan Masehi. Sehingga penentuan awal bulan Hijriah dilakukan dengan metode hisab atau rukyat. Tak terkecuali dalam menentukan awal Ramadan.
Penentuan 1 Ramadan menjadi perhatian besar umat Islam, terutama di Indonesia. Perbedaan metode yang digunakan pun acapkali membuat awal Ramadan di Indonesia berbeda satu hari.
Metode Hisab
Merangkum dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), hisab secara bahasa berarti menghitung. Seperti namanya, penentuan awal bulan menggunakan metode hisab mengandalkan hitungan falak atau ilmu astronomi.
Hasil dari perhitungan ini nantinya akan digunakan untuk memastikan wujud dari hilal. Dalam kata lain, penetapan awal bulan dengan metode hisab tidak perlu dilakukan dengan melihat hilal secara langsung. Cukup menggunakan perhitungan sistematis.
Muhammadiyah menjadi organisasi Islam yang dikenal menggunakan metode hisab dalam menentukan awal bulan. Melansir dari situs resmi Muhammadiyah, alasan Muhammadiyah menggunakan metode ini karena mengacu pada Surah Ar-Rahman ayat 5 dan surah Yunus ayat 5.
Metode Rukyat
Secara bahasa, rukyat berarti melihat. Selaras dengan artinya, rukyat menggunakan metode dengan melihat hilal (bulan baru) secara langsung baik menggunakan mata kepala atau bantuan teropong.
Melansir dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) online, hilal untuk menentukan awal bulan baru meliputi lengkungan bulan sabit paling tipis yang ada pada ketinggian rendah. Posisi hilal berada di atas ufuk barat setelah matahari terbenam dan harus bisa diamati.
Dalam mengamati hilal menggunakan metode rukyat, ada tiga cara yang dapat dilakukan. Mengamati dengan mata telanjang, bantuan alat optik atau teleskop, hingga alat optik termutakhir yang terhubung dengan sensor atau kamera.
Anjuran menggunakan metode rukyat dalam penetapan awal bulan tercermin dalam sabda Rasululllah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat
Berdasarkan uraian di atas jelas terlihat perbedaan metode hisab dan rukyat. Di mana, dalam metode rukyat menentukan awal bulan baru harus benar-benar melihat hilal secara pasti. Sedangkan, metode hisab menentukan awal bulan baru dengan cara perhitungan matematis dan astronomis.
Perbedaan metode hisab dan rukyat terkadang juga memunculkan perbedaan awal bulan baru. Biasanya awal bulan baru yang ditentukan dengan metode hisab datang sehari lebih cepat. Pun begitu, bulan baru yang ditentukan dengan metode rukyat bisa jadi jatuh pada hari yang sama dengan hasil metode hisab.
Menyikapi Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat
MUI telah mengambil sikap menanggapi perbedaan metode hisab dan rukyat. Menurut MUI, tidak ada yang salah dari metode rukyat dan hisab karena keduanya berasal dari ijtihad para ulama.
Ini seusai sabda Nabi Muhammad SAW bahwa ketika seorang mujtahid benar, maka dia mendapat dua pahala. Akan tetapi jika keliru, dia tetap mendapatkan satu pahala.
MUI juga telah mengeluarkan Fatwa Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Fatwa tersebut mewajibkan warga negara Indonesia menaati ketetapan pemerintah ketika terjadi perbedaan pendapat soal awal Ramadan.
Demikianlah penjelasan mengenai perbedaan metode hisab dan rukyat. Kedua metode ini sama-sama dapat digunakan karena sejalan dengan ijtihad ulama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd)