
Gerak Rupiah Bak Rollercoaster, Semua Mata Kini Tertuju ke BI

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, baik dari dalam maupun luar negeri. Sentimen luar negeri datang dari Wall Street yang kembali 'unjuk gigi' kompak di zona hijau. Dari dalam negeri, pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) dan pengumuman Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024 bisa menjadi sentimen penggerak pasar.
Rupiah Bergerak Bak Rollercoaster
Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang November ini kerap kali membuat kaget pasar. Rupiah pada akhir Oktober hingga awal November, sempat hampir menembus level Rp 16.000 per dolar as.
Namun, rupiah berhasil menghindar dan kembali menguat. Bahkan, nilai tukar rupiah mengawali perdagangan awal pekan ini, Senin (20/11), bertengger di zona hijau dan menguat 0,32% ke level Rp 15.440 per dolar AS.
Selang dua hari, rupiah secara mengejutkan melemah 0,87% ke posisi Rp 15.570 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu (22/11/2203). Nilai ini tidak berubah dan rupiah ditutup di level yang sama.
Sepanjang November ini, rupiah sudah dua kali menguat di atas 1% yakni pada 6 November (1,22%) dan pada 15 November (1,03). namun, rupiah ju juga beberapa kali jatuh lebih dari 0,5% yakni pada 2 November dan Rabu kemarin.
Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengungkapkan volatilitas rupiah yang cukup tajam ini disebabkan oleh faktor global. Myrdal pun menambahkan arus hot money turut mempengaruhi pergerakan rupiah ini.
"Jadi kalau sentimennya lagi positif untuk emerging market kita akan lihat rupiah akan menguat tajam. Sementara kalau sebaliknya misalnya ada sentiment kurang baik terutama dari prospek kebijakan the Fed yang hawkish pergerakan rupiah akan melemah. Jadi memang mayoritas secarea umum ini dikarenakan faktor global," papar Myrdal, kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/11/2023)..
Direktur Keuangan Negara dan Analisis Moneter Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tari Lestari menyebut ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas sumber daya alam membuat rupiah mudah terguncang. Bappenas menyatakan reformasi struktural dibutuhkan agar Indonesia tak lagi bergantung pada ekspor bahan mentahnya.
Menurutnya, moderasi harga komoditas ekspor andalan Indonesia belakangan ini menyebabkan kinerja ekspor negara menurun. Menurut dia, pelemahan kinerja ekspor itu akhirnya berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Kalau terjadi pelemahan ekspor ini artinya permintaan terhadap barang-jasa domestik kita melemah, kemudian permintaan terhadap rupiah ini akan juga menurun dan pada saat kondisi itu terjadi akhirnya nilai tukar rupiah akan terdepresiasi, jadi penurunan ekspor ini akan menurunkan nilai tukar rupiah," kata Tari kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/11/2023).
Rupiah Masih Goyang, Suku Bunga Bank Indonesia Kemana?
BI akan mengumumkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini pukul 14:00 WIB. Pelaku pasar terbelah dalam memperkirakan suku bunga acuan BI bulan ini dengan dua opini antara mempertahankan suku bunga dan menaikkan suku bunga. Polling yang dilaksanakan Tim CNBC Indonesia Research belum menunjukkan adanya opini pemangkasan suku bunga.
Mayoritas lembaga berpendapat level ini masih akan ditahan pada pertemuan nanti. Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Tiga lembaga memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,25%.
Mayoritas pendapat yang menunjukkan sikap dovish akan menjadi sentimen positif untuk pasar modal, karena ditahannya suku bunga akan meningkatkan likuiditas untuk meningkatkan konsumsi masyarakat dan biaya untuk pengembangan usaha melalui kredit tidak semakin mahal.
Di sisi lain, ini akan dapat menjadi sentimen negatif untuk mata uang Garuda, sebab ditahannya suku bunga menyebabkan selisih antara suku bunga AS dan Indonesia tidak melebar. Alhasil, ada kecenderungan investor memilih mengalihkan dananya ke pasar AS yang notabene memiliki risiko lebih kecil di mata investor. Hal ini disebabkan oleh perekonomian AS merupakan yang terbesar di dunia dan penggunaan dolar AS yang relatif lebih banyak digunakan di seluruh dunia.
Pada pertemuan sebelumnya, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,00% pada Oktober 2023. Ini adalah kali pertama BI mengerek suku bunga setelah Januari 2023.
Analis yang memperkirakan kenaikan suku bunga menjelaskankan suku bunga acuan akan dikerek untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global. Kenaikan juga menjadi bagian langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap kenaikan harga atau inflasi barang impor (imported inflation).
Nilai tukar rupiah sebenarnya menguat sangat tajam yakni sekitar 2,8% sepanjang November ini. Namun, rupiah masih rentan jika ada perubahan kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Kekhawatiran tersebut terjadi kemarin. Rupiah ditutup melemah di angka Rp 15.570/US$ atau terdepresiasi 0,87% pada perdagangan Rabu (22/11/2023). Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi tiga hari beruntun sejak 17 November 2023.
Rupiah melemah setelah rilis risalah FOMC. Mata uang Garuda juga tertekan setelah transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali mencatat defisit.
The Fed merilis risalah untuk pertemuan FOMC pada Oktober lalu pada Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Risalah FOMC menunjukkan jika pejabat The Fed akan lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga. Mereka juga mengisyaratkan hanya akan menaikkan suku bunga jika upaya untuk mengendalikan inflasi goyah.
Tidak hanya itu, dasar pertimbangan akan menunjukkan sedikit perubahan dari obsesi mengendalikan inflasi hingga 2% menjadi menahan suku bunga acuan tetap stabil, khususnya jika tidak ada kejutan kenaikan harga signifikan.
Risalah tersebut menambahkan jika anggota komite tetap mempertimbangkan untuk mengetatkan kebijakan moneter jika data yang berkembang menunjukkan target The fed dalam menekan inflasi tak memadai.
Kenaikan UMP Diharapkan Mendongkrak Konsumsi
Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan sudah mendapatkan data terbaru terkait Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024 yang telah diumumkan masing-masing provinsi.
Upah minimum untuk tahun 2024 di 38 provinsi se-Indonesia sudah ditetapkan. Meski, untuk provinsi di Papua, UMP tahun 2024 menggunakan kebijakan UMP Papua.
Maluku Utara masih menjadi provinsi dengan persentase kenaikan tertinggi yaitu 7,5%. Provinsi lain yang kenaikannya di atas 5% yaitu DI Yogyakarta dengan persentase kenaikan 7,27% dan Jawa Timur 6,13%. Provinsi lain memilih menaikkan UMP 2024 hanya berkisar 1% hingga 5%.
Sedangkan DKI Jakarta masih menjadi pemegang UMP tertinggi dengan nilai Rp 5.067.381. Sedangkan yang terendah ada di Jawa Tengah dengan nilai UMP Rp 2.036.947.
Besarnya kenaikan UMP Maluku Utara secara persentase dapat menjadi sentimen negatif untuk emiten yang bergerak di sektor pertambangan, khususnya hilirisasi nikel.
Industri yang mengembangkan nikel menjadi bahan baku untuk pengembangan baterai untuk kendaraan listrik ini memang sedang mengalami pertumbuhan pesat akibat komitmen dunia beralih dari bahan bakar fosil.
Meningkatnya UMP Maluku Utara disinyalir merupakan usaha untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan derajat masyarakat sekitar. Namun, sentimen ini dapat menggerus pendapatan sektor ini.
Selain itu, sektor tekstil, rokok kretek tangan (SKT), dan industri kayu juga berpotensi mengalami penurunan laba bersih akibat adanya kebijakan ini.
Permasalahan likuiditas dan utang industri tekstil akan mengancam masa depannya. Pasalnya, tekanan industri ini hingga saat ini sangatlah besar. Kenaikan UMP provinsi sangat memungkinkan permasalahan sektor ini semakin parah.
Jika tidak terdapat rencana penyelesaian masalah yang konkret, industri tekstil akan memungkinkan mengalami gagal bayar utang dan harus 'disuntik' mati. Persoalan ini tidak hanya menyebabkan banyak karyawan yang harus terimbas PHK, tetapi juga mengancam keberlanjutan usaha dan sahamnya terpaksa untuk hengkang dari bursa atau delisting.
Selain itu, kinerja keuangan perusahaan rokok SKT memang menunjukkan performa yang sangat baik sepanjang 2023, akibat perilaku konsumen yang beralih ke rokok murah. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan akan menggerus pendapatan perseroan, sehingga menyebabkan kejatuhan harga saham.
Beralih ke industri kayu, terdapat kemungkinan sektor ini semakin berat seiring penurunan sektor properti akibat era suku bunga tinggi. Kayu Indonesia yang biasa diekspor akan berpotensi menurun, mengingat adanya krisis properti China dan mahalnya biaya bunga pendanaan untuk kredit perumahan di berbagai negara maju.
Di sisi lain, kenaikan upah dapat berdampak positif terhadap daya beli masyarakat seiring gaji yang diperolehnya meningkat. Masyarakat dapat melakukan konsumsi lebih banyak dengan dana lebih yang dimilikinya.
Kebijakan ini dapat mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang notabene besar dikontribusikan oleh konsumsi. Hal ini dapat berdampak positif dan dirasakan dampak langsungnya terhadap perusahaan yang bergerak di sektor yang terkait dengan konsumen secara langsung khususnya.
Sektor yang diuntungkan diantaranya produk konsumsi (FMCG) dan toko ritel. Peningkatan belanja masyarakat akan dirasakan perusahaan dengan peningkatan dari sisi top line atau penjualannya. Hal ini juga didasarkan oleh perilaku masyarakat Indonesia yang relatif memiliki karakteristik konsumerisme.
Emiten seperti PT Unilever Indonesia, Indofood Group, dan PT Mayora Indah (MYOR) adalah mereka yang bisa diuntungkan dari kenaikan UMP.
(mza/mza)