Awas! Program Susu Gratis Prabowo Butuh Impor Rp36 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Program makan siang gratis, termasuk susu yang digagas Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka rencananya akan dibagikan secara bertahap dengan menyasar sekitar 20% dari total anak sekolah dan pesantren seluruh Indonesia mulai 2025 mendatang.
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Drajad Wibowo mengatakan program tersebut pada tahap awal tidak akan dibagikan langsung ke seluruh wilayah Indonesia dan akan dilakukan secara bertahap.
Sasaran pertama dari program ini adalah daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). "Yang diprioritaskan adalah daerah 3T," kata Drajad dikutip Rabu (28/2/2024).
Drajad melanjutkan, program ini nantinya akan dikembangkan seiring waktu berjalan. Dia mencontohkan di tahap awal bisa saja program ini hanya dilaksanakan untuk 20% anak sekolah.
Lalu di tahun berikutnya cakupan program akan ditingkatkan menjadi 40%. Dia meyakini pada tahun 2029, program ini bisa dilaksanakan 100%. "Pokoknya di tahun 2029 itu 100% sudah harus ter-cover," ujar dia.
Drajad mengatakan ada beberapa pertimbangan program ini tak mungkin dilaksanakan langsung 100%. Alasan pertama, adalah kesiapan anggaran. Namun, Drajad mengatakan alasan yang paling utama adalah kesiapan sistem pembagian makan gratis tersebut.
Selain itu, pasokan bahan makan seperti telur juga harus disiapkan terlebih dahulu dari sisi peternak ayam. Drajad mengatakan Prabowo-Gibran tak ingin melakukan program ini secara terburu-buru, namun hasilnya malah tidak maksimal.
"Jadi tantangan terbesar bukan di budgetnya, tapi dieksekusinya," kata dia.
Kondisi Industri Susu RI : Produksi Tak Mencukupi Kebutuhan, Industri Harus Impor!
Berbicara mengenai tantangan dalam eksekusi, menyiapkan susu gratis juga patut diperhatikan. Pasalnya, produksi susu dalam negeri sangat kekurangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, sehingga industri harus impor dalam jumlah yang besar.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, produksi susu segar di Indonesia hanya mencapai hanya mencapai 968.980 ton. Nilai tersebut hanya setara 20% dari kebutuhan nasional sebesar 4,4 juta ton. Sehingga sisanya atau 80% masih harus dipenuhi dengan impor.
Mempertimbangkan peningkatan populasi masyarakat Indonesia, kebutuhan per kapita produk susu akan terus melonjak. Berdasarkan Data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dihimpun Statista rata-rata konsumsi susu tiap orang Indonesia paling tinggi terjadi pada 2011 lalu mencapai 4,61 kilogram (kg) per kapita.
OECD memproyeksikan konsumsi susu akan terus melonjak dalam satu dekade ke depan, potensinya bisa mencapai 5,01 kg per kapita pada 2031 mendatang.
Sebagai catatan, konsumsi per kapita adalah jumlah suatu komoditas tertentu yang digunakan per orang. Angka tersebut didapatkan dengan membagi total konsumsi dengan total populasi.
Menghitung kebutuhan program susu gratis untuk seluruh anak Indonesia
Beralih lagi pada program susu gratis yang diusung Prabowo - GIbran di tengah kondisi industri susu dalam negeri yang belum bisa memenuhi kebutuhan nasional, tentunya akan memakan biaya impor cukup besar.
Dari rencana yang paling dekat, program susu gratis ini akan mulai pada 2025 secara bertahap sekitar 20% yang setara dengan 16,58 juta anak dari total anak sekolah dan pesantren di Indonesia yang mencapai 82,9 juta anak.
Jika satu orang anak membutuhkan 125 mililiter (ml) per hari, maka dalam satu tahun atau 365 hari akan membutuhkan sekitar 45,62 liter. |
Berdasarkan data tersebut, bisa diperhitungkan kebutuhan dari program susu gratis ini untuk 2025 saja akan mencapai sekitar 756,46 juta liter. Jika dalam skala penuh 100% hingga 2029 bisa terus bertambah mencapai 3,78 miliar liter.
Dari nilai tersebut jika dikalkulasikan dalam ton, maka untuk 2025 kebutuhannya menjadi 733.768 ton. Jika program ini sudah 100% maka kebutuhannya pada 2029 bisa menjadi 3,67 juta ton.
Karena produksi nasional tidak memenuhi, maka secara otomatis tambahan kebutuhan tersebut kemungkinan besar akan lewat impor.
Data BPS untuk 2023 menunjukkan impor susu sebesar 287.970 ton ini sudah memakan biaya US$ 921,42 juta. Jika untuk memenuhi 733.768 ton, maka pemerintah harus menyediakan dana sekitar US$ 2,34 miliar atau setara Rp36,75 triliun (asumsi kurs Rp15.656/US$) pada 2025.
Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko mengungkapkan program makan siang gratis dalam skala penuh 100% akan memakan biaya sekitar Rp100 - 120 juta per tahunnya.
"Berdasarkan simulasi dan perencanaan yang dilakukan oleh Tim Pakar Prabowo‐Gibran, program ini akan memerlukan pembiayaan skala penuh hingga Rp 450 triliun per tahun. Sehingga diperkirakan secara bertahap program ini memerlukan pembiayaan sebesar Rp 100 ‐ Rp 120 triliun rupiah pada tahun pertama pemerintahan Prabowo‐Gibran," kata Budiman melalui keterangan tertulis.
Jadi secara keseluruhan dari kucuran dana tersebut, bisa dibilang untuk memenuhi susu gratis tahap awal pada 2025 mendatang saja sudah memakan lebih dari 36% dari total biaya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)