
Saham Babak Belur, Investor Cabut, Gimana Nasib GOTO?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi raksasa Tanah Air, yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau babak belur dan terjatuh ke level terendah sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada perdagangan yang berakhir Jumat (13/10/2023), harga saham GOTO terjerembab di posisi Rp67/saham, anjlok 8,22% dibandingkan sehari sebelumnya dan menjadi level all time low saham emiten ojek online ini sejak IPO pada April 2022 lalu atau sudah ambruk 80.17%.
Rontoknya saham GOTO membuat kapitalisasi pasarnya menyusut jadi Rp80,49 triliiun saja. Dari rekornya pada Juni 2022 di Rp 474 triliun hingga hari ini, maka kapitalisasi pasar telah menyusut hingga Rp 390 triliun. Dengan ini, membuat GOTO tak lagi masuk 10 besar saham terbesar di IHSG.
William Tanuwijaya Jual Saham GOTO
Salah satu alasan saham GOTO anjlok adalah aksi jual yang masif, salah satu investor besar yang menjual datang dari pimpinan GOTO yakni William Tanuwijaya, Komisaris GOTO sekali Founder Tokopedia diketahui telah menjual 332,22 juta saham seri A miliknya. Ini setara dengan 0,03% dari modal ditempatkan dan disetor penuh GOTO.
William diperkirakan memperoleh Rp 26,21 miliar aksi penjualan saham GOTO itu. Transaksi ini dilakukan William untuk kebutuhan penting pribadinya. Walau begitu, kepemilikan Wiliam atau GOTO masih ada 20,64 miliar saham seri A dan Seri B atau setara dengan 1,72%.
Kecenderungan investor ketika melihat big fund melakukan aksi jual, ritel akan menjadi takut dan ikut-ikutan jual, dampaknya potensi penurunan lanjutan pun masih bisa terjadi. Lantas akankah shaam GOTO turun ke gocap?
Akankah GOTO turun ke gocap?
Secara teknikal, pergerakan harga saham GOTO terbilang divergence dimana harga saham semakin turun tetapi volume penjualan terus naik. Hal ini menunjukkan tekanan jual masih tinggi dan masih berlanjut. Sehingga potensi ke harga 50 memang memungkinkan saja.
![]() Pergerakan harga saham GOTO |
Akan tetapi perlu dipahami jika investor menjual di harga saat ini konsekuensi-nya adalah menerima kerugian yang sudah pasti, tetapi jika menunggu teknikal rebound saat ini hanya mengalami floating loss atau kerugian yang belum terealisasi.
Secara teknikal pergerakan harga selalu bergerak dalam siklus, saham tak selamanya akan turun, akan ada masa teknikal rebound yang bisa dimanfaatkan investor untuk exit secara bertahap, sehingga kerugian tak akan terealisasi banyak.
Perlu diketahui juga, disaat harga saham GOTO ini babak belum, perusahaan ini malah melakukan penambahan modal melalui private placement. Aksi korporasi ini sejatinya dapat meningkatkan kesehatan neraca dan ekspansi perusahaan ke depan, walau ada efek dilusi yang perlu diantisipasi.
Efek Dilusi Private Placement & Prospeknya
Private placement merupakan salah satu aksi perusahaan untuk mendapatkan modal dengan mengeluarkan saham baru tanpa melibatkan publik. Artinya, jumlah saham baru akan bertambah banyak dan kepemilikan saham akan terdilusi.
Bagi publik memang tak akan terlalu berasa, tetapi bagi pengendali atau mayoritas shareholder tentu akan mengurangi kepemilikannya. Di lain sisi, dengan penambahan jumlah lembar saham akan membuat Earning per Share (EPS) atau laba per lembar saham seakan-akan turun. Namun, perlu dicatat EPS GOTO sendiri memang sudah dalam posisi minus karena bottom line yang masih merugi.
Sebagai informasi, jumlah lembar saham GOTO sebelumnya sebanyak 1,18 miliar lembar, kemudian setelah private placement menjadi 1,20 miliar. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar di antara 890 emiten di BEI. Memperhitungkan
GOTO sendiri melaporkan pada 10 Oktober 2023 lalu terkait penerbitan saham seri A sebanyak 17.045.733.334 sebagai pelaksanaan private placement Bhinneka Holding Limited. Mengutip keterbukaan informasi, harga pelaksanaannya sebesar Rp 90 per saham. Lantas, nilai dari private placement ini sebesar Rp 1,53 triliun.
Praktis, raihan dana segar tersebut akan menambah kas GOTO. Sebagai informasi, kas dan setara kas GOTO yang tercatat sebesar Rp25,44 triliun per 30 Juni 2023. Total aset GOTO mencapai Rp133,21 triliun dan ekuitas Rp117,32 triliun.
Bisa dibilang kondisi neraca GOTO relatif resilien dengan rasio likuiditas terjaga baik, belum lagi perusahaan juga telah melakukan restrukturisasi demi menjaga kinerja keuangan.
Dana dari private placement ini akan dimanfaatkan untuk modal kerja GOTO dan anak perusahaan, termasuk untuk mengembangkan inisiatif terkait kendaraan listrik dan inklusi keuangan. Bisa dibilang, kesuksesan meraih modal lagi akan berdampak positif bagi kelangsungan bisnis perusahaan yang diharapkan bisa menyakinkan investor ke depan.
Namun, investor masih menyimak dengan seksama bagaimana GOTO mampu membalikkan keadaan dan akhirnya mencetak laba sehingga dapat menjadi emiten kebanggaan karya anak bangsa.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)