
Gaza Menderita, 6 Raksasa AS Ini Cuan Besar

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang israel vs Hamas yang masih memanas dan menelan korban jiwa lebih dari 8.000 orang. Dibalik perang yang masih berlanjut hingga hari ini, terdapat beberapa pihak yang diuntungkan, termasuk produsen senjata.
Harga saham perusahaan-perusahaan pertahanan besar di Amerika Serikat (AS) naik setelah Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023. Kontraktor pertahanan Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan RTX atau yang sebelumnya Raytheon, semuanya menyebutkan potensi peluang bisnis perang Israel-Hamas.
Para eksekutif meninjau bisnis penjualan alat perang, dapat dipengaruhi oleh perang antara Israel dan Hamas.
Sebelum perang Israel vs Hamas, perusahaan senjata juga diuntungkan oleh berkobarnya perang Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022.
Berikut beberapa saham senjata di sektor pertahanan yang tercatat di bursa saham AS:
1. Lockheed Martin (NYSE:LMT)
Lockheed Martin adalah perusahaan pertahanan terbesar di dunia dan kontraktor terbesar pemerintah AS. LMT adalah kontraktor utama F-35 Joint Strike Fighter, pesawat termahal di dunia. Fasilitas penelitian Lockheed yang legendaris "Skunk Works" di California terkenal di dunia, dan perusahaan tersebut telah memanfaatkan kekuatan penelitiannya untuk menjadi pemimpin dalam bidang pesawat tempur canggih, rudal berteknologi tinggi, dan elektronik mutakhir.
Perkiraan pendapatan Lockheed Martin terjadi beberapa hari sebelumnya pada tanggal 17 Oktober. 2023 Perusahaan ini memproduksi F-35 Joint Strike Fighter dan juga melihat prospek pendapatan yang cerah, sebagian karena perang Israel-Hamas.
Jim Taiclet, CEO Lockheed, menyebut Taiwan, Ukraina, dan Israel secara khusus sebagai tempat di mana uang dapat dibelanjakan. Dalam skenario mana pun, tetap ada opsi untuk permintaan tambahan terkait dukungan terhadap Ukraina, Israel, dan kemungkinan Taiwan. Pada Juli 2023, Israel mengumumkan akan membeli 25 jet F-35 lagi, yang akan menelan biaya US$3 miliar atau sekitar Rp 47,64 triliun (US$1=Rp 15.880).
2. Boeing (NYSE:BA)
Boeing terkenal dengan pesawat komersilnya, namun bisnis pertahanannya cukup besar untuk menduduki peringkat teratas dalam industri penerbangan. Boeing membuat beberapa pesawat dan helikopter berbeda untuk Pentagon dan juga terlibat dalam misi luar angkasa. Bisnis pertahanan perusahaan juga telah merambah ke kapal selam otonom dan produk lainnya.
3. Northtop Grumman (NYSE:NOC)
Northrop Grumman bertanggung jawab atas pembom siluman dan memiliki portofolio luar angkasa yang besar. Perusahaan ini terkait erat dengan triad nuklir, yaitu kombinasi rudal nuklir, pembom, dan kapal selam yang mampu menyerang balik jika suatu negara diserang.
Northrop Grumman kurang spesifik dalam laporan pendapatannya pada tanggal 26 Oktober 2023, namun masih merujuk pada kemungkinan investasi sistem persenjataan baru sebagai akibat dari perang Israel-Hamas.
4. General Dynamics (NYSE:GD)
General Dynamics adalah salah satu dari dua pembuat kapal militer utama dan memiliki portofolio tank dan kendaraan darat yang menjadikannya salah satu vendor pilihan Angkatan Darat A.S. General Dynamics juga memiliki salah satu bisnis TI dan layanan terbesar yang berfokus pada pertahanan, sehingga memberikan stabilitas pendapatan pada saat Pentagon mengurangi pembelian peralatan.
5. Raytheon Technologies (NYSE:RTX)
Raytheon Technologies tidak membuat kapal perang atau pesawat tempur, namun memiliki peran dalam berbagai platform militer penting yang dipimpin oleh kontraktor lain. Ini adalah produk merger tahun 2020 antara Raytheon, spesialis elektronik pertahanan dan rudal, dan United Technologies, yang membuat mesin pesawat dan berbagai suku cadang luar angkasa lainnya.
6. Leidos Holdings (NYSE:LDOS)
Leidos Holdings adalah perusahaan teknologi informasi (TI) pemerintah terbesar. Perusahaan ini juga secara aktif melakukan ekspansi ke bidang perangkat keras, menyediakan perangkat elektronik dan otak untuk kapal otonom dan membangun portofolio yang kuat dalam kemampuan penelitian rahasia yang ditujukan untuk komunitas intelijen dan luar angkasa.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)