
5 Menu Favorit Masyarakat RI Saat Ramadhan, Apa Aja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramadan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu bagi umat Islam karena di bulan tersebut, banyak momentum yang lebih special atau berbeda dari bulan-bulan lainnya.
Di Ramadan, yang lebih spesial yakni sahur maupun buka bersama, karena hal ini dapat melengkapi kebersamaan keluarga yang memang cenderung sulit di bulan-bulan lain.
Pada sahur dan berbuka puasa, masyarakat Indonesia berlomba-lomba untuk menyiapkan hidangannya mereka masing-masing. Bahkan pada tahun ini, masyarakat di Tanah Air ternyata lebih memilih membelanjakan uangnya untuk makanan dan minuman.
Berdasarkan riset dari TGM Research, selama bulan Ramadan tahun ini, 93% masyarakat Indonesia yang disurvei berencana memasak makanan mereka di rumah, sebuah tren yang konsisten di semua kelompok umur.
TGM melakukan research berdasarkan pengalaman tahun 2023 dan 2024 dari sampel beragam yang terdiri dari 750 responden berusia 18-40+ tahun di Indonesia.
Sebagian besar penduduk, terutama yang berusia 25-40 tahun ke atas, akan memilih memesan makanan dari restoran atau layanan pesan-antar.
Secara persentase, sebanyak 44% masyarakat yang disurvei lebih memilih memesan makanan di restoran atau layanan deliver online food. Sedangkan sisanya yakni 20% lebih memilih untuk meminta bantuan orang lain, baik suami, istri, orang tua, mertua, atau lainnya untuk mempersiapkan atau memasak makanan.
Secara gender, yakni pria, sebanyak 91% memilih untuk memasak sendiri, 24% perlu disiapkan atau dimasak oleh orang lain, dan sisanya yakni 42% memilih makanan dari restoran atau deliver online food.
Sementara wanita, sebanyak 96% memilih untuk memasak sendiri, 16% dimasakan oleh orang lain, dan 45% order dari online food.
Adapun dari usianya, kebanyakan memilih untuk memasak sendiri hidangan untuk sahur atau berbuka puasa, di mana usia rentang 18-24 tahun mencapai 92%, rentang 25-29 tahun mencapai 93%, rentang 30-39 tahun mencapai 94%, dan usia di atas 40 tahun mencapai 94%.
Dari menu makanannya, ada beberapa hidangan favorit yang disiapkan masyarakat ketika sahur atau berbuka puasa. Adapun hidangan tersebut yakni opor ayam, rendang, kolak, ketupat, dan kurma.
Untuk kurma sendiri, karena Indonesia masih belum mampu memproduksi karena iklimnya yang tidak mendukung pertumbuhan kurma, maka kurma yang ada di Indonesia masih diimpor dari negara Timur Tengah, utamanya dari Arab Saudi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kurma untuk kebutuhan Ramadan mencapai US$ 17,18 juta sepanjang Februari 2024. Nilai impor ini naik sebesar US$ 3,52 juta atau 25,77% dibandingkan bulan Januari 2024.
![]() 5 makanan favorit |
"Impor kurma sepanjang Januari-Februari 2024 paling banyak berasal dari Tunisia, Mesir, Iran dan Arab Saudi," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Jumat (15/3/2024).
Namun, Amalia mengatakan impor kurma ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Amalia pun menepis adanya impor kurma ke Indonesia dari Israel. Dia pun menegaskan BPS sudah melakukan konfirmasi.
Amalia pun memastikan impor kurma terbesar berasal dari Tunisia sebesar 29,7%, Iran 9,3% dan Arab Saudi 8,6%.
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebelumnya telah menyerukan seluruh umat Islam di Indonesia agar tidak mengonsumsi produk yang terafiliasi dengan Israel, termasuk kurma. MUI menyebut kurma Israel bersifat haram.
Peringatan itu tercantum dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Palestina. Dengan memboikot produk-produknya, masyarakat bisa ikut memperlemah kekuatan Israel. Harapannya, agar Israel menghentikan agresinya di Gaza, Palestina.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)