
Suku Bunga Naik di Tahun Politik, RI Menarik Buat Investor?

Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street kembali berada di zona merah pada perdagangan Kamis kemarin yang ditutup pada Jumat dini hari waktu Indonesia. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,75% atau 250,91 poin ke posisi 33.414,17.
Indeks Nasdaq ambruk 0,96% atau 128,13 poin ke posisi 13.186,18 sementara indeks S&P 500 jatuh 0,85% atau 36,6 poin ke 4.278.
Wall Street ambruk setelah pidato Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Pernyataan Powell sebetulnya lebih banyak bernada dovish tetapi penegasanĀ soal inflasi tinggi serta pentingnya ekonomi AS untuk melandai membuat pasar bereaksi negatif.
Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, mengatakan inflasi dan ekonomi masih terlalu tinggi. Namun, tingginya imbal hasil US Treasury akan membuat ekonomi AS mendingin.
Pernyataan ini mengisyaratkan jika The Fed akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mendatang meskipun tetap menekankan adanya potensi kenaikan di masa depan jika ekonomi dan inflasi AS masih panas.
"Inflasi terlalu tinggi dan butuh beberapa bulan untuk membuat keyakinan bahawa inflasi melandai bergerak sesuai target kami. Kita tidak tahu kapan inflasi akan melandai dalam beberapa kuartal ke depan. Jalan untuk menuju ke sana (inflasi rendah) mungkin akan penuh riak dan butuh waktu. Namun, kami tetap berkomitmen untuk membawa inflasi ke 2%," tutur Powell, dalam pidatonya, dikutip dari situs The Fed.
Imbal hasil Treasury AS bertenor 10-tahun mencapai level tertinggi 4,99% pada Kamis, mendekati level 5%. Imbal hasil terakhir melewati angka 5% pada 2007 lalu.
Meskipun angka inflasi AS telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, kenaikan imbal hasil Treasury yang terus meningkat telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bank sentral dapat melanjutkan kebijakan moneternya. Seperti diketahui, inflasi AS mencapai 3,7% (year on year/yoy) pada September 2023, sama dengan bulan sebelumnya.
AS kemarin juga melaporkan jika angka klaim pengangguran mingguan berada di bawah 200.000, yang merupakan tanda lain dari berlanjutnya kekuatan perekonomian meskipun tingkat suku bunga lebih tinggi.
Investor juga akan menyimak laporan laba per kuartal III-2023 sejumlah perusahaan besar.
Saham raksasa kendaraan listrik Tesla turun hampir 7% setelah perusahaan meleset dari ekspektasi pendapatan dan laba pada kuartal ketiga. CEO Elon Musk juga memperingatkan bahwa Cybertruck perusahaannya tidak akan menghasilkan banyak arus kas positif lebih dari setahun setelah produksi dimulai.
Sementara itu, saham Netflix, melonjak lebih dari 13% setelah pemain kakap layanan streaming itu membukukan laba kuartal ketiga yang mengalahkan perkiraan. Perusahaan mendapat dorongan dari langganan ad-supported tier yang kuat.
Sehari sebelumnya, Wall Street mengalami aksi jual yang tajam, seiring imbal hasil Treasury melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun. Indeks S&P 500 anjlok 1,3% pada Rabu, sedangkan indeks Dow merosot lebih dari 330 poin, atau 0,98%. Nasdaq Composite ambles 1,6%.
(trp/trp)