Akhirnya Ada Kabar Gembira dari AS, RI Bisa Banjir Dana Asing
- Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja positif di mana IHSG dan rupiah sama-sama menguat
- Wall Street berpesta setelah inflasi Amerika Serikat melandai
- Melandainya inflasi AS, data perdagangan Indonesia Oktober, serta pertemuan Biden-Jinping diproyeksi akan menggerakan pasar keuangan Indonesia hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup menguat pada perdagangan Selasa (14/11/2023), dimana Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) menguat begitu juga rupiah ikut menguat tipis setelah pelemahan lima hari beruntun.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Selasa (14/11/2023), ditutup terapresiasi 0,35% di level 6.862,06. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 113,37 miliar.
Kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin didorong oleh kenaikan semua sektor kecuali satu sektor yakni non-cyclical yang melemah 0,15%. Yang mendorong IHSG ditutup menguat lebih rendah dibandingkan sesi pertama yang mencapai kenaikan 0,64% sebelum ditutup menguat 0,35%.
Sebanyak 285 saham bergerak naik, 233 bergerak turun dan 234 tidak berubah dengan transaksi turnover 7,08 triliun dengan 17,63 miliar lembar saham.
Penguatan IHSG didorong dari beberapa saham perbankan dan komoditas yang masih menjadi koleksi asing pada perdagangan kemarin, terdapat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang naik 1%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menguat 0,56%, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang melejit 3,98%, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menguat 0,70%, dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melesat 5,33%.
Selain itu kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin juga didorong dari saham-saham volatile yang belum lama melaksanakan IPO yakni terdapat PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang naik 1,42%, PT Lovina Beach Brewery Tbk (STRK) yang melesat 12,37%, PT Mastersystem Infotama Tbk (MSTI) menguat 1,84%.
Sejak awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditopang oleh gerak beberapa saham IPO (Initial Public Offering) yang naik signifikan, akan tetapi gerak IHSG masih dalam tren sideways. Tanpa sejumlah saham IPO tersebut gerak iHSG potensi bisa lebih buruk.
Jumlah saham IPO pada 2023 berhasil mencetak rekor sepanjang sejarah, hingga pertengahan November sudah ada 77 emiten melantai perdana di bursa dan masih tersisa dua emiten bakal rilis pada akhir bulan.
Dari jumlah tersebut terpantau ada tiga saham yang berhasil naik fantastis sehingga menyumbang indeks poin ke IHSG cukup besar. Pertama, sejak awal tahun 2023 ada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang menyumbang indeks poin 175,14 pada IHSG, meskipun baru IPO dalam hitungan bukan tetapi harga sahamnya melonjak hingga 576,5%.
Pada periode yang sama, IHSG ditopang saham IPO lagi yaitu saham PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) dengan indeks poin sebesar 136,99 dan harga saham melesat 318,9% year to date (YTD). Kemudian, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dengan indeks poin sebesar 28,73 dan harga saham yang melonjak paling tinggi hingga lebih dari 61 kali lipat.
Sebagai informasi, dari ketiga saham tersebut, ada dua yang terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu yakni BREN dan CUAN. Kenaikan fantastis dua saham ini lantas membuat konglomerat RI tersebut menjadi orang terkaya nomor 1 di Tanah Air pada tahun ini.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv rupiah ditutup menguat pada perdagangan Selasa (14/11/2023) di level Rp15.690/US$1 atau naik 0,03%. Penguatan ini terjadi setelah pelemahan lima hari beruntun.
Penguatan rupiah kemarin didorong dari ekspektasi para pelaku pasar terhadap data inflasi AS. Pelaku pasar memperkirakan inflasi AS akan melandai ke 3,3% secara tahunan (yoy) pada Oktober 2023 tetapi inflasi inti akan tetap berada di angka 4,1%. Inflasi melandai sebagian besar disebabkan oleh moderasi harga energi.
Dan benar, data inflasi AS Oktober 2023 yang telah dirilis semalam menunjukkan angka 3,2%, lebih rendah dari periode September 2023 di angka 3,7%. Dan lebih rendah dari perkiraan pelaku pasar di angka 3,3%. Hal ini akan menjadi sentimen positif bagi rupiah pada perdagangan hari ini.
Dari pasar obligasi Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) sayangnya kembali dilepas oleh pelaku pasar tercermin dari penguatan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat di level 6,95% pada perdagangan Selasa (14/11/2023).
(saw/saw)