The Fed Kasih Kode Keras Pangkas Suku Bunga, BI Kapan?

Revo M, CNBC Indonesia
15 December 2023 08:30
Perry & Powell
Foto: Dok Bank Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) telah mengubah haluannya dari hawkish menjadi dovish. Hal ini tercermin dari dokumen dot plot yang baru saja dirilis.

Sebagai catatan, pada Kamis dini hari waktu Indonesia (14/12/2023), The Fed mengumumkan bahwa suku bunga masih di tahan di angka 5,25-5,5%. Suku bunga yang di tahan ini merupakan ketiga kalinya yang dimulai sejak September 2023.

Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, mengatakan jika inflasi sudah bergerak sesuai keinginan The Fed. Namun, dia mengingatkan jika inflasi masih tinggi. Dia mengingatkan jika upaya menurunkan inflasi ke target mereka yakni 2% bisa berubah dan masih belum pasti.

"Inflasi sudah melandai dari titik puncaknya tetapi tidak disertai dengan kenaikan signifikan pengangguran Ini adalah kabar yang sangat baik. Namun, inflasi masih terlalu tinggi," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.

Untuk diketahui, inflasi AS saat ini terus melandai ke level 3,1% (year on year/yoy) pada periode November 2023. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yakni di angka 3,2% yoy.

Sementara untuk inflasi inti masih stabil di level 4% yoy. Angka ini tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi turun ke 2%.

Dengan melandainya tingkat inflasi dan perekonomian yang bertahan, para pengambil kebijakan di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dengan suara bulat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pinjaman semalam dalam kisaran yang ditargetkan antara 5,25-5,5%.

Seiring dengan keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga, anggota komite memperkirakan setidaknya tiga kali penurunan suku bunga pada tahun 2024.

Sebanyak delapan anggota memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga setidaknya 75 bps pada tahun depan sementara lima lainnya memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih dari 75 bps. Median ekspektasi suku bunga ada di angka 4,6% dalam dot plot terbaru, turun dibandingkan 5,1% pada proyeksi September.

Pasar telah mengantisipasi secara luas keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga tersebut, yang dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga sebanyak 11 kali, mendorong suku bunga The Fed ke level tertinggi dalam lebih dari 22 tahun.

Lebih lanjut, dalam dokumen tersebut, komite berekspektasi bahwa akan terdapat empat pemotongan lagi pada tahun 2025, atau satu poin persentase penuh (1 percentage point).

Masing-masing anggota FOMC menunjukkan ekspektasi mereka terhadap suku bunga di tahun-tahun berikutnya dalam dot plot.

The FedFoto: Assesment of FOMC Participant
Sumber: Dokumen Dot Plot The Fed

Sementara berdasarkan survei dari perangkat CME FedWatch pada 14 Desember 2023 pada 08:32:01 CT menunjukkan bahwa The Fed tampak akan melanjutkan penahanan suku bunganya pada pertemuan Januari 2024 dan mulai memangkas suku bunganya pada Maret 2024.

Pemangkasan suku bunga The Fed diproyeksi mulai dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 bps hingga September 2024 dengan total 125 bps dan hingga Desember 2024 sebesar 150 bps hingga menjadi 3,75-4%.

CMEFoto: Meeting Probabilities
Sumber: CME FedWatch Tool

Bagaimana dengan Suku Bunga Indonesia?

Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate, sebagai hasil rapat dewan gubernur pada 22-23 November 2023. BI rate dipertahankan di level 6%, sama seperti level saat kenaikan bulan lalu sebesar 25 basis points (bps) pada 19 Oktober 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 29 November 2023 bahwa suku bunga acuan akan ditahan sampai 2025.

Jika hingga akhir 2024 suku bunga acuan BI tetap di angka 6% sementara suku bunga The Fed berada di sekitar angka 4,5-4,75%, maka imbal hasil pasar keuangan domestik akan menjadi lebih menarik dibandingkan AS. 

Lebih lanjut, dana asing berpeluang besar masuk ke dalam pasar keuangan domestik dalam jumlah yang besar khususnya di Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

BI Ikuti The Fed?

Secara historis, suku bunga BI akan mengikuti pergerakan suku bunga acuan The Fed (FFR) termasuk saat The Fed memangkas suku bunga Pada 2008, misalnya, The Fed memangkas suku bunga secara agresif sebesar 400 bps dari 4,25% pada akhir 2007 menjadi 0,00-0,25% pada akhir 2009.

Pemangkasan secara agresif dilakukan untuk mendongkrak ekonomi AS yang ambruk karena Krisis Subprime Mortgage.

Bank Indonesia kemudian mengikuti kebijakan The Fed dengan memangkas suku bunga sebesar 275 bps dari 9,25% pada 2008 menjadi 6,50% pada akhir 2009.

Langkah serupa juga diambil pada 2019 di mana The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps setelah ekonomi AS terpukul akibat perang dagang.
BI kemudian ikuti memangkas 100 bps sehingga suku bunga ada di level 5,00% pada akhir 2019.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation