Sentimen Pasar Pekan Depan

Buat Pelaku Pasar, Cek Sejumlah Sentimen Ini di Pekan Depan

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 October 2023 20:00
layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa data ekonomi dan agenda cukup penting akan dirilis dan digelar pada pekan depan, sehingga pelaku pasar perlu mencermatinya.

Dimulai Senin, dari Indonesia sendiri, data neraca perdagangan pada periode September 2023 akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2023 akan mencapai US$ 2,27 miliar.

Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang mencapai US$ 3,12 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 41 bulan beruntun.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 23,5% (year-on-year/yoy), sementara impor diprediksi terkoreksi 3,3% (yoy) pada September 2023.

Sebagai catatan, nilai ekspor Agustus 2023 terkoreksi 21,2% (yoy), tetapi naik 5,5% (month-to-month/mtm) menjadi US$ 22 miliar. Impor terkontraksi 14,8 (yoy) dan turun 3,5% (mtm) menjadi US$ 18,88 miliar. Ekspor diperkirakan melandai pada September 2023 seiring dengan melambatnya harga komoditas serta perekonomian di negara mitra dagang, terutama dari China.

Sementara itu, ekonomi mitra dagang utama Indonesia, terutama China terus melandai.

China melaporkan penurunan ekspor yang lebih kecil dari perkiraan pada September 2023 menurut data bea cukai yang dirilis Jumat lalu. Dalam dolar AS, ekspor terkoreksi 6,2% (yoy) pada September. Angka tersebut kurang dari perkiraan koreksi sebesar 7,6% yang diprakirakan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.

Infografis, Pergerakan Grafik Nilai Rupiah SepekanFoto: Infografis/ Pergerakan Rupiah Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi
Infografis, Pergerakan Grafik Nilai Rupiah Sepekan

Impor juga terkontraksi sebesar 6,2% (yoy) pada September 2023 - sedikit lebih besar dari kontraksi sebesar 6% yang diperkirakan oleh jajak pendapat Reuters.

Perdagangan China merosot tahun ini di tengah lesunya permintaan global terhadap barang-barang China dan melemahnya permintaan domestik.Pemulihan negara dari pandemi ini melambat dalam beberapa bulan terakhir, terseret oleh kemerosotan besar-besaran di sektor real estate.

Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan pada Jumat lalu mengumumkan indeks harga konsumen untuk September ada di angka 0% (yoy), di bawah estimasi median kenaikan 0,2% dalam jajak pendapat Reuters. Inflasi bahkan lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Agustus 2023 yang tercatat 0,1%.

Data BPS menunjukkan ekspor ke China masih naik 9,36% (mtm) pada Agustus 2023 menjadi Rp 5,38 miliar. Secara kumulatif, ekspor non-migas Indonesia ke Tiongkok juga naik 3,02% menjadi US$ 40,22 miliar.

Namun, bila dibandingkan pada tahun lalu maka angkanya sangat jauh. Ekspor non-migas ke Beijing melonjak 30% pada Januari-Agustus 2022.

Kemudian pada Selasa, data ekonomi yang akan dirilis mulai dari data tingkat pengangguran Inggris periode September 2023, hingga data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) periode September 2023.

Dari Inggris, konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan tingkat pengangguran pada bulan lalu masih akan cenderung stabil di 4,3%.

Sedangkan dari AS, penjualan ritel pada bulan lalu diprediksi turun menjadi 1,5% secara tahunan (yoy).

Selanjutnya pada Rabu pekan depan, China akan merilis beberapa data ekonomi, mulai dari data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) periode kuartal III-2023, data produksi industri periode September 2023, data penjualan ritel periode September 2023, dan data tingkat pengangguran periode September 2023.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB Negeri Panda pada kuartal III-2023 akan kembali melambat menjadi 4,4% secara tahunan (yoy). Padahal pada kuartal II-2023, PDB China sempat tumbuh 6,3%.

Adapun dalam periode bulanan, PDB China diprediksi tumbuh 1% (mtm) pada kuartal III-2023.

Sedangkan, penjualan ritel China diprediksi sedikit melambat menjadi 4,5% pada September 2023.

Hingga kini belum juga ada kabar positif dari Negeri Tirai Bambu. Data ekonomi belum juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat.

Sebagaimana diketahui, China telah lama menjadi mesin pertumbuhan global. Namun dalam beberapa waktu terakhir, ekonomi salah satu negara adidaya ini melambat, membuat khawatir banyak pihak.

Jika perekonomian China kembali melambat, maka hal ini menjadi sentimen negatif yang dapat berimbas ke pasar keuangan global, terutama di China dan kawasan Asia-Pasifik.

Pada Kamis pekan depan, ada agenda cukup penting dari Indonesia yakni keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI). BI saat ini tengah menghadapi dilema yang kuat seiring menunggu arah kebijakan suku bunga The Fed pada awal November 2023 mendatang.

Di satu sisi, BI juga perlu menyiapkan 'amunisi' untuk membendung pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang semakin mengkhawatirkan.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pekan depan di level 5,75%. Jika prediksi tersebut benar, maka BI sudah menahan suku bunga acuannya selama sembilan bulan beruntun. Adapun BI mulai menahan suku bunga acuannya pada Januari 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation