
Anies-Prabowo-Ganjar Blak-Blakan Hari Ini Adu Gagasan Ekonomi

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang menjadi penggerak pasar keuangan hari ini baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri. Menghijaunya Wall Street diharapkan bisa menjadi salah satu penggerak positif pasar keuangan Tanah Air pada hari ini.
Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari Bank Indonesia yang akan merilis keyakinan konsumen serta acara Sarasehan 100 Ekonom 2023 yang ditujukan untuk mendorong pilpres yang berbasis gagasan serta program yang nyata manfaatnya bagi rakyat.
Sementara dari luar negeri, sentimen lainnya akan datang pidato Ketua bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Rabu waktu AS atau Kamis malam waktu Indonesia.
Indeks Keyakinan Konsumen
Bank Indonesia (BI) akan merilis Laporan Survei Konsumen periode Oktober yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Survei Konsumen BI pada September 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ada di level 121,7. Indeks melandai ke level terendah sepanjang tahun ini.
Menarik disimak apakah Indeks Keyakinan Konsumen yang tercermin melalui Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) akan tetap menyusut sejalan dengan melandainya ekonomi.
Perlu dicermati juga apakah kondisi politik yang memanas sudah mulai mempengaruhi keyakinan konsumen. Sebagai catatan, suhu politik Indonesia memanas pada Oktober karena sejumlah pengumuman penting mulai dari calon wakil presiden Mahfud MD dan Gibran Rakabuming Raka.
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengizinkan kepala daerah berusia di bawah 40 tahun untuk maju pemilihan presiden (pilpres) juga terjadi pada Oktober.
Survei Bank Indonesia (BI) terkait indeks ekspektasi enam bulan ke depan atau dengan kata lain pasca terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden baru terlihat cukup pesimis.
Kondisi ekonomi yang diperkirakan cukup menantang dan sulit di tahun depan alhasil menurunkan minat masyarakat secara serentak baik yang memiliki pengeluaran Rp1-2 juta hingga yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp5 juta.
Sementara IEK untuk masyarakat yang memiliki pengeluaran di bawah Rp5 juta terlihat mengalami penurunan setelah pemilu digelar. Hal ini berbeda dengan masyarakat yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp5 juta yang mengalami kenaikan tipis sebesar 0,8% menjadi 143,6.
Ini mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung untuk menurunkan minat dalam usaha/bisnis atau dengan kata lain masyarakat akan menahan ekspansi usaha/bisnis.
Sementara survei yang dilakukan Trading Economics memproyeksikan IKK Indonesia kembali turun ke angka 121,1 atau turun 0,6 poin dari periode sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka IKK ini akan menjadi yang terendah sejak Desember 2022 atau hampir satu tahun terakhir.
Sarasehan 100 Ekonom 2023
Para capres dan cawapres pun akan mempromosikan diri mereka melalui visi dan misinya demi menjaring suara dari masyarakat Indonesia dan terpilihnya menjadi Presiden serta Wakil Presiden untuk masa kepemimpinan 2024-2029.
Tugas berat menanti presiden Indonesia ke delapan untuk mengoptimalkan bonus demografi menuju Indonesia emas 2045 khususnya dari sisi ekonomi.
Di sisi lain, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2025-2045 menargetkan Indonesia untuk menjadi negara maju berpendapatan US$ 30.300 pada 2045 dengan tiga hal pokok yang menjadi acuan pembangunan Indonesia, yakni stabilitas bangsa yang terjaga, keberlanjutan dan kesinambungan, serta sumber daya manusia yang berkualitas.
Maka dari itu, CNBC Indonesia bersama dengan Institute for Development of Economics of Finance (INDEF) menggelar Sarasehan 100 Ekonom 2023 di Ballroom Menara Bank Mega lantai 3, pada Rabu, 8 November 2023. Mengusung tema "Akselerasi Menuju Ekonomi Indonesia Yang Hijau, Inklusif, dan Unggul", forum ini akan menghadirkan para capres dan cawapres Pemilu 2024.
Sarasehan 100 Ekonom 2023 bertujuan untuk mendorong pilpres yang berbasis gagasan serta program yang nyata manfaatnya bagi rakyat. Tiga bakal capres (bacapres) akan langsung memaparkan visi dan misinya yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Pemaparan ketiganya sangat ditunggu karena jarang sekali digelar dalam satu tempat. Menarik disimak bagaimana visi dan misi Anies, Ganjar, dan Prabowo di sektor ekonomi. Terutama didalamnya adalah target pertumbuhan, upaya menekan angka kemiskinan dan pengangguran, serta harga pangan.
Sarasehan bisa disimak di CNBC Indonesia TV melalui siaran TV digital channel 40 untuk wilayah Jabodetabek Banten, dan Transvision channel 805.
Pidato Jerome Powell
Pada Rabu (8/11/2023) malam hari, Powell akan memberikan pidato pembuka untuk acara merayakan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik.
Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.
Divisi ini juga menghasilkan beberapa survei dan rilis statistik Dewan, termasuk Survei Keuangan Konsumen, Neraca Keuangan Amerika Serikat, dan Indeks Produksi Industri. Selain itu, staf R&S menghasilkan penelitian akademis yang meningkatkan pemahaman masyarakat tentang inflasi, pengangguran, perkembangan keuangan, dan banyak topik lainnya.
Konferensi pada tanggal 8 November akan fokus pada masa lalu, masa kini, dan masa depan divisi ini. Pembicara unggulan termasuk Ketua Powell, Wakil Ketua Jefferson, dan Presiden dan CEO Federal Reserve Bank of New York, John C. Williams.
Para pelaku pasar menunggu informasi perihal kebijakan yang akan di ambil The Fed dan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor. Sebagai catatan, The Fed menahan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada awal November ini di level 5,25-5,50%.
Pernyataan The Fed terakhir pada pekan lalu mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat meski masih dalam fase yang kuat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.
"Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan," tulis The Fed dalam keterangan resminya.
Sementara hingga saat ini, Powell mengingatkan bahwa The Fed belum membuat keputusan apapun terkait suku bunga untuk Desember mendatang. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.
"Proses untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2% masih jauh dari selesai. Kami akan menentukan kebijakan dari pertemuan ke pertemuan," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.
Namun demikian, Peter Cardillo, kepala ekonom market Spartan Capital Securities, menilai pernyataan The Fed lebih dovish dan jika demikian maka siklus kenaikan suku bunga memang sudah berakhir.
(rev/rev)