
The Fed Makin Ragu Cut Rate, IHSG-Rupiah Bakal Terguncang Atau Aman?

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini mengingat banyaknya data dan agenda penting yang akan keluar hari ini..
Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), SBN hingga rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong menambah volatile pasar keuangan Indonesia hari ini.
Ambruknya Wall Street pada perdagangan Rabu waktu AS menjadi sinyal kuning bagi pergerakan IHSG hari ini. Sentimen Wall Street bisa menjalar ke pasar keuangan global termasuk Indonesia. Keputusan The Fed yang mengecewakan pasar juga bisa menekan rupiah dan harga SBN hari ini.
Berikut sentimen pasar hari ini:
Rilis Kinerja Perbankan
Kinerja cemerlang sektor perbankan diharapkan bisa menopang IHSG hari ini. Emiten bank buku 4 telah merilis laporan keuangan tahun 2023 yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Emiten perbankan swasta terbesar di RI milik keluarga Hartono, Bank Central Asia (BBCA), mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 48,6 triliun di sepanjang tahun 2023. Catatan laba tersebut naik 19,4% dibandingkan dengan capaian tahun 2022.
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatat laba bersih Rp 20,9 triliun sepanjang 2023. Angka tersebut naik 14,2% secara tahunan (yoy). Laba perusahaan anak menyumbang Rp419,4 miliar, dengan pertumbuhan 36,2% yoy.
Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga kembali memecah rekor dengan mencatatkan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp60,4 triliun sepanjang tahun 2023. Perolehan tersebut tumbuh 17,54% secara tahunan (yoy) dari perolehan tahun 2022 sebesar Rp51,40 triliun.
Dan rekor lainnya juga diraih oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang berhasil mencetak pertumbuhan kinerja gemilang sepanjang tahun 2023. Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp 55,1 triliun sepanjang tahun 2023, tumbuh 33,7% secara tahunan (yoy). Perolehan laba tersebut juga menjadi yang terbesar sejak Bank Mandiri didirikan 25 tahun lalu.
Selain itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga akan melaporkan kinerja keuangan kuartal IV 2023 pada Kamis (1/2/2024) dalam Press Conference Kinerja Triwulan IV 2023.
Rilis PMI Manufaktur Indonesia dan Data Inflasi
Pada hari ini, Kamis (1/1/2024) akan ada rilis PMI Manufaktur Indonesia periode Januari 2024 dan data inflasi Indonesia periode Januari 2024.
Diketahui, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat sebesar 52,2 poin pada periode Desember 2023. Angka tersebut melesat 0,97% dibandingkan pada periode bulan November 2023 yang sebesar 51,7 poin.
PMI manufaktur Indonesia tetap berada di zona ekspansif lantaran skornya di atas 50 poin. Angka tersebut sudah bertahan selama 28 bulan berturut-turut.
Pada periode Desember 2023, pertumbuhan permintaan baru menjadi yang tercepat sejak September 2023. Selain itu, permintaan asing sedikit membaik untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Ekspansi permintaan baru juga mendorong perusahaan manufaktur di dalam negeri untuk menaikkan jumlah pekerja selama dua bulan berturut-turut.
Adapun, aktivitas pembelian naik, karena perusahaan membutuhkan input tambahan untuk produksi. Di tengah kenaikan aktivitas ini, perusahaan manufaktur dapat lebih cepat mengakumulasi pembelian stok pada Desember 2023. Sebaliknya, inventaris pasca-produksi sedikit menurun, karena barang harus dikirim untuk memenuhi pesanan.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini juga akan mengumumkan data inflasi Januari 2024.
Inflasi Indonesia diperkirakan melandai pada Januari 2024 sesuai pola musimannya. Inflasi melandai karena harga sejumlah bahan pokok dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Januari 2024 pada Kamis (1/2/2024). BPS akan menggunakan tahun basis baru yakni 2022 menggantikan 2018 mulai Januari 2024.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Januari 2024 akan mencapai 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,53% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,73%.
Sebagai catatan, inflasi pada Desember 2023 tercatat 2,61% (yoy) dan 0,41% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,81% (yoy).
Dalam catatan BPS, inflasi secara bulanan memang biasanya melonjak pada Desember tetapi melandai pada Januari. Kendati demikian, inflasi (mtm) pada Januari masih lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Sepanjang periode 2019-2023 atau lima tahun terakhir, inflasi (mtm) Januari 2024 mencapai 0,37%. Bila inflasi Januari 2024 sesuai proyeksi (0,29%) maka akan lebih rendah dibandingkan rata-rata tahunannya.
Data Ekonomi China
Menurut data dari Biro Statistik Nasional yang dirilis Rabu (31/1/2024), indeks manajer pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur China naik menjadi 49,2 pada Januari 2024 dari 49 pada Desember 2023. Angka ini sesuai dengan proyeksi dan konsensus para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Meskipun mencatatkan kenaikan pada Januari, PMI manufaktur tersebut masih berada dalam zona kontraksi. Adapun angka di atas 50 baru menunjukkan adanya ekspansi, dan angka 50 berarti stagnan.
Sementara itu, PMI non-manufaktur naik menjadi 50,7 pada bulan Januari 2024 dari 50,4 pada Desember 2023. Dari lima sub-indeks PMI manufaktur, pesanan baru sedikit meningkat, meskipun produksi melonjak 1,1 poin persentase. Lapangan kerja untuk sektor non-manufaktur dan manufaktur sedikit lebih rendah pada Desember 2023.
Indeks aktivitas bisnis untuk industri konstruksi, yang termasuk dalam PMI non-manufaktur, berada pada angka 53,9, turun sebesar 3 poin persentase.
Pan Gongsheng, Gubernur Bank Rakyat China (POBC), secara tak terduga pekan lalu mengumumkan pemotongan jumlah likuiditas yang wajib disimpan oleh bank sebagai cadangan.
Pada hari yang sama, Beijing mengeluarkan mandat kebijakan baru yang bertujuan untuk meringankan krisis uang tunai bagi pengembang China, yang telah berjuang di bawah tindakan keras terhadap utang yang membengkak di sektor ini.
Pasar properti merosot setelah Beijing menekan tingginya ketergantungan pengembang terhadap utang untuk pertumbuhan pada 2020, sehingga membebani pertumbuhan konsumen dan pertumbuhan ekonomi China secara lebih luas.
PBOC mengatakan ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Mengurangi persyaratan cadangan yang harus dipertahankan bank akan meningkatkan kapasitas pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman dan memacu belanja dalam perekonomian yang lebih luas.
Selain itu, pada hari ini Kamis (1/2/2024) akan ada rilis PMI Manufaktur Caixin China periode Januari 2024.
The Fed Isyaratkan Belum Ada Cut Rate di Maret
The fed kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. The Fed juga mengisyaratkan belum akan memangkas suku bunga acuan pada Maret mendatang. The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, Desember 2023, dan Januari.
The Fed dalam pernyataan resminya mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
"Komite sangat berkomitmen untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi kamu masih memberi perhatian penuh terhadap risiko inflasi" tutur pernyataan The Fed dalam situs resminya.
Keinginan pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat sepertinya belum akan terwujud.Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika ekonomi AS saat ini masih sangat kuat.
Dengan ekonomi dan inflasi AS yang masih kuat, Powell menegaskan jika The Fed belum cukup percaya diri untuk memangkas suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret mendatang.
"Berdasarkan pertemuan hari ini, saya ingin mengatakan pada Anda jika saya merasa komite belum mencapai level percaya diri untuk menentukan apakah Maret adalah saat yang tepat untuk itu (pemangkasann suku bunga)," tutur Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.
Sebagai catatan, inflasi AS kembali menguat ke 3,4% (year on year/yoy) pada Desember 2023, dari 3,1% (yoy) pada November.
Tingkat pengangguran ada di angka 3,7% per Desember 2023. Data non-farm payrolls menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas dengan adanya tambahan lapangan kerja sebanyak 216.000 pada Desember 2023. Angka tersebut ada di atas proyeksi pasar yakni 170.000.
Powell menjelaskan The Fed akan membutuhkan waktu lama untuk menurunkan suku bunga. Sebaliknya, jika inflasi turun lebih cepat maka pemangkasan juga bisa dilakukan lebih cepat.
"Kami mencoba untuk merasa nyaman dan semakin yakin jika inflasi terus menerus turun secara berkelanjutan ke arah 2%," ujarnya.
Powell mengatakan jika target pengetatan suku bunga sepertinya sudah mencapai puncak dan mengisyaratkan jika pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada tahun ini tetapi semuanya harus berdasarkan data pendukung.
Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar kini bertaruh 35,5% jika The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret tahun ini. Angka tersebut jauh di bawah dua pekan lalu yang ada di kisaran 70%an.
Keputusan The Fed membuat Wall Street berakhir di zona merah karena pelaku pasar kecewa belum ada pemangkasan dalam waktu dekat. Kondisi serupa bisa menimpa IHSG dan rupiah. Adanya indikasi suku bunga akan ditahan lama bisa membuat investor asing kabur dari pasar domestik sehingga terjadi capital outflow di pasar saham dan obligasi. IHSG, rupiah, dan SBN pun bisa menghadapi tekanan kencang pada hari ini.
