Pasar Optimis The Fed Dovish, IHSG Bakal Melaju Kencang?
- Pasar keuangan Indonesia mendapatkan angin segar dari pembukaan lowongan kerja baru AS yang turun
- Para pelaku pasar semakin yakin arah kebijakan The Fed berganti haluan dari hawkish menjadi dovish
- Investor wait and see menanti rilis data nasional yakni posisi cadangan devisa, IKK, hingga penjualan ritel
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia melandai pada perdagangan kemarin setelah penguatan yang solid dalam beberapa hari terakhir.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dari zona koreksi pada penutupan perdagangan Selasa (5/12/2023), di mana IHSG sempat terkoreksi karena investor cenderung wait and see menanti rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) malam hari ini.
IHSG ditutup naik 0,1% ke posisi 7.100,855, setelah sepanjang perdagangan hari ini lebih banyak terkoreksinya. IHSG pun kembali menyentuh level psikologis 7.100.
Nilai transaksi IHSG pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 37 miliaran saham yang ditransaksikan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 223 saham menguat, 316 saham melemah, dan 226 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 2,32%.
IHSG yang sempat terkoreksi karena investor cenderung melakukan aksi profit taking setelah beberapa hari menguat, meski pada perdagangan Jumat pekan lalu IHSG juga ditutup terkoreksi.
Di lain sisi, investor juga cenderung wait and see perihal data ekonomi Negeri Paman Sam yang akan dirilis malam hari ini.
Data jumlah lowongan pekerjaan Amerika Serikat periode Oktober yang diperkirakan akan turun menjadi 9,3 juta dari bulan sebelumnya 9,55 juta pada September 2023.
Hal ini masih menjadi perhatian investor mengingat jika data jumlah lowongan kerja turun tajam bahkan di bawah konsensus atau ekspektasi pasar maka bisa dikatakan bahwa data ketenagakerjaan AS masih cukup panas.
Maka dari itu, pelaku pasar masih bersikap wait and see untuk melihat data terbaru perihal jumlah lowongan kerja dengan harapan data ini akan menunjukkan bahwa kondisi AS sudah mendingin.
Jika jumlah lowongan pekerjaan yang mendingin akan semakin meningkatkan optimisme bahwa bank sentral AS (The Fed) akan dovish.
Sementara itu, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat investor masih menunggu data ekonomi AS. Namun demikian, koreksi ini dapat tertahan mengingat arus dana asing yang deras pekan lalu.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.500/US$ atau terdepresiasi 0,32%. Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi dua hari beruntun.
(ras/ras)