
Bos The Fed, Jerome Powell: Pangkas Suku Bunga Bisa Tahun Ini, Tapi...

Pasar saham Indonesia pada perdagangan hari ini akan ditopang oleh berbagai sentimen baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
IHSG berpotensi bergerak di rentang 7.250 sebagai area support hingga 7.360 sebagai area resisten. Jika kemudian IHSG kembali melemah hari ini, penurunan bisa berlanjut menuju 7.200. Jika IHSG mampu melaju melewati resisten, target selanjutnya adalah 7.400.
Sorot utama para pelaku pasar adalah pidato Jerome Powell mengenai suku bunga The Fed.
Jerome Powell dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini, namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.
"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini," kata Powell dalam pidatonya yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.
"Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin."
Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed. Namun, komentar tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat tetap khawatir agar tidak kehilangan kemajuan yang telah dicapai terhadap inflasi dan akan mengambil keputusan berdasarkan data yang masuk, bukan berdasarkan arah yang telah ditetapkan.
"Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini. Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada tahun ini," kata Powell dalam komentarnya. "Tetapi prospek perekonomian masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2 persen masih belum terjamin."
Ia kembali menekankan bahwa menurunkan suku bunga terlalu cepat berisiko kalah dalam melawan inflasi dan kemungkinan harus menaikkan suku bunga lebih lanjut, sementara menunggu terlalu lama dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun belum ada jawaban pasti kapan tepatnya suku bunga akan dipangkas, tapi asa investor mengenai pemangkasan akan terjadi tahun ini menjadi lebih terang.
Menurut perangkat Fedwatch, pasar melihat pemangkasan suku bunga akan dimulai pada Juni 2024 ke target 5%-5,25%. Turun 25 basis poin dari target suku bunga saat ini 5,25%-5,5%.
Hingga akhir tahun ini, pasar memperkirakan suku bunga The Fed akan turun hingga ke target 4%-4,25% atau turun 125 basis poin dari saat ini.
![]() Probabilitas Suku Bunga The Fed |
Data-data ekonomi seperti inflasi, data pekerjaan, dan ekonomi Paman Sam jadi kunci untuk The Fed memutuskan arah kebijakan suku bunganya.
Semalam, jumlah lowongan pekerjaan di AS turun 26.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8.863 juta pada Januari 2024, terendah dalam tiga bulan dan di bawah konsensus pasar sebesar 8,9 juta.
Sementara hari ini juga akan rilis data klaim awal pengangguran AS pada pekan yang berakhir 24 Februari 2024. Diperkirakan klaim awal pengangguran tetap di 215 ribu.
Fokus investor tidak hanya terpaku di Amerika Serikat, tapi juga ke China yang berani mematok target pertumbuhan ekonomi di atas proyeksi Bank Dunia.
Kepala badan perencana negara Tiongkok mengatakan pada hari Rabu bahwa target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5% tahun ini.
Untuk mencapai target tersebut perlu lebih banyak stimulus mungkin diperlukan untuk mencapai target tahun ini dan visi Li mengandung, tujuannya untuk "mengubah" model ekonomi mungkin tidak sesuai dengan menjaga tingkat pertumbuhan tetap stabil.
"Hambatan dari penurunan struktural yang tidak dapat dihindari di sektor properti Tiongkok baru saja dimulai," Mark Williams, Kepala Ekonom Asia di Capital Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.
Mark juga memperingatkan bahwa lemahnya permintaan di sektor konstruksi "akan mengurangi persentase poin lainnya. dari tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata Tiongkok selama sisa dekade ini."
Angka target pemerintah China bisa dikatakan ambisius jika disandingkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi versi Bank Dunia. Proyeksi terbaru Bank Dunia,, pertumbuhan ekonomi China diprediksi akan menjadi 4,5% pada 2024.
Sebelumnya, China dikabarkan sedang mempertimbangkan penerbitan utang baru (obligasi) sebesar 1 triliun yuan (US$139 miliar) berdasarkan rencana obligasi negara khusus, yang merupakan penjualan keempat dalam 26 tahun terakhir. Hal ini guna mencari lebih banyak dana untuk membiayai upaya intensif untuk menopang perekonomian negara tersebut.
Proposal yang sedang dibahas oleh para pembuat kebijakan senior akan melibatkan penjualan obligasi negara ultra-panjang untuk mendanai proyek-proyek yang berkaitan dengan pangan, energi, rantai pasokan dan urbanisasi.
China akan rilis data mengenai neraca perdagangan pada 7 Januari 2024. Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics, neraca dagang China diperkirakan melonjak ke US$107 miliar pada Februari.
Diperkirakan ekspor China tumbuh 2,5%, lebih ekspansif dari periode sebelumnya yakni 2,3%. Impor China pada periode Januari-Februari diperkirakan tumbuh 2%, lebih tinggi dari periode sebelumnya yakni 0,2%.
Pertumbuhan neraca dagang China tentu saja akan memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut. Dampak positif juga akan dirasakan oleh Indonesia karena China adalah mitra dagang utama.
Selain data neraca dagang, China juga akan merilis inflasi konsumsi tahunan dan bulanan periode Februari 2024.
Inflasi tahunan China diperkirakan akan tumbuh sebesar 0,4% yoy. Angka tersebut lebih baik ketimbang deflasi pada Januari sebesar 0,8% yoy. Sementara inflasi bulanan diperkirakan tumbuh 0,5% mom.
(ras/ras)