
Rupiah Rontok Karena Perang, AS-Suhu Politik, Kemana Arah BI?

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, kompak memerah pada perdagangan Rabu (18/10/2023) yang ditutup pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Indeks Dow Jones ambruk 0,98% atau 3332,57 poin ke 33.665,08. Indeks Nasdaq jeblok 1,62% atau 219,45 poin ke 12.314,3 sementara indeks S&P jeblok 1,34% atau 58,6 poin ke 4.314,6.
Wall Street terus menilai dampak perang Israel-Hamas yang terus berkecamuk dan efeknya ke aset-aset safe-haven. Wall Street juga merah akibat terbangnya imbal hasil US Treasury.
Para investor juga menganalisis pendapatan kuartal ketiga terbaru seiring dengan meningkatnya musim pelaporan demi mengukur dampak inflasi dan tingginya suku bunga terhadap dunia bisnis.
Saham United Airlines turun lebih dari 6% karena panduan yang kurang optimistis, sedangkan saham Procter & Gamble naik lebih dari 2% setelah mengalahkan ekspektasi analis untuk kuartal tersebut.
Netflix mengumumkan pendapatan sebesar US$ 8,54 miliar pada Juli-September 2023, atau sejalan dengan ekspektasi pasar. Sementara itu, earning per share mereka naik mencapai US$$ 3,73 , lebih tinggi dari ekspektasi pasar di angka US$3,49.
Lebih dari 10% perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasilnya, menurut FactSet. Dari laporan tersebut, sekitar 78% telah melampaui ekspektasi analis.
"Tidak mengherankan jika laba cenderung melampaui perkiraan analis" mengingat perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan yang sudah rendah, kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial, dikutip CNBC International, Rabu (18/10/2023).
"Ini lebih tentang prospek, dan arah suku bunga yang benar-benar akan memberikan informasi arah saham dalam jangka pendek hingga menengah," imbuhnya.
Wall Street juga ambruk setelah imbal hasil US Treasury terus mengangkasa. Imbal hasil US Treasury 10 tahun menembus 4,9% untuk pertama kalinya sejak Juli 2007 atau 16 tahun terakhir. Suku bunga pinjaman mortgage menembus 8% atau level tertingginya dalam 23 tahun terakhir.
