Review September 2023

Harga CPO Merana di September, Gegara El Nino?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 October 2023 14:55
Sulaeman (63) mendorong gerobak saat mengumpulkan tandan buah segar saat panen di sebuah perkebunan di Kabupaten Kampar di provinsi Riau, Indonesia, Selasa (26/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)
Foto: Sulaeman (63) mendorong gerobak saat mengumpulkan tandan buah segar saat panen di sebuah perkebunan di Kabupaten Kampar di provinsi Riau, Indonesia, Selasa (26/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) acuan pada September 2023 terpantau ambruk, karena beberapa faktor yang turut memperberat harga minyak nabati ini di mana salah satunya yakni harga minyak nabati saingan.

Sepanjang September tahun ini, harga CPO di bursa Exchange untuk kontrak Desember 2023 ambruk 6,06% ke posisi RM 3.767 per ton per akhir perdagangan September 2023, dari sebelumnya pada akhir Agustus lalu di RM 4.010 per ton.

Belakangan harga CPO memang tampak lesu, hanyanya berada di kisaran level MYR 3.700-3.800 bahkan sempat jatuh ke level 3.600. Data ekspor, persediaan, pergerakan ringgit, serta harga minyak saingannya tampak sensitif mempengaruhi harganya setiap hari perdagangan.

Sementara itu, ekspor produk minyak sawit Malaysia periode September naik 5,4% menjadi 1.235.560 ton, dari sebelumnya sebesar 1.171.998 ton yang dikirimkan pada Agustus lalu, berdasarkan perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia pada Jumat lalu.

Di lain sisi, minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade sepanjang September tahun ini ambles 10,64%, sedangkan harga minyak kedelai di Bursa Dalian juga ambles 5,75% sepanjang September tahun ini.

Digunakan dalam segala hal mulai dari kue, sampo, hingga produk pembersih, minyak sawit bersaing dengan minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak lobak-canola, yang sebagian besar diproduksi oleh Argentina, Brasil, Rusia, Ukraina, dan Kanada.

Pada tahun 2023, produksi CPO Indonesia bisa meningkat sekitar 1 juta ton dari tahun lalu sebesar 46,7 juta ton. Namun produksi diperkirakan akan menurun pada tahun 2024, besarannya ditentukan oleh intensitas pola cuaca El Nino.

"Dampak El Nino sudah terlihat. Suhu meningkat dan cuaca sangat kering. Kita akan melihat dampak nyata cuaca ini terhadap produksi sawit tahun depan," ujarnya.

El Nino adalah pemanasan perairan Pasifik yang biasanya menyebabkan kondisi lebih kering di Asia, sehingga membatasi hasil beberapa tanaman seperti kelapa sawit, beras, dan gandum.

Meskipun El Nino mengurangi curah hujan di Indonesia, dampaknya tidak terlalu terasa di Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia, dan menurut data resmi Malaysia, produksi diperkirakan akan meningkat pada tahun depan.

Sementara itu, dari Malaysia Produksi di negara produsen minyak sawit terbesar di dunia setelah Indonesia anjlok 20% saat peristiwa El Nino tahun 2016, namun dampaknya tahun ini tidak terlalu parah, kata Direktur Jenderal regulator, Ahmad Parveez Ghulam Kadir.

Perkiraan tersebut membalikkan prediksi MPOB pada bulan Mei bahwa produksi pada tahun 2024 dapat turun antara 1 dan 3 juta metrik ton.

"Sejauh ini kami tidak melihat dampak negatif yang sangat kuat atau serius dari El Nino," kata Ahmad Parveez kepada wartawan di sela-sela konferensi industri di Mumbai.

"Kami mengantisipasi produksi yang lebih tinggi pada tahun 2024 dibandingkan tahun ini karena ketersediaan tenaga kerja yang lebih baik, dan beberapa area baru akan mulai menghasilkan," tambahnya.

Para pekebun kelapa sawit terpaksa membiarkan ribuan ton buah membusuk selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2022 karena kekurangan pekerja menghalangi perusahaan untuk meningkatkan panen selama puncak musim produksi.

"Produksi minyak sawit mentah Malaysia pada tahun 2023 diperkirakan meningkat menjadi 19 juta ton dari tahun lalu 18,45 juta ton," kata Ahmad Parveez yang dikutip dari Reuters.

Namun stok akhir tahun akan tetap mendekati 2,2 juta ton tahun lalu karena meningkatnya ekspor, katanya. Ekspor diperkirakan meningkat menjadi 16,3 juta ton pada tahun 2023 dari 15,7 juta ton tahun lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation