
BI dan OJK Gelar Pertemuan Penting, Pernyataan Jokowi Ditunggu Pasar

Pasar keuangan di Indonesia diproyeksikan masih tidak terlalu banyak berubah pada hari ini, seiring dengan pelaku pasar yang menantikan hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU)dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Apalagi, proses perhitungan suara masih dilakukan oleh KPU hingga 20 Maret mendatang.
Sebagai informasi, pada Rabu (14/2/2024) lalu, pesta demokrasi telah berlangsung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 maupun anggota legislatif.
Hingga saat ini, hasil quick count dua lembaga survei yakni PRC dan Poltracking dengan 100% perolehan suara menunjukkan bahwa Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengungguli kedua pasangan calon (paslon) lainnya dengan perolehan suara 59,22% (PRC) dan 58,51% (Poltracking).
Begitu pula untuk hasil real count KPU yang masih menunjukkan paslon 2 yang jauh di meninggalkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Hingga Selasa (20/2/2024) pukul 03:05 WIB, data yang terbaru masih menunjukkan hasil perhitungan suara per 03:00 WIB dengan 72,01% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung dan Prabowo-Gibran kokoh di posisi pertama dengan perolehan suara 58,62%.
Hasil yang ada hingga saat ini berpotensi membuat pemilu kali ini hanya akan berlangsung satu putaran saja mengingat salah satu syarat pemilu satu putaran yakni perolehan suara yang lebih dari 50%.
Kendati uncertainty dari dalam negeri semakin terkikis, namun beberapa sentimen dari dalam maupun luar negeri masih menyelimuti pasar keuangan domestik.
Keputusan Suku Bunga Bank Sentral China
Pagi hari ini, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) akan menggelar pertemuan terkait keputusan suku bunga acuan.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PBoC akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini. Suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rate/LPR) tenor satu tahun akan kembali ditahan di level 3,45%, sedangkan LPR tenor lima tahun juga akan ditahan kembali di 4,2%.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, PBoC juga telah menahan kebijakan bunga pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun senilai CNY 500 miliar (US$69,51 miliar) kepada beberapa lembaga keuangan pada level 2,5%.
Dalam jajak pendapat Reuters terhadap 31 pengamat pasar, sejumlah 22 orang atau sekitar 71%, dari seluruh responden memperkirakan bank sentral China akan mempertahankan biaya pinjaman pinjaman MLF satu tahun.
Dikutip dari CNBC International, Chang Wei Liang, ahli strategi FX & kredit di DBS, mengatakan tingkat MLF yang stabil muncul karena "preferensi pembuat kebijakan untuk mempertahankan yuan dan membatasi perbedaan suku bunga negatif dengan dolar AS."
Dengan pinjaman MLF senilai CNY 499 miliar yang akan berakhir bulan ini, operasi tersebut menghasilkan suntikan dana segar bersih sebesar CNY 1 miliar ke dalam sistem perbankan.
PBoC juga menyuntikkan CNY 105 miliar melalui reverse repo tujuh hari sambil mempertahankan biaya pinjaman tidak berubah di 1,80%. Perekonomian China yang masih lesu dan kebijakan moneter yang berbeda dari AS memberikan tekanan pada mata uang lokal.
Di tengah situasi yang cukup genting di China, PBoC akan terus menjaga kebijakan tetap fleksibel untuk meningkatkan permintaan domestik, sekaligus menjaga stabilitas harga.
"Kami terus memperkirakan dua putaran penurunan suku bunga di kuartal pertama dan kedua, dengan masing-masing 15 basis poin untuk operasi pasar terbuka dan suku bunga MLF," Ting Lu, kepala ekonom China di Nomura, mengatakan dalam sebuah catatan menjelang operasi pinjaman.
Terkhusus LPR tenor lima tahun kemungkinan besar akan dikurangi dalam beberapa waktu mendatang.
"Menurunkan LPR lima tahun akan membantu menstabilkan kepercayaan, mendorong investasi dan konsumsi, dan juga membantu mendukung perkembangan pasar real estat yang stabil dan sehat," kata surat kabar itu di akun resmi WeChat segera setelah keputusan suku bunga MLF.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI)
RDG BI akan dilaksanakan hari ini hingga besok (21/2/2024) untuk membahas banyak hal termasuk suku bunga acuan.
Pelaku pasar dan analis memprediksi BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini, yakni kembali ditahan di level 6%.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga menunjukkan bahwa suku bunga acuan masih tidak akan mengalami perubahan sejak terakhir kali dinaikkan 25 bps pada Oktober 2023.
BI diproyeksi menahan suku bunga karena melihat kondisi suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang masih ditahan dalam pertemuan terakhir. Apalagi, The Fed diprediksi belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Untuk diketahui, pada pertemuan Januari lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga di 6% karena sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.
Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024
Acara PTIJK 2024 akan diselenggarakan pada pukul 09:30 WIB hingga 11:30 WIB kemudian dilanjutkan konferensi pers pukul 12:30 WIB hingga 14:30 WIB di The St. Regis, Jakarta.
Dalam acara ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan hadir untuk menyampaikan kinerja sektor jasa keuangan dan arah kebijakan OJK ke depan.
Ini adalah kali pertama Presiden Jokowi akan berbicara langsung di depan kalangan pebisnis jasa keuangan setelah pilpres 2024. Pernyataan-pernyataan Presiden Jokowi akan menjadi hal yang ditunggu pasar mengingat sektor jasa keuangan menjadi backbone perekonomian Indonesia. Kalangan pelaku usaha jasa keuangan juga menunggu pernyataan Jokowi mengenai hasil pilpres dan dampaknya ke sektor keuangan.
Besar harapan Presiden Jokowi dan OJK terus berkomitmen untuk mengembangkan sektor jasa keuangan lewat berbagai program yang pro market agar roda perekonomian dalam negeri dapat berjalan dengan baik.
Jika hal tersebut terjadi, maka perspektif investor dalam memandang Indonesia akan menjadi baik dan investor asing berpotensi chip in ke pasar keuangan domestik.
(rev/rev)