Newsletter

Terungkap Hari Ini, Ekonomi RI Lari Apa Macet Jelang Kampanye

Revo M, CNBC Indonesia
Senin, 06/11/2023 06:00 WIB
Foto: Infografis/Ekonomi RI Melesat di Tengah Hadangan Omicron/Arie Pratama
  • Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja positif baik IHSG maupun rupiah pekan lalu
  • Wall Street turut berada di zona hijau akibat angin segar yang datang dari The Fed
  • Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III hingga inflasi China akan menjadi sorotan investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sementara Surat Berharga Negara (SBN) sudah mulai diborong investor.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan bergejolak pekan ini karena konflik di Timur Tengah antara Israel vs Hamas yang belum menunjukkan tanda-tanda mendingin hingga data penting dari Indonesia dan China. Selengkapnya mengenai sentimen pekan ini dan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (3/11/2023), IHSG ditutup di posisi 6.788,85. IHSG memang menguat 0,55% dan dalam sepekan juga naik 0,44% sepekan.

Penguatan ini mematahkan tren pelemahan IHSG yang terjadi dalam dua minggu beruntun.

Kendati demikian, investor asing masih mencatatkan net sell dalam seminggu terakhir dengan besaran Rp2,84 triliun namun pada Jumat (3/11/2023), investor asing tercatat melakukan net buy Rp309,33 miliar dan volume perdagangan mencapai Rp 25,77 miliar dengan turn over menyentuh Rp9,38 triliun.

Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami apresiasi. Dikutip dari Refinitiv, nilai tukar rupiah di posisi Rp 15.725/US$ pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (3/11/2023) atau terbang 0,79%. Bahkan pada perdagangan Jumat, mata uang Garuda menguat tajam hanya dalam hitungan sekitar 30 menit dimana pada pembukaan rupiah masih di sekitar Rp15.820/US$, kemudian pada 09.28 WIB menguat nyaris 100 perak.

Posisi rupiah kemarin menjadi yang terkuat sejak 17 Oktober 2023. Dalam sepekan lalu, mata uang Garuda menguat 1,33%. Artinya rupiah memutus tren pelemahan beruntun dalam mingguan sejak 4 September 2023 atau dalam dua bulan terakhir.

Sementara itu, SBN pemerintah sudah dilirik investor, terutama asing. Hal ini ditandai dengan imbal hasil tenor 10 tahun yang mengalami penurunan.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (3/11/2023), imbal hasil SBN tenor 10 tahun ditutup 6,88%. Imbal hasil ini merupakan yang paling rendah sejak 18 Oktober 2023 yang mengartikan bahwa harga obligasi mengalami kenaikan sebab korelasi imbal hasil dan harga obligasi berbanding terbalik.

Optimisme pasar khususnya di domestik terjadi akibat keputusan bank sentral AS (The Fed) yang menahan suku bunganya di level 5,25-5,50% dan pelaku pasar menilai bahwa Ketua The Fed Jerome Powell mengumumkan kebijakan The Fed yang sudah menunjukkan less hawkish.

Alhasil imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun pun terus-menerus menurun dan menyentuh titik terendahnya sejak 25 September 2023 di posisi 4,56%.

Data Bank Indonesia (BI) berdasarkan transaksi 30 Oktober - 2 November 2023, investor asing mencatat net buy sebesar Rp4,07 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,84 triliun di pasar saham, dan Rp1,61 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dengan kata lain total capital inflow sebesar Rp2,83 triliun.

Capital inflow tercatat cukup baik sejak minggu ke-4 Oktober. Pada data transaksi 23-26 Oktober 2023, tercatat total capital inflow sebesar Rp1,04 triliun didominasi oleh net buy SBN Rp2,18 triliun.


(rev/rev)
Pages