
Terima Kasih! AS & Timur Tengah Sudah Jadi Penyelamat CPO RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) bergerak volatil dengan tren penurunan sepanjang September 2023. Kondisi ini berdampak pada nilai ekspor pengiriman CPO Indonesia yang turun.
Kinerja ekspor CPO September secara keseluruhan tercatat buruk di tengah volatilitas harga diperparah penurunan volume pengiriman. Nilai ekspor September tercatat US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 28,57 triliun (US$1= Rp 15.865). Nilai tersebut turun 23,35% dibanding bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Penurunan nilai ekspor terjadi seiring dengan harga CPO September yang menjadi terburuk dalam lima bulan terakhir atau sejak April. Harga minyak kelapa sawit terkoreksi 6% sepanjang September, koreksi terdalam sebelumnya terjadi pada April 2023 sebesar 11%.
Kinerja ekspor CPO Indonesia September secara keseluruhan tercatat buruk di tengah ambruknya harga. Nilai pengiriman ekspor (FOB/Free on Board) CPO dan turunannya pada September mengalami ambruk 23,35% (month to month/mtm) dan jeblok 23,54% (year on year/yoy) menjadi US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 28,57 triliun.
Penurunan terbesar (yoy) dicatat India yang juga merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia yakni ambles 57,96% (mtm) dan 56,85% (yoy).
China sebagai tujuan ekspor CPO terbesar kedua juga mengalami penurunan nilai ekspor sebesar 21,15% (mtm) dan 11,85% (yoy). Di sisi lain, penyelamat terlihat di Amerika Serikat, Vietnam, dan beberapa negara Timur Tengah seperti Mesir, Jibuti, Arab Saudi, Estonia, dan Unie Emirat Arab.
Penurunan nilai ekspor juga terlihat sangat parah khususnya periode Januari-September 2023 dibanding setahun yang lalu. Faktor utama penurunan ini diakibatkan oleh harga CPO pada 2022 sempat menembus MYR 7.000 per ton, sedangkan harga September tahun ini tersisa setengahnya. Secara keseluruhan, nilai ekspor batu bara Januari-September 2023 jatuh 15,25% menjadi US$ 17,3 miliar atau Rp274,47 triliun (yoy).
Di tengah ambruknya permintaan dari India dan China, pasar Timur Tengah justru memberi kabar positif.
Ekspor Arab Saudi melonjak 102,75% (mtm) dan 32,54% (mtm) sebesar 36.500 ton. Ekspor Uni Emirat Arab melambung 148% (yoy) dan 17,8% (mtm) menjadi 31.200 ton.
Ekspor ke Mesir melesat 100% (mtm) dan 104% (yoy) sebesar 50.100 ton.
Lonjakan ekspor juga dicatatkan Amerika Serikat (AS) dengan kenaikan menembus 35,2% (mtm) dan 23,6% (yoy) sebesar 174.500 ton.
Secara volume, ekspor CPO tercatat 2,1 juta pada September 2023. Volume tersebut 15,39% lebih rendah (yoy) dan 22,57% (mtm). Secara keseluruhan, ekspor batu bara periode Januari-September naik 18,73% menjadi 19,56 juta ton dibanding tahun sebelumnya (yoy).
Penurunan harga CPO tahun ini dibanding 2022 menyebabkan penambang harus memaksimalkan volume yang diekspor untuk mempertahankan kinerja keuangan perseroan. Tentunya, penurunan harga akan mempengaruhi penurunan pendapatan hingga laba bersih perusahaan CPO secara signifikan. Namun, peningkatan volume diharapkan dapat mempertahankan kinerja keuangan perusahaan di tengah penurunan harga.
Pergerakan Harga CPO VS Minyak Nabati Lainnya
Melemahnya harga CPO dipicu oleh beragam sentimen, yang membuat harganya fluktuatif namun cenderung bergerak di zona koreksi. Di antaranya tentu saja pergerakan harga minyak saingannya yang belakangan juga lesu.
Sandeep Singh, direktur perusahaan perdagangan dan konsultasi The Farm Trade yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan bahwa harga kedelai berjangka jatuh karena meluasnya panen di AS dan kekhawatiran terhadap perekonomian.
Selain itu, peningkatan stok di Malaysia juga berdampak pada kompleks minyak nabati, dan sebagai dampaknya, minyak sawit terus mengalami tekanan. Kedelai bersiap mengalami kerugian mengingat tanaman segar AS menambah pasokan di Amerika Selatan.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global. Selain itu, pemicu melemahnya harga CPO karena kekhawatiran atas peningkatan pasokan melebihi dukungan dari data ekspor yang kuat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
