Anies-Prabowo-Ganjar Blak-Blakan Hari Ini Adu Gagasan Ekonomi
- Pasar keuangan Indonesia mengakhiri perdagangan di zona merah dengan IHSG dan rupiah ambruk sementara yield SBN naik
- Wall Street kembali melanjutkan tren positif dengan menguat
- Pidato Powell serta pernyataan capres diperkirakan akan menggerakkan pasar keuangan Indonesia hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia akhirnya kompak mengakhiri perdagangan di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah melemah. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) sedikit naik yang berarti mulai dijual investor.
IHSG pada hari ini diharapkan tidak bergerak terlalu volatile mengingat cukup minimnya sentimen hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (7/11/2023), IHSG ditutup turun 35,04 poin atau 0,51% ke posisi 6.843,79.
Sebanyak 193 saham menguat, 340 saham melemah sementara 226 bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp29,94 triliun dan melibatkan 26,33 miliar saham. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp419,04 miliar di semua pasar.
Dari sisi nilai tukar, rupiah ditutup di angka Rp15.625/US$ atau melemah 0,58% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini memutus tren penguatan yang terjadi tiga hari beruntun.
Pelemahan rupiah ini terjadi pasca cadangan devisa (cadev) Indonesia diumumkan kembali turun hingga neraca dagang China yang surplus namun semakin menyempit.
Kemarin (7/11/2023), Bank Indonesia (BI) telah merilis data cadev yang hampir sesuai dengan proyeksi pasar. Posisi cadev Indonesia pada akhir Oktober 2023 tercatat sebesar US$133,1 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2023 sebesar US$134,9.
Penurunan posisi cadev tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Kekhawatiran pasar semakin meningkat karena posisi cadev saat ini merupakan yang terendah di sepanjang 2023. Jika penurunan ini terus berlanjut, maka kemampuan pemerintah dalam membayar utang luar negeri serta menstabilkan mata uang Garuda akan semakin terbatas.
Sementara neraca dagang China pun mengalami penurunan menjadi US$56,53 miliar meskipun masih tetap surplus. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak Februari 2023. Hal ini menjadi perhatian investor mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Sebagai mitra dagang Indonesia, kondisi di China menjadi sangat berpengaruh terhadap perekonomian domestik. Dengan turunnya neraca dagang China dan tingginya impor, maka hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi rupiah kemarin.
Dari pasar Surat berharga Negara (SBN), imbal hasil mulai sedikit mengalami kenaikan yang menandai turunnya harga obligasi karena imbal hasil berbanding terbalik dengan harga obligasi.
Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) naik tipis menjadi 6,717% pada perdagangan kemarin. Imbal hasil ini lebih tinggi dibandingkan Senin (6/11/2023) yang berada di angka 6,691%.
(rev/rev)