Newsletter

Terungkap Hari Ini, Ekonomi RI Lari Apa Macet Jelang Kampanye

Revo M, CNBC Indonesia
06 November 2023 06:00
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Infografis/Ekonomi RI Melesat di Tengah Hadangan Omicron/Arie Pratama

Dari bursa AS, Wall Street ditutup menguat pada pekan lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, indeks Dow Jones ditutup naik 0,66% ke posisi 34.061,32. Indeks S&P juga ditutup di zona hijau dengan menguat 0,94% ke posisi 4.358,34. Begitu pula, indeks Nasdaq berada di zona positif 1,38% ke posisi 13.478,28.

Dalam sepekan, indeks Dow Jones terbang 5,07% dan indeks S&P 500 melonjak 5,85%. Indeks Nasdaq juga turut loncat 6,61%, terutama karena terbangnya saham Expedia Group Inc, Insulet Corp, dan Paramount Global.

Bursa relatif merangkak naik didominasi oleh data ketenagakerjaan AS yang tampak tidak terlalu panas dan pernyataan Powell yang dinilai tidak terlalu ketat untuk kebijakan The Fed ke depannya.

Pasar tenaga kerja AS mulai mendingin. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat pengangguran serta melambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.

Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melunak.

Nonfarm payrolls meningkat sebesar 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dari CNBC International.

Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Bagi The Fed, penciptaan lapangan kerja yang relatif tenang ditambah dengan kenaikan upah yang hampir sesuai dengan ekspektasi menambah skenario di mana bank sentral tidak perlu melakukan apa pun. Pemerintah dapat terus membiarkan data mengalir, tanpa harus mengubah suku bunga saat mereka mengevaluasi dampak dari 11 kenaikan suku bunga sebelumnya.

Pada Kamis (2/11/2023) waktu Indonesia, The Fed mengumumkan bahwa suku bunga ditahan di level 5,25-5,50%. Kendati demikian, Powell tidak menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember nanti.

"Kami memperkirakan Powell akan berbicara keras dan melakukan yang terbaik untuk menjaga pasar agar tidak menganggap dua kali suku bunga ditahan berturut-turut sebagai lampu hijau untuk aset berisiko," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance, kepada CNBC International.

Namun, "kami terkejut melihat betapa rincianya beliau menyampaikan bahwa The Fed masih mengkhawatirkan inflasi dan tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga lagi dalam waktu dekat," lanjutnya.

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular