The Fed Makin Ragu Cut Rate, IHSG-Rupiah Bakal Terguncang Atau Aman?
- Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin meski hanya tipis
- Wall Street ambruk setelah The Fed mengisyaratkan belum ada pemangkasan di Maret mendatang
- Keputusan The Fed, data inflasi Indonesia untuk Januari dan PMI Manufaktur akan menjadi sentimen pasar terbesar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan kompak ditutup di zona hijau pada perdagangan kemarin, Rabu (31/1/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lebih tinggi atau naik 0,22% di level 7.207,94, dan rupiah perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan menguat tipis 0,01% di level Rp15.775/US$1.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan volatile cenderung melemah pada hari ini setelah keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (31/1/2024), tercatat turnover IHSG berada di angka Rp11,93 triliun, angka ini lebih tinggi dibandingkan pada perdagangan sebelumnya dengan transaksi Rp10,59 triliun. Turnover Rp11,93 triliun berasal dari volume saham sebanyak 18,92 miliar lembar. Tercatat 257 saham naik, 257 turun dan 251 tidak berubah.
Hebatnya, penguatan IHSG pada perdagangan kemarin didorong oleh penguatan delapan sektor yakni infrastruktur 0,53%, properti 0,09%, energi 0,40%, non-cyclical 0,75%, transportasi 0,12%, teknologi 0,59%, industrial 0,04% dan keuangan paling tinggi dengan kenaikan sebesar 1,11%.
Penguatan di sektor keuangan setelah rilisnya laporan keuangan bank buku 4 yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Emiten perbankan swasta terbesar di RI milik keluarga Hartono, Bank Central Asia (BBCA), mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 48,6 triliun di sepanjang tahun 2023. Catatan laba tersebut naik 19,4% dibandingkan dengan capaian tahun 2022.
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatat laba bersih Rp 20,9 triliun sepanjang 2023. Angka tersebut naik 14,2% secara tahunan (yoy). Laba perusahaan anak menyumbang Rp419,4 miliar, dengan pertumbuhan 36,2% yoy.
Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga kembali memecah rekor dengan mencatatkan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp60,4 triliun sepanjang tahun 2023. Perolehan tersebut tumbuh 17,54% secara tahunan (yoy) dari perolehan tahun 2022 sebesar Rp51,40 triliun.
Dan rekor lainnya juga diraih oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang berhasil mencetak pertumbuhan kinerja gemilang sepanjang tahun 2023. Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp 55,1 triliun sepanjang tahun 2023, tumbuh 33,7% secara tahunan (yoy). Perolehan laba tersebut juga menjadi yang terbesar sejak Bank Mandiri didirikan 25 tahun lalu.
Dari sektor non-cyclical, kenaikan saham-saham consumer goods jelang pemilu dan rencana penyaluran bantuan sosial pada bulan depan sudah dapat terlihat. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berhasil menguat 4,90% di level Rp11.775 per saham, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) naik 3,07% di level Rp2.350 per saham, ada pula PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) yang juga terapresiasi 1,16% di level Rp875 per saham.
Sektor consumer goods selalu menjadi salah satu sektor paling tangguh di tahun pemilu, selain sektor telekomunikasi dan ritel.
Adapun kenaikan sektor energi didorong dari kenaikan saham-saham batu bara. Kenaikan tersebut ditopang dari kenaikan harga batu bara ICE Newcastle yang berhasil kembali tembus di level psikologis US$120 per ton. Pada perdagangan Selasa (30/1/2024) harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 120,5 per ton atau melesat 4,3%. Harga penutupan tersebut adalah yang tertinggi dalam empat hari terakhir sekaligus membawa pasir hitam kembali ke level US$120.
Penguatan harga batu bara terjadi seiring dengan lonjakan permintaan di tengah harga batu bara yang rendah meski pasokan masih cukup baik. Berbagai negara memilih untuk memasok ulang persediaan di kapal laut, seperti diinformasikan oleh data pelabuhan dan pasar yang dikutip dari Montel.
Melonjaknya kembali permintaan di tengah harga yang telah terkoreksi sepanjang 2,5 tahun terakhir menjadikan pengguna kembali membeli bahan bakar fosil yang murah ini.
Perusahaan listrik terbesar di India, NTPC Ltd., terus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik batu bara, meskipun telah mengalokasikan miliaran dolar untuk energi hijau. Lonjakan permintaan batu bara ini ditujukan untuk keamanan energi dengan tetap memperhatikan ancaman perubahan iklim.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Rabu (31/1/2024) rupiah ditutup menguat tipis 0,01% di angka Rp15.775/US$1. Penguatan ini terjadi dalam perdagangan empat hari beruntun sejak 26 Januari 2024.
The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar berekspektasi The Fed akan mempertahankan suku bunga pada level 5,25-5,50% pada bulan ini. Namun, yang ditunggu pasar adalah sinyal The Fed ke depan.
Pelaku pasar semula memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Namun, masih kencangnya inflasi AS dan masih panasnya data tenaga kerja AS membuat pasar mulai pesimis. Proyeksi pemangkasan kini bergeser ke Mei.
Keputusan The Fed akan sangat menentukan pasar keuangan global, termasuk Indonesia mengingat AS adalah perekonomian terbesar di dunia serta pencetak dolar AS.
Dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melemah 0,35% di level 6.585 pada perdagangan Rabu (31/1/2024). Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang mengoleksi surat berharga negara (SBN).
(saw/saw)