Dari bursa AS, Wall Street ditutup menguat pada pekan lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, indeks Dow Jones ditutup naik 0,66% ke posisi 34.061,32. Indeks S&P juga ditutup di zona hijau dengan menguat 0,94% ke posisi 4.358,34. Begitu pula, indeks Nasdaq berada di zona positif 1,38% ke posisi 13.478,28.
Dalam sepekan, indeks Dow Jones terbang 5,07% dan indeks S&P 500 melonjak 5,85%. Indeks Nasdaq juga turut loncat 6,61%, terutama karena terbangnya saham Expedia Group Inc, Insulet Corp, dan Paramount Global.
Bursa relatif merangkak naik didominasi oleh data ketenagakerjaan AS yang tampak tidak terlalu panas dan pernyataan Powell yang dinilai tidak terlalu ketat untuk kebijakan The Fed ke depannya.
Pasar tenaga kerja AS mulai mendingin. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat pengangguran serta melambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.
Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melunak.
Nonfarm payrolls meningkat sebesar 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dari CNBC International.
Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.
Bagi The Fed, penciptaan lapangan kerja yang relatif tenang ditambah dengan kenaikan upah yang hampir sesuai dengan ekspektasi menambah skenario di mana bank sentral tidak perlu melakukan apa pun. Pemerintah dapat terus membiarkan data mengalir, tanpa harus mengubah suku bunga saat mereka mengevaluasi dampak dari 11 kenaikan suku bunga sebelumnya.
Pada Kamis (2/11/2023) waktu Indonesia, The Fed mengumumkan bahwa suku bunga ditahan di level 5,25-5,50%. Kendati demikian, Powell tidak menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember nanti.
"Kami memperkirakan Powell akan berbicara keras dan melakukan yang terbaik untuk menjaga pasar agar tidak menganggap dua kali suku bunga ditahan berturut-turut sebagai lampu hijau untuk aset berisiko," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance, kepada CNBC International.
Namun, "kami terkejut melihat betapa rincianya beliau menyampaikan bahwa The Fed masih mengkhawatirkan inflasi dan tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga lagi dalam waktu dekat," lanjutnya.
Pelaku pasar perlu mencermati banyaknya data penting yang akan keluar pekan ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Salah satu sentimen terbesar dari dalam negeri akan datang dari data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023. Sementara itu, data inflasi China dan neraca dagang China akan menjadi sentimen besar dari luar negerii.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Hari ini, Senin (6/11/2023), Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03% (year on year/yoy) dan 1,71% (quartal to quartal/qtq) pada kuartal III atau Juli-September 2023.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17% (yoy) dan 3,86% (qtq) pada kuartal II-2023. Sementara itu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,73% (yoy) dan 1,83% (qtq) pada kuartal III-2022.
Hasil polling sejalan dengan proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 masih akan tumbuh di atas 5%.
Bila proyeksi Sri Mulyani dan konsensus CNBC Indonesia menjadi kenyataan maka selama delapan bulan berturut-turut ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5%.
Pertumbuhan kuartal III-2023, terutama konsumsi masyarakat, akan sangat berbeda dibandingkan kuartal II-2023. Salah satunya karena tidak ada libur panjang atau Hari Raya Keagamaan pada Juli-September 2023. Dua lebaran yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sudah berlangsung pada periode April-Juni tahun ini.
Menarik ditunggu sektor-sektor apa saja yang tumbuh pesat atau merosot tajam pada kuartal III-2023, terutama di sektor manufaktur. perlu dicermati pula seberapa besar realisasi investasi pada kuartal III-2023 mengingat pertumbuhan investasi ambruk di bawah 5% dalam delapan kuartal terakhir. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan investasi tumbuh sekitar 6-7% untuk menjadi motor penggerak ekonomi lainnya, di luar konsumsi.
Data ekonomi kuartal III-2023 juga akan menjadi perhatian mengingat periode Juli-September 2023 menjadi kuartal yang realtif belum terkena dampak dari kampanye dan pemilihan umum dan pemilihan presiden.
Dampak ekonomi kampanye yang dimulai 28 November 2023 akan terekam pada kuartal IV-2023 sementara dampak pemilu akan tercatat pada kuartal IV-2023 dan kuartal I-2024.
Pengumuman Kebijakan Insentif Fiskal Pemerintah
Hari ini, pemerintah juga akan mengumumkan stimulus fiskal. Insentif akan diumumkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada pukul 14:00 WIB. Belum diketahui, stimulus fiskal apa saja yang akan diberikan kepada pemerintah. Namun, kemungkinan besar akan terkait dengan perumahan, infrastruktur ataupun bantuan sosial mengingat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Salah satu stimulus fiskal yang kemungkinan akan diumumkan lebih detail adalah gratis Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah komersial baru, atau PPN ditanggung pemerintah (PPN DTP) 100% untuk rumah seharga sampai Rp5 miliar.
Neraca Dagang China & AS
Pada Selasa (7/11/2023), China akan merilis data ekspor-impor hingga neraca dagangnya. Neraca dangan China bulan September tercatat sebesar US$77,71 miliar dari US$82,67 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara konsensus memperkirakan akan terjadi kenaikan neraca dagang China menjadi US$81,95 miliar dan semakin memperpanjang tren surplusnya.
Ekspor dari China pun diproyeksikan masih rendah meski mulai ada perbaikan yakni terkontraksi 3,1% yoy dari periode sebelumnya yang kontraksi 6,2% yoy. Begitu pula dengan impor yang masih cukup rendah namun diekspektasikan lebih baik yakni kontraksi 5,4% yoy dari periode sebelumnya kontraksi 6,2% yoy.
Data ini menjadi penting dan perlu mendapat perhatian sebab China merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Maka dari itu, jika ekspor-impor China sudah mengalami perbaikan, maka permintaan terhadap barang dari Indonesia akan mengalami perbaikan pula hingga perekonomian Indonesia pun akan terkerek naik.
Masih di hari yang sama, AS pun akan merilis data neraca dagang beserta ekspor-impor. Konsensus menilai bahwa neraca dagang AS masih berada dalam zona negatif dengan didominasi oleh impor yang melebihi ekspor. Ekspektasi pasar bahwa neraca dagang AS berada di defisit US$60 miliar atau lebih dalam dibandingkan defisit periode sebelumnya yakni US$58,3 miliar.
Keyakinan Konsumen Indonesia
Sebelumnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia tercatat turun menjadi 121,7 dari 125,2. Angka ini menunjukkan posisi terendah sejak Desember 2022, karena hampir semua sub-indeks mengalami penurunan.
Sementara pada Rabu (8/11/2023), Bank Indonesia (BI) akan merilis data IKK dan merujuk pada proyeksi yang dihimpun Trading Economics, IKK Indonesia diperkirakan kembali turun menjadi 121,1. Kendati demikian, IKK Indonesia masih berada di zona optimis yakni di atas level 100.
Sebagai informasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 masih akan tumbuh di atas 5% ditopang oleh terjaganya tingkat konsumsi masyarakat tercermin dari IKK yang masih tinggi.
Pidato Jerome Powell
Pada Rabu (8/11/2023) malam hari, Powell akan memberikan pidatonya dan hal ini menjadi momen yang ditunggu pelaku pasar. Mengingat pidato hingga fokus kebijakan yang akan di ambil The Fed akan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor.
Pernyataan The Fed terakhir pada pekan lalu mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat meski masih dalam fase yang kuat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.
"Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan," tulis The Fed dalam keterangan resminya.
Sementara hingga saat ini, Powell mengingatkan bahwa The Fed belum membuat keputusan apapun terkait suku bunga untuk Desember mendatang. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.
"Proses untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2% masih jauh dari selesai. Kami akan menentukan kebijakan dari pertemuan ke pertemuan," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.
Namun demikian, Peter Cardillo, kepala ekonom market Spartan Capital Securities, menilai pernyataan The Fed lebih dovish dan jika demikian maka siklus kenaikan suku bunga memang sudah berakhir.
Inflasi China
Inflasi China akan dirilis pada Kamis (9/11/2023) baik secara bulanan maupun tahunan. Trading Economics memproyeksikan inflasi China akan berada di angka 0,2% yoy dan 0,2% mom (month on month) untuk periode Oktober.
Sementara Producer Price Index (PPI) China pun diproyeksikan lebih baik meski masih deflasi yakni di angka 1,1% yoy dari periode sebelumnya yang mengalami deflasi 2,5%.
Inflasi China ini menjadi penting sebab salah satu tanda bahwa suatu negara mengalami pertumbuhan dan bergerak ke arah yang positif yakni diikuti dari inflasi yang terjadi.
Bagi China sendiri, belakangan ini Consumer Price Index (CPI) secara tahunan masih tergolong sangat rendah bahkan sempat mengalami deflasi pada Juli 2023 dan memberikan kekhawatiran bagi pasar.
Data dan agenda ekonomi:
* Jibun Bank Services & Composite PMI Final (07:30 WIB)
* Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah akan menggelar Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah dirangkaikan dengan Penyerahan Insentif Fiskal Pengendalian Inflasi Daerah Periode III tahun 2023 (08:30 WIB)
* Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia akan mengumumkan PDB untuk kuartal-III 2023 (11:00 WIB)
* Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono akan melaksanakan Konferensi Pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal (14:00 WIB)
Agenda korporat:
* Tanggal Cum Date Pembagian Saham Bonus Fortune Mate Indonesia TBK (FMII)
* Tanggal Cum Date Cash Dividen Pinago Utama Tbk (PNGO)
Berikut indikator ekonomi terbaru:
CNBC INDONESIA RESEARCH