Newsletter

Kegelisahan Jokowi Akan Terjawab Hari Ini....

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
Selasa, 21/11/2023 06:00 WIB
Foto: Infografis// Ilham Restu
  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat di mana IHSG dna rupiah menguat tajam
  • Wall Street juga kompak menguat ditopang oleh penguatan saham teknologi
  • Data transaksi berjalan, pengumuman UMP Jakarta dan sentimen positif dari AS diperkirakan akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas pasar keuangan Indonesia ditutup kompak menguat pada perdagangan kemarin, Senin (20/11/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah. Namun, imbal Surat Berharga Negara (SBN) naik tipis.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan positif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini. Para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4 serta kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS) sebagai ekonomi terbesar dunia pada halaman 2.

IHSG pada perdagangan kemarin, Jumat (17/11/2023), ditutup menguat 0,25% ke posisi 6.994,88. IHSG pada perdagangan kemarin empat menembus level psikologis 7.000, meski akhirnya harus ditutup 6 poin di bawah level psikologis tersebut.

Sebanyak 238 saham bergerak naik, 281 bergerak turun dan 342 tidak berubah dengan transaksi turnover Rp8,23 triliun dengan 17,04 miliar saham. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 157,2 miliar.

Penguatan IHSG dikontribusikan terbesar oleh penguatan sektor utilitas 6,87%, energi 1,05%, konsumsi siklikal 1,05%. Sementara, pelemahan terjadi pada sektor bahan dasar 1,75%, industri 0,82%, keuangan 0,60%, dan properti 0,48%.

Pada perdagangan kemarin, IHSG telah menguat selama dua hari, menjadikan tren positif untuk pasar modal pekan ini.

Kenaikan IHSG kembali ditopang Emiten energi baru dan terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) lagi-lagi menjadi top movers IHSG di hari ini, yakni mencapai 18,4 indeks poin atau ditutup menguat 7,51% menjadi Rp 6.800 per saham.

Kenaikan harga ini menjadikan kapitalisasi pasarnya sudah menyentuh Rp 900 triliunan. Valuasi tersebut hanya kalah dari Bank Central Asia (BBCA).

Selain kapitalisasi pasarnya yang sudah 'pepet' BBCA, kenaikan harganya sejak IPO semakin membesar. Dari harga IPO-nya di Rp 780/saham, maka saham BREN sudah meroket lebih dari 750%.

Prospek EBT sendiri sejatinya cenderung positif karena pemerintah saat ini berupaya untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil dan upaya untuk mengurangi perubahan iklim yang sudah ekstrim.

Namun, valuasi emiten ini jauh terlalu mahal dengan Price-to-earnings ratio (PER) di atas 118,57 kali dan PBV 229 kali. Kenaikan ini memungkinkan menjadi sebuah tanda melesat kembalinya sektor new economy seiring kebijakan pelonggaran keuangan diterapkan.

Meledaknya sektor ini juga sempat terjadi pada awal 2021 saat bank digital melesat seiring suku bunga rendah yang membuat investor lebih risk on atau tolerir terhadap risiko tinggi.

Beralih ke mata uang Garuda, Refinitiv mencatat rupiah ditutup menguat di angka Rp 15.440/US$ atau terapresiasi 0,32% dan merupakan posisi terkuat sejak 25 September 2023. Penguatan ini juga melanjutkan kenaikan di hari sebelumnya yang juga terapresiasi sebesar 0,32%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.55 WIB turun 0,21% menjadi 103,69. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (17/11/2023) yang berada di angka 103,91.

Rupiah menguat seiring dengan dana investor asing yang kembali mengalir ke pasar keuangan domestik. Tercatat asing beli neto Rp7,33 triliun (beli neto Rp2,49 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,87 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp3,97 triliun di SRBI).

Hal ini berkebalikan dengan data transaksi 6-9 November 2023, dimana net sell asing sebesar Rp1,27 triliun. Mereka keluar dari pasar domestik baik di pasar SBN maupun di pasar saham.

Catatan net buy sebesar Rp7,33 triliun pada pekan ini adalah yang tertinggi sejak pekan pertama Mei 2023 atau lebih dari enam bulan terakhir.

Di samping itu, optimisme pasar perihal suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan ditahan pada Desember 2023 menjadi salah satu faktor terjadinya apresiasi pada mata uang Garuda.

Inflasi AS yang semakin terkendali pada Oktober memungkinkan siklus kenaikan suku bunga mungkin akan segera berakhir. Sikap The Fed yang mulai melunak turut menjadi sentimen penguatan rupiah

Namun, beberapa ahli memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun 2024, bukan pada paruh kedua.

Untuk diketahui, perangkat CME FedWatch berekspektasi bahwa The Fed akan menahan suku bunganya dalam dua FOMC ke depan dan 48,2% pelaku pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunga pada Mei 2024.

Dari pasar obligasi Indonesia, adanya aliran dana asing turut menjadi sentimen positif Surat Berharga Negara (SBN) yang mulai kembali dikoleksi oleh pelaku pasar. Meski demikian, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik 0,1% ke level 6,6643% pada perdagangan Senin (20/11/2023).

Imbal hasil telah mengalami penurunan sebanyak empat hari perdagangan beruntun. Namun, reli penurunan yield ini terputus mengindikasikan adanya penjualan pada obligasi Indonesia.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang naik demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, mengindikasikan investor sedang membeli SBN.


(mza/mza)
Pages