
Debat Capres: IHSG-Rupiah Menunggu Efek Ganjar-Anies-Prabowo

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia. Wall Street berpesta di tengah sikap wait and see pelaku pasar menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk periode November 2023. Data tersebut cukup penting diperhatikan karena akan menjadi acuan bagi kebijakan moneter the Fed akhir tahun ini.
Indeks Dow Jones menguat 157,06 poin atau 0,43% ke 36.404.93, indeks S&P 500 menanjak 18,07 poin atau 0,39 % ke 4.622,44 dan Nasdaq terapresiasi 28,51 points atau 0,20% ke 14.432,49.
Gerak pasar yang cenderung bervariatif disinyalir karena sikap pelaku pasar yang kembali dalam mode wait and see data inflasi AS yang akan rilis pada Selasa (12/12/2023) malam pukul 20.30 WIB. Konsensus berekspektasi bahwa inflasi inti akan tetap di angka 4% yoy pada November. Sedangkan inflasi akan sedikit melandai ke angka 3,1% yoy, melandai dibandingkan periode Oktober di angka 3,2% yoy.
"Ada begitu banyak yang kita tidak ketahui di pasar pada pekan ini. Kita tidak tahu inflasi kemana dan juga The Fed akan mengambil keputusan apa. Kita juga tidak tahu akan seperti apa data penjualan eceran. Namun, pelaku pasar merasa bahwa semuanya baik-baiks saja saat ini," tutur Rob Haworth, senior investment strategy director di U.S. Bank Asset Management Group, dikutip dari Reuters.
Data inflasi menjadi sangat penting dicermati, pasalnya ini akan menjadi puncak penentuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam mengambil kebijakan suku bunga-nya setelah melihat adanya perubahan data pasar tenaga kerja yang masih panas pada November.
Sebagaimana diketahui, Laporan non-farm payrolls periode November menunjukkan nilai yang tak terduga dengan penambahan sebanyak 199.000 lapangan kerja, sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.
Hal tersebut juga diikuti tingkat pengangguran yang turun menjadi 3,7% di bulan November dari 3,9% di bulan sebelumnya. Kombinasi dua data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja yang kembali memanas, sehingga kekhawatiran pelaku pasar kembali mencuat bahwa perekonomian sedang berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin untuk membuat The Fed mulai menarik kembali kebijakan suku bunga tingginya.
(tsn/tsn)