Newsletter

Lagi-Lagi Jokowi Gagal Penuhi Target! Semoga Pasar Tak Kecewa

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
03 January 2024 06:01
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN 2023.
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN 2023. (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Keuangan)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Rabu (3/1/2024). Perdagangan IHSG baik rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong menambah volatile pasar keuangan Indonesia hari ini.

Seperti diketahui, pada perdagangan sebelumnya Selasa (2/1/2024), pasar keuangan IHSG dan rupiah tidak bergerak sejalan. IHSG berhasil ditutup menguat pada menit-menit terakhir penutupan perdagangan, sementara rupiah harus mengawali tahun 2024 dengan pelemahan.

IHSG berhasil ditutup melonjak pada menit-menit terakhir perdagangan dengan kenaikan 0,70% di level 7.323,59 pada perdagangan Selasa (2/1/2024). Saham-saham transportasi, logistik dan batu bara menjadi penopang penguatan IHSG pada perdagangan kemarin.

Buruknya kinerja Wall Street pada Selasa bisa berdampak negatif ke pasar keuangan Indonesia, termasuk Bursa Efek Indonesia. Sejumlah sentimen negatif juga masih membayangi pergerakan pasar keuangan RI hari ini. Di antaranya adalah:

Ekonomi 2023 Diproyeksi Melandai, Meleset dari Target

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers realisasi APBN 2023, Selasa (2/1/2024) mengatakan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,05% pada 2023. Laju pertumbuhan tersebut akan di bawah target APBN yakni 5,3%.

Melesetnya target pertumbuhan pada tahun lalu menjadi tren negate pemerintahan era Joko Widodo (Jokowi) yang hampir selalu gagal memenuhi target pembangunan.

Selama sembilan tahun memimpin Indonesia secara penuh (2015-2023), Jokowi hanya mampu memenuhi target pertumbuhan pada 2022. Itupun dengan catatan yakni karena basis pertumbuhan pada 2021 sangat rendah.

Jokowi bahkan tidak mampu memenuhi target pertumbuhan di era normal atau pra-pandemi.

Pada 2015, di mana tahun tersebut menjadi tahun pertama Jokowi memerintah secara penuh, pertumbuhan ekonomi bahkan meleset jauh dari targetnya. Target pertumbuhan ditetapkan sebesar 5,7% tetapi realisasinya hanya 4,88%.

Pada 2020, melesetnya target pertumbuhan ataupun asumsi makro bisa dipahami mengingat ada pandemi Covid-19. Pada tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi ditetapkan sebesar 5% tetapi realisasinya terkontraksi 2,07%.

Selama sembilan tahun pemerintahan Jokowi, ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,21%. Angka tersebut jauh di bawah ambisi Jokowi yakni 7% ataupun di bawah targetRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) 2020-2024.

Pada dokumen RPJMN disebutkan jika ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 6% pada 2022 pada skenario optimis sementara di skenario moderat di 5,7%. Kenyataannya, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,31%.

Dalam tiga tahun terakhir (2020-2022), realisasi ekonomi sangat jauh melenceng dibandingkan skenario optimis dan moderat pada RPJMN. Melesetnya target pertumbuhan mencerminkan adanya potensi ekonomi yang tidak maksimal sehingga dampaknya tidak hanya dirasakan masyarakat tetapi juga korporasi.

Selain target pertumbuhan, realisasi asumsi makro dalam APBN pemerintahan Jokowi untuk 2023 hampir semua meleset dari target. Di antaranya adalah lifting minyak, nilai tukar, hingga lifting gas.
Dalam sembilan tahun pemerintahan Jokowi, realisasi nilai tukar dan lifting minyak hampir selalu meleset dari target. Kondisi ini berdampak pada membengkaknya subsidi BBM karena pemerintah harus menambah impor dengan harga yang lebih mahal.
Pencapaian terbaik Jokowi hanya dalam pengendalian inflasi.

Inflasi Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan penurunan laju inflasi Indonesia pada 2023 dipicu oleh tren melemahnya inflasi inti. Seperti diketahui komponen inflasi inti menjadi tolak ukur dari daya beli masyarakat. Hal ini karena inflasi inti dipengaruhi oleh faktor interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan perkembangan ekonomi global dan ekspektasi inflasi di masa depan.


Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Ponco Adi Putranto menegaskan bahwa penurunan inflasi inti tidak menggambarkan adanya penurunan daya beli. Terbukti, belanja masyarakat terkait dengan barang jasa yang bersifat leisure meningkat. Hal ini sekaligus memperkuat pandangan bahwa masyarakat telah kembali ke masa pra-pandemi.

Pada Desember 2023, komponen inti tahunan mengalami inflasi sebesar 1,80% dengan andil 1,1%. Adapun, inflasi inti pada bulan Desember ini, tercatat lebih rendah dari bulan November 1,87% dan Oktober 1,91%, serta September sebesar 2,00%.

PMI Manufaktur Indonesia

 S&P Global melaporkan PMI Manufaktur Indonesia naik mencapai 52,2 pada periode Desember 2023, dari 51,7 pada periode November 2023. Hal ini menjadi fase ekspansi Indonesia selama 28 bulan berturut-turut.

S&P Global menjelaskan kenaikan PMI Manufaktur Indonesia ditopang oleh meningkatnya pesanan baru baik dari dalam ataupun luar negeri. Pesanan naik didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi lebih pada basis pelanggan.

Meski pesanan naik tetapi pertumbuhan pesanan menjadi yang paling lambat selama periode enam bulan terakhir, terutama, permintaan asing. Permintaan baru untuk ekspor sudah melandai selama dua bulan berturut-turut di tengah laporan upaya mengurangi stok di beberapa klien.

S&P menjelaskan kenaikan pekerjaan baru mempercepat ekspansi pada output. Tingkat pertumbuhan produksi secara keseluruhan bahkan mengalami percepatan hingga ke posisi tertinggi dalam empat bulan.

Sentimen Hari Ini

Sementara itu, hari ini hanya terdapat sentimen dari negeri Paman Sam Amerika Serikat (AS) yakni Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM periode Desember 2023 dan Lowongan Pekerjaan JOLTs periode November 2023.

Diketahui, PMI Manufaktur ISM AS tercatat sebesar 46,7% pada periode November 2023, tidak berubah dari 46,7% yang tercatat pada bulan Oktober 2023.

Perekonomian secara keseluruhan terus mengalami kontraksi untuk bulan kedua setelah satu bulan ekspansi lemah yang didahului oleh kontraksi sembilan bulan dan periode ekspansi 30 bulan sebelumnya.

Hari ini, AS juga akan mengeluarkan Laporan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) yang diantisipasi untuk bulan November 2023, akan dirilis pada tanggal 3 Januari 2024.

Lowongan Pekerjaan JOLTs diperkirakan akan mencetak antara 8,3 hingga 8,5 juta lowongan pekerjaan. Perkiraan ini berada di bawah ekspektasi konsensus sebesar 8,75 juta dan juga lebih rendah dibandingkan angka Oktober 2023 sebesar 8,73 juta.

Jika terealisasi, angka ini akan menjadi angka terendah sejak April 2021, didorong oleh kebijakan moneter yang lebih ketat dan perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas, menurut GlobalData, perusahaan data dan analisis terkemuka.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular